# 18

Tidak lama orang yang Abyan cari, akhirnya muncul juga. Siswi itu tengah mengantri berada di stand mie bakso bersama teman-temannya. Fokus Abyan beralih ke meja di sebrang sana, ia abaikan bakso tahu yang baru saja datang dan siap untuk di nikmati.

“pak, saya pesen basonya aja ya.”

“saya juga pak samain kaya Zenna.” ucap Naura.

“ok, tunggu sebentar ya.” Jawab Pak Mono dengan menumpahkan mie ke dalam mangkok untuk pesanan murid lain.

“saya pesen… mie bakso kumplit ya Pak.” Sabrina mulai memesan setelah melihat menu yang tertera di kaca gerobak bakso.

“gue juga mau dong Sab. Samain aja.” Pinta Freya.

“ok”

“Pak, mie baso kumplitnya pesen 2 ya jadinya.”

“ok siap ditunggu ya, nanti saya antar ke meja.” Mengangkat kedua jempolnya.

Mereka ber-empat segera mencari tempat duduk untuk menikmati bakso yang baru saja di pesannya.

“hujan-hujan gini, emang paling mantap makan baso sama mie kuah.” Kata Sabrina.

“setuju.” Balas Freya.

Tak sengaja Freya melihat Abyan tengah memperhatikan Zenna cukup lama, mungkin sebagian murid yang ada di kantin bisa melihat tatapan Abyan itu. jika Zenna mengetahui hal itu, sudah di pastikan Zenna tak nyaman, mungkin saja Zenna tidak jadi memakan bakso yang baru saja dipesan.

“Zee.” Panggil Freya. Membuat Zenna mengalihkan pandangan dari ponselnya itu.

“kenapa Re?”

“lo, mau tukeran tempat duduk gak?”

“kenapa emangnya?”

“gapapa, gg-gue, pengen duduk disitu, boleh gak?” Freya sempat gugup, ia takut Zenna akan mencurigainya.

“oh.. boleh.” Zenna berdiri untuk berpindah tempat duduk dengan Freya, ia bersampingan dengan Sabrina.

Freya pura-pura melihat sekitar, yang intinya ia melihat Abyan, apakah Kakak kelas itu masih memperhatikan Zenna atau tidak. Dan benar saja, kini mata Freya betemu dengan Abyan, tatapannya heran dan sinis, segera Freya mengalihkan pandangannya itu ke sembarang arah. Jujur ia gugup dan takut melihat Abyan. Ia terpaksa melakukan hal ini, karena tak ingin sahabatnya itu merasa tidak nyaman atau terganggu oleh Abyan.

Jelas membuat kening Abyan mengernyit. Heran, mengapa Zenna tiba-tiba saja berpindah posisi tempat duduk. Pikirnya, Zenna mengetahui bahwa ia tengah memperhatikannya. Abyan sempat mencurigai Freya teman Zenna itu. Kini fokus Abyan mulai beralih, ia kembali melanjutkan untuk memakan baso tahu yang telah tersaji sejak tadi.

“baso tahu. Lo, tadi asapnya masih ada, sekarang udah gak ber asap tuh.” Celetuk Zaidan.

“fokus amat, merhatiin siapa nih?” Febian meledek.

Yang di jawab langsung oleh Abyan dengan menggeleng pelan. Ia tahu sahabat-sahabatnya itu pasti akan meledek dirinya jika berkata yang sebenarnya. Ia pun tahu, ketiga sahabatnya itu, akan membantu dirinya untuk mendekati perempuan yang tengah ia incar. Tapi untuk kali ini, Abyan ingin berusaha sendiri tanpa bantuan siapapun. Karena Zenna benar-benar berbeda dengan perempuan-perempuan yang selama ini ia temui.

Abyan merasa ada sebuah tantangan untuk mendekati Zenna, seperti mudah tetapi tak mudah. Pertama kalinya ia bertemua degan Zenna, saat ia tak sengaja sedang berjalan dan berhenti ketika Zenna menabrak dirinya di depan kelas. Rasa itu muncul ketika melihat respon Zenna yang biasa saja saat bertemu dengannya. Zenna berbeda tak seperti yang lainnya.

“Lo, gak jadi deketin cewe yang waktu minggu kemarin.?” Tanya Zaidan.

“perlu bantuan gak?” Evan mencoba untuk menawarkan diri, jika Abyan perlu bantuan.

“bener tuh Bim. Lo kalau butuh bantuan bilang aja, kita bakal bantu.” Balas Febian, ia tengah mengaduk bumbu baso tahu dengan menambahkan sambal.

“thanks tawarannya, tapi gue mau nyoba sendiri tanpa bantuan siapapun.” Sambungnya lagi.

“untuk yang kali ini, sedikit berbeda dari yang sebelumnya.” Jelas Abyan. Membuat ketiga sahabatnya itu bingung dan juga penasaran.

“Hah?, maksudnya agak beda?” tanya Febian.

“beda dari yang lain, gue liat-liat sih agak langka.” Tuturnya dengan menyeruput minumannya itu.

“langka?, hewan kali ah.” Ucap Zaidan.

“sebentar. Maksudnya tuh, nih cewe beda dari cewe-cewe yang sering lo temuin diluar sana gitu?” tanya Evan.

“bisa dibilang gitu.” Ucapnya, dengan menatap kembali ke arah stand bakso. Suasana di sebrang sana masih terlihat ramai, dan tentu saja Zenna dan teman-temannya masih menikmati bakso yang di pesan. Senyum Zenna yang membuat Abyan merasa nyaman dan betah untuk terus menatap Zenna, meskipun hanya terlihat sedikit karena terhalang oleh Sabrina yang berada di samping Zenna. Tapi enggan untuk mengalihkan pandangannya itu.

Membuat Zaidan ikut menatap ke arah sebrang sana, meskipun ia tidak tahu perempuan mana yang tengah di incar oleh sahabatnya itu, ia hanya ingat dengan satu perempuan yang sempat di hadang oleh Abyan pada minggu lalu saat di kantin. Zaidan coba menerka-nerka, apakah yang berada di sebrang duduk Freya, atau yang berada di sebelah Freya.

Bel istirahat selesai, menandakan jam pelajaran selanjutnya akan segera di mulai. Sebagian siswa/siswi yang tengah berada di kantin mulai bubar menuju kelasnya masing-masing, ada yang masih menghabiskan makanannya, ada pula yang sengaja berlama-lama berada di kantin enggan untuk masuk kelas.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!