sebelumnya....
Ia pun berdiri dengan mengangkat tangannya, untuk menjawab murid yang berada di depan pintu kelasnya.
"Gue. Ada apa ya?"
“Lo di panggil Bu Fanya, disuruh ke ruang Guru sekarang.” Ucap murid itu.
“Oh, Ok. Makasih.” Jawab Zena dengan tersenyum tipis. Di balasnya dengan anggukan, oleh seorang murid yang di minta untuk memanggilnya.
“Ngapain Bu Fanya manggil lo, bukan manggil KM?” tanya Naura penasaran.
“Entahlah, gue kesana dulu.” Jawab Zena dan pergi keluar kelas.
Zena sebenarnya malas untuk ke ruang Guru, karena ia harus melewati ruang kelas XII, yang sudah pasti Kakak kelas menongkrong di depan kelasnya masing-masing, di saat jam istirahat.
Saat ia melewati ruang kelas XII.3, ternyata cukup banyak Kakak kelas yang berada di depan kelas.
Jiwa *introvert* Zena mode on, sudah pasti ia gugup jika berada di keramaian, ia mencoba untuk tetap terlihat tenang dan menundukkan kepalanya, bersikap sopan saat melewati Kakak tingkatnya. Padahal di sekolah Zena tidak ada aturannya senior dan junior, semua murid di sekolahnya sama, tetapi Zena tetap akan melakukan hal itu kepada yang lebih tua di atasnya.
Zenna fokus berjalan dengan menunduk, ia di kejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba saja berhenti di depannya. Kepala Zena sedikit bertubrukan dengan seseorang di depannya itu. Ia sedikit mengangkatkan kepalanya, untuk melihat siapa yang baru saja berhenti di depannya.
Dan ternyata dia seorang Siswa laki-laki, yang menatapnya dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.
“M-mmaaf Kak.” Jawab Zena dengan mengangguk, ia permisi melewati Kakak kelas tersebut.
Siswa tersebut tidak menanggapi Zena, ia hanya memperhatikan Zena yang pergi begitu saja, dengan satu tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya. Siswa tersebut sempat bingung, dan baru pertama kalinya ia bertemu Zena, tetapi tanpa ada ekspresi apapun padanya. Yang biasanya kebanyakan Siswi di sekolahnya akan salting dan kegirangan bila berhadapan dengannya. Tetapi kali ini Zena berhasil membuat Siswa tersebut penasaran.
Zena mempercepat langkahnya, agar ia lebih cepat sampai menuju ruang Guru, sesampainya di depan ruang Guru. Zena terlebih dahulu mengatur nafasnya yang mulai terengah-engah, di sebabkan ia berjalan terlalu cepat atau bisa dibilang ter gesa-gesa.
*Tok tok tok*
Diketuknya pintu ruang Guru, yang membuat di dalam ruangan tersebut mengarah pada arah pintu.

“Ya, silahkan masuk.” Terdengar jawaban salah satu Guru yang ada di dalam.
“Permisi Pak/Bu.” Ucap Zena sopan dengan tersenyum, menyapa Guru-guru yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Iya, mau bertemu dengan siapa?” tanya salah satu Guru di ruangan itu.
“Mau bertemu dengan Bu Fanya. Pak, tadi saya di panggil oleh Bu Fanya.” Jawab Zena dengan santun.
“Oalah, silahkan silahkan, itu disana meja Bu Fanya.” Katanya, dengan menunjuk meja Bu Fanya yang berada di pojok belakang dekat jendela.
“Baik Pak, terimakasih.”
Jawab Zena, ia menghampiri meja Bu Fanya.
“Permisi Bu, tadi Ibu panggil saya?” tanyanya.
“Ah iya, kamu Zena XI IPA 1 ya?”
tanya Bu Fanya, untuk meyakinkan, takutnya ia salah memanggil murid.
“Iya, betul Bu. Saya Zena kelas XI IPA 1”
“Ibu mau minta tolong, nanti jam setelah istirahat bagian Ibu kan ya.” Jelasnya, sambungnya lagi.
“Ibu kebetulan berhalangan hadir untuk mengajar di kelas kalian, karena Ibu ada perlu dulu, jadi Ibu titip sama Sekretaris kelas, untuk mencatat tugas di papan tulis ya.”
“Kamu sekretaris kelas XI IPA 1 kan?” tanyanya lagi, setelah menjelaskan ketidak hadirannya dalam mengajar.
“Maaf Bu sebelumnya, tapi bukan saya Sekretarisnya.” Jelas Zena.
“Oalah Ibu salah panggil toh?”
“Bukanya kamu ya Zena Sekretarisnya?” tanyanya lagi.
“Bukan Bu, kalau Sekretaris kelas, namanya Dena.” Jawab Zena dengan tersenyum malu.
“Oalah Dena toh.. Zena dan Dena hampir mirip nama kalian tuh. Yasudah, pokonya Ibu titip sampaikan ke Sekretaris kelas kamu, apa yang ibu sampaikan tadi ya, ini bukunya.” Jelas lagi Bu Fanya.
Ternyata Bu Fanya salah memanggilnya, yang harusnya Dena Sekretaris kelas, tetapi yang di panggil adalah Zena. Memang nama Zena dan Dena seringkali tertukar oleh sebagian Guru.
“Baik Bu, nanti saya sampaikan pada Dena.”
“Iya, terimakasih ya, maaf Ibu salah panggil ternyata.” Ucapnya dengan terkekeh.
“Iya Bu tidak apa-apa, saya permisi izin ke kelas lagi.” Jawab Zena, dengan menyalami tangan Bu Fanya.
\*\*\*\*
Saat Zena akan menuju kelasnya, ia melihat Freya dari kejauhan, berjalan dengan melamun, ide jahilnya muncul begitu saja.
“Darr!”
“Astagaa!”
“Ihh.. Lo ya Ze, ngagetin gue aja.” Ucap Freya, dengan mencubit lengan Zena.
Zena meringis kesakitan, karena cubitan Freya yang seperti kepiting. “Aw..aw..aw.” sambungnya lagi. “Ihh cubitan lo kaya kepiting, panas banget rasanya tangan gue.”
“Habisnya lo ngagetin sih, ya refleks gue jadi nyubit.”
“Lo, ngapain jalan sambil ngelamun sih?” tanyanya penasaran.
“*Gak mungkin kan gue jelasin disini ke Ze soal tadi di kantin?, atau gue jelasin aja ya?, aahh… tuh Kakak kelas bikin gue repot aja*.” Monolog batin Freya.
“Lah malah makin ngelamun.” Senggol Zena pada lengan Freya. Sambungnya lagi. “heh, lo kenapa?”
“Oh… ga-gakpapa, pengen aja ngelamun.” Jelasnya dengan terbata.
Zena hanya mengangguk, seperti paham apa yang terjadi pada sahabatnya.
Zena yakin, pasti ada sesuatu terjadi pada sahabatnya itu, ia tahu betul gerak-gerik sahabatnya yang bisa dibilang tidak seperti biasanya. Tetapi Zena tidak mau terlalu ikut campur, ia tidak mau sahabatnya merasa rishi bila dia menanyakan lebih lanjut.
…..
*Di sisi lain, seorang Siswa yang Tengah sibuk dengan handphone ditangannya, ia terus mengetik, entah dengan siapa ia berbalas pesan, dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa tanpa melihat arah jalannya, seperti tahu arah langkah yang akan dia bawa. Dari menuruni anak tangga hingga lantai dasar. Dan tak sadar kini ia menjadi pusat perhatian Siswa/Siswi lain yang berlalu lalang*.
……
“Eh, lo habis darimana, bawa buku paket?” tanya Freya penasaran.
“Dari ruang Guru, di panggil Bu Fanya.”
“Kenapa lo di panggil Bu Fanya?”
“Nih.” Sambil menunjukan buku paket. Sambungnya lagi. “Bu Fanya berhalangan hadir, ada perlu katanya, jadi dikasih tugas.”
“Lah, terus kenapa lo yang di panggil?, harusnya sekretaris kelas kan?” tanya Freya heran.
“Ini sih kocaknya.” Jawab Zena dengan tertawa kecil.
“Kocak?, maksudnya apasih?”
“Bu Fanya kira gue Dena, terus beliau bilang, nama kita hampir sama, cuman beda huruf depannya aja.” Jelasnya.
“Lah, si Ibu, masih aja belum bisa bedain nama Dena sama lo.” Ucap Freya dengan tertawa kecil.
*Brugh*…
Buku paket yang Zena pegang jatuh berserakan. Karena di dalam buku paket tersebut, ada beberapa kertas yang disediakan Bu Fanya untuk mengerjakan tugas.
.......
**Bu Fanya**

........
Terimakasih sudah membaca, semoga kalian suka 🫶🏻.
Mohon dukungannya yaa🫶🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments