Kulit putih Zenna terlihat kemerahan karena udara pagi hari ini yang cukup dingin dan menusuk kulitnya. Udara dingin yang di sebabkan hujan yang tak kunjung berhenti tadi malam hingga dini hari. Meskipun hujan yang turun di pagi hari nya hanya sedikit gerimis kecil, membuat jalanan aspal membasah, dan juga membasahi pohon maupun daun di pinggir jalan yang terkena rintikan air hujan.
Di saat musim hujan seperti inilah yang paling Zenna tunggu-tunggu, ialah aroma hujan.
Aroma hujan disebut petrichor. Petrichor adalah bau khas yang tercium saat hujan turun di tanah yang kering. Aroma hujan yang disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Bau yang bisa disebabkan oleh kombinasi minyak nabati yang mudah menguap dan geosmin yang dilepaskan dari tanah ke udara dengan ozon.
Bau tersebut berasal dari minyak yang dikeluarkan tanaman tertentu dalam cuaca kering saat minyak terserap ke dalam tanah dan bebatuan. Menurutnya itu adalah harum yang paling menenangkan, dan tak semua orang menyukai aroma hujan seperti dirinya.
Aneh?, mungkin ia akan dikatakan seperti itu bagi sebagian orang yang tak menyukai hujan.
Meskipun suasana jalanan pagi hari ini terasa hiruk pikuk, tak membuat Zenna terganggu, karena ia selalu menggunakan headset dan memutar alunan musik instrument yang menemaninya saat berkendara.
Terlihat sebagian wajah dari mereka dengan raut yang kesal karena jalanan padat, adapun yang biasa-biasa saja mungkin karena sudah terbiasa dengan hiruk pikuk di perjalanan.
Wajah masam dan rahang yang mengeras di balik kaca mobil yang berada di sampingnya itu sangat terlihat jelas, di karenakan kaca mobil itu sedikit terbuka. Kepulan asap yang keluar dari sebagian motor dan mobil truk yang berlalu lalang sangat mengkontaminasi udara segar di pagi hari.
Berbagai gerobak penjual yang berlalu lalang di tengah gerimis hujan, tapi tak mereka hiraukan, dan ada beberapa toko-toko di sudut jalan yang mulai mereka buka untuk menyambut para pelanggannya. Di setiap perjalanan sudah pasti semua keaneka ragaman akan terlihat.
.
.
.
Zenna mulai memasuki lingkungan sekolah, ada beberapa siswa/siswi yang berjalan kaki, ada pula yang diantar oleh orang tuanya, dan ada pula yang membawa motor seperti dirinya.
Suasana di sekitar halaman parkir sekolah terasa damai, hanya hembusan angin yang terasa menusuk kulitnya itu. ia membuka helm dan merapihkan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.
Tanpa Zenna sadari, ada siswa di lapangan parkir yang tengah membuka helm dan mengusap rambutnya kebelakang sebelum turun dari motornya. Siswa itu membawa helm nya, tanpa di sangka ia mengangkat pandangannya ke arah Zenna. Ia pikir pandangannya akan bertemu dengan tatapan Zenna, ternyata Zenna tak menyadari keberadaannya.
Tak beberapa lama ada langkah kaki yang berhenti tepat di depan Zenna, setelah ia turun dari motor hendak menuju pos satpam untuk menitipkan helm pada Pak Hendra. Kini kening Zenna mengernyit karena tak tahu siapa siswa yang tengah berdiri tepat di hadapannya itu dengan tiba-tiba, sebelumnya ia sedang menatap barisan motor para siswa/siswi di lapangan parkiran.
Tetapi nampak tak asing seperti ia pernah melihat seseorang yang ada di hadapannya itu. Karena Zenna malas untuk mengingatnya, ia hiraukan pikiran penasarannya itu.
“Lo Zenna kan?” tanyanya memandang lurus kepada Zenna, mampu membuat Zenna semakin heran, mengapa laki-laki di hadapannya itu bisa tahu namanya?. Malas untuk menanggapi, Zenna memilih membuang muka untuk menghindar dan tak merespon. Ia pun mencopot satu headset yang ia kenakan di telinga kanannya, seolah-olah sebelumnya tak mendengar perkataan yang baru saja siswa itu tanyakan.
Tanpa di sadari mereka berdua menjadi pusat perhatian oleh beberapa siswi-siswi yang ada di parkiran, yang tentunya para siswi itu saling berbisik-bisik, entah mungkin akan menjadi bahan gosip dengan teman-teman di kelasnya.
Apa hanya dirinya saja yang tidak tahu siapa siswa laki-laki di hadapannya sekarang?, setelah mendengar sebagian beberapa siswi yang berbisik tadi, sepertinya siswa di hadapannya itu memang terkenal, tapi Zenna tak ingin peduli soal itu, saat ini ia malas untuk merespon yang menurutnya tidak penting.
Zenna berjalan melewati siswa yang sejak tadi berdiri di hadapannya. Siswa itu berhasil mencekal tangan Zenna, membuat Zenna refleks melepaskan cekalan siswa itu yang ada di tangannya dengan tatapan dingin dan sinis. Mampu membuat siswa tersebut sedikit terkejut dengan ekspresi wajah Zenna.
“maaf ada apa ya?” tanya ketus Zenna, yang akhirnya Zenna memilih membuka suara untuk menanyakan maksud siswa tersebut menahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Diana (ig Diana_didi1324)
sama Zenna aku juga suka bngtt daripada kemarau panass
2025-02-24
1
Tini Timmy
jangan bilang, zena mau dibuly
2025-02-19
1