“pulang sekolah gue tunggu lo di gerbang.” Katanya, dengan tatapan datar dan dingin.
“lah. Kenal aja enggak, bodo amat, gue mau langsung pulang gak peduli dia nunggu atau enggak. Emangnya dia siapa?”
umpat Zenna dalam hati. Lalu siswa itu melewati Zenna yang tengah diam mematung, ia pergi menuju kelasnya tanpa menunggu jawaban dari Zenna.
“seriusan Kakak kelas dingin itu ajak kenalan cewe?”
“mending sama gue gak sih kenalannya.” sinis dan penuh penekanan, tatapan mereka mengarah pada Zenna.
Dengan segera Zenna menuju pos satpam untuk menitipkan helmnya pada Pak Hendra, menundukkan kepalanya saat melewati siswi-siswi yang tengah bergosip. Zenna mempercepat langkahnya karena merasa dirinyalah yang tengah di bicarakan oleh siswi-siswi itu.
Zenna berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang mulai santai, tidak terburu-buru seperti di lapang parkiran tadi. Sambil berjalan menuju kelasnya ia melepas headset yang masih ia pakai di telinga kiri. Sesampainya ia di dalam kelas terlihat masih sebagian yang belum datang, pikirnya mungkin ada yang terjebak macet di perjalanan.
Zenna merapihkan jaket berwana abunya itu, untuk ia masukan ke dalam tasnya. Seperti biasa diantara ke-tiga sahabatnya itu, Zenna yang sering kali datang lebih awal. Tapi, sesekali juga Zenna terlambat. Sambil menunggu sahabat-sahabatnya datang Ia memainkan ponselnya agar tidak bosan.
Hujan di luar mulai turun kembali, meski tak begitu besar hanya gerimis kecil namun cukup deras.
Ada beberapa pesan yang belum sempat ia baca dan balas, yang sudah pasti pesan yang akan muncul di setiap hari adalah pesan dari sang Buna yang selalu menanyakan keadaannya, entah itu menanyakan Zenna sudah sampai tujuan atau hal lainnya. Bukan hanya notif pesan dari sang Buna saja, melainkan pesan dari Shaga, sudah seperti sepasang kekasih yang selalu menanyakan kabar ataupun memberi kabar, yang terkadang Zenna lupa untuk membalas pesannya.
*isi chat Buna*
*isi chat Shaga*
*isi chat Bang Aksa*
•(Atar, adalah panggilan khas Zenna kepada Bang Aksa, ia ambil dari nama tengah Aksa)
Khawatir Shaga hampir sama dengan sang Buna dan Bang Aksa. Mereka bertiga selalu menanyakan hal apapun itu, demi menjaga dan melindungi Zenna diluar sana. Tanpa awasan mereka pun Zenna akan menjaga dirinya, mungkin karena ia anak perempuan satu-satunya dan sudah dipastikan akan mendapatkan perlakuan yang protect terhadapnya.
Setelah ia membalas pesan masuk dari Buna, Bang Aksa dan Shaga. Zenna beralih membuka aplikasi Instagram, kedua bola matanya serius memperhatikan story dan foto ter-update dari akun-akun Instagram yang ia ikuti.
Tak lama muncul notifikasi dari pengguna akun Instagram yang semalam mengirimnya ia pesan, dan pagi ini pengguna Instagram tersebut masih saja mengirim pesan meskipun tak di balas oleh Zenna.
Jika pesan itu tidak di buka, ia tidak akan tahu pesan apa yang di kirimkan kepadanya, mungkin penting mungkin saja tidak. Zenna ragu untuk membuka Direct Message itu, pesan itu hanya ia tatap cukup lama, untuk mengimbang-imbang.
“baca sekarang apa di rumah ya?...-ah. nanti aja deh.” gumamnya dalam hati.
Terdengar suara Sabrina dan Freya tengah berbincang mereka berjalan menuju kelas. Perkiraan Zenna mereka tak terlalu jauh dari kelas mungkin dekat koridor, tetapi suara lantang Sabrina dan Freya benar-benar terdengar hingga kedalam kelasnya.
“untung aja udah sampe, sebelum hujan turun lagi.” Ucap Sabrina.
“meskipun hujannya gerimis kecil tapi deres, lumayan kalau masih di jalan baju basah kuyup kayanya.” Balas Freya.
“mana gue lupa bawa jas hujan.” Balas Sabrina.
Obrolan mereka berdua terus berlanjut hingga masuk ke dalam kelas. Zenna melihatnya hanya tersenyum lebar dengan menaruh ponselnya di meja.
“hai Zee.” sapa Freya teman sebangkunya itu, dan Sabrina melambaikan tangan ke arah Zenna. Yang di balas senyuman oleh Zenna.
“lah.. Rara belum datang?” tanya Sabrina penasaran, karena teman sebangkunya tidak terlihat tanda-tanda kehadiran di dalam kelas.
“gue kira bareng sama kalian.” Pikir Zenna.
“apa mungkin dia kejebak macet, jadi telat?” kata Freya.
“coba gue chat di grup ya.” Hendak Zenna mengirim pesan kepada Naura, tidak lama suara langkah kaki yang terdengar seperti berlari. Yang ternyata ialah Naura.
“nah.. tuh orangnya.” Tunjuk Freya yang melihat Naura di depan pintu dengan napas yang terengah.
“lo kenapa lari-lari Ra?” tanya Sabrina.
“gg-gugue kira, gue kesiangan ikut upacara, tttapi…-ternyata di lapangan sepi.” Jawabnya dengan napas terengah.
“duduk Ra duduk.” Kata Sabrina sambil menarik Naura untuk duduk.
Tiba-tiba saja suar bel sekolah berbunyi, suara bel yang menandakan pemberitahuan atau pengumuman penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Metana
enak banget banyak yg perhatian
2025-02-20
1