“boleh gak, kalau lo mau kemana-mana minta tolong ke gue, gue lebih tenang kalau gue yang anter lo kemana-mana.” Jelasnya serius meskipun nada bicaranya tetap tenang.
“Haga… gue gak mau ngerepotin siapapun, termasuk lo. Gue bisa pergi sendiri, gue gak mau bergantung sama siapapun.” Bantahnya pelan.
“gue gak pernah ngerasa di repotin sama sekali sama lo Bia. Gue yang mau.”
“gue udah gede Haga, bukan Sabia yang dulu selalu repotin lo terus. Dan ada waktunya gue lagi pengen pergi sendirian.”
“Ok, gue izinin lo pergi kemana pun sendiri. Tapi gue minta satu hal aja boleh?” sambungnya lagi, “kalau lo pergi kemana-mana, tolong kabarin gue, kasih tau gue lo kemana biar gue ga khawatir Biaa.”
“Hagaa…”
“gue gak mau kejadian hari ini ke-ulang lagi. Orang-orang diluar sana gak semuanya baik Bia.”
“gue barusan cuman ke mini market doang bentar.”
“tapi ada orang yang ngikutin lo. Bahkan, mungkin orang itu tau sekarang lo tinggal di komplek ini. Kebetulan banget gue hari ini lagi jogging malam, gue liat orang yang tadi ngikutin lo di belakang, dia kabur waktu gue perhatiin.”
“mmu-mungkin dia rumahnya daerah sini juga kali?” jawabnya sedikit gugup. Zenna tidak ingin Shaga terlalu mengkhawatirkan dirinya. Dan sudah pasti setelah ini Shaga akan semakin protect terhadapnya.
“kalau dia bukan ngikutin lo, kenapa dia puter balik waktu gue liatin?” tanya Shaga, membuat Zenna tak mampu menjawabnya. Ia memalingkan tatapan Shaga yang sejak tadi terus menatapnya. Meski tatapan Shaga tenang, tetap saja membuat Zenna tak mampu mengelak.
“Sorry Bia…-gue lakuin ini karena gue gamau lo kenapa-kenapa.” Di usapnya bahu Zenna, Shaga terlalu terbawa suasana, mungkin saat ini dimata Zenna ia mengekangnya. Shaga tahu Zenna tidak suka jika terlalu di kekang. Tetapi, bukan kekang yang Shaga maksud, Shaga hanya terlalu khawatir berlebihan kepada Zenna, yang selama ini selalu Zenna sebut protect. Itulah cara Shaga melindungi dan menyayangi Zenna.
Rasa kesal yang mungkin saat ini menyelimuti dirinya karena kejadian malam ini, membuatnya merasa terkekang. Ia tahu maksud Shaga baik ingin melindunginya, tapi jika dirinya terlalu di awasi, membuatnya merasa tak bebas. Entah harus senang atau sebaliknya.
Keheningan diantara ke-duanya membuat suasana semakin dingin, sama seperti angin malam ini yang di barengi gemercik hujan kecil. Hanya terdengar suara dedaunan pohon yang diterpa angin.
“ayo kita pulang, gue yang bawa motornya.” Ajak Shaga, ia memecahkan keheningan di antara mereka.
“gue pulang sendiri, lo lanjut jogging aja.” Jawabnya datar, mampu membuat Shaga merasa bersalah, dengan debat kecil yang baru saja terjadi.
“pulang bareng, gue udah selesai jogging nya.”
“gue bisa pulang sendiri, Haga.” Kekeuh nya seperti tidak bisa untuk dibantah. Tetapi, tetap saja berujung meng iya kan tawaran Shaga.
“pulang bareng gue, Sabia.” Katanya lembut, tapi semacam tak bisa di bantah tawarannya itu.
Zenna hanya menghela nafas kasar, mungkin terdengar oleh Shaga. Kesal?. Pastinya, tetapi ia memilih untuk tidak berujung debat ber kepanjangan dengan shabat nya itu.
Di perjalanan pulang, Shaga sesekali memperhatikan Zenna dari kaca spion yang sengaja mengarah ke arah Zenna. Keheningan di antara mereka masih berlanjut hingga sampainya motor itu ter parkir di halaman rumah Zenna. Meskipun rasa kesalnya masih menguasai dirinya, Zenna mencoba untuk menahannya dan bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
Zenna lebih dulu turun dari motor, ia membuka sepatu dan menyimpannya di tempat biasa ia simpan. Shaga yang sejak tadi memperhatikan dari belakang, ia tahu Zenna kesal padanya, meskipun Zenna menutupi dan seolah bersikap biasa-biasa saja.
“mau masuk dulu?” tanyanya sebelum ia membuka pintu rumahnya.
“gue langsung pulang aja, lo langsung istirahat ya.” Dengan menyerahkan kunci motor yang ia pegang.
“ok, makasih.” Jawabnya singkat.
“sama-sama, jangan bergadang langsung tidur, besok lo sekolah.” Ujarnya lembut dengan tersenyum. Membuat Zenna spontan mengalihkan pandangannya sembarang .
“hm.”
“yaudah, masuk sana, udaranya dingin.” Dengan melambaikan tangannya.
“iya.” Ia masuk ke dalam rumah tanpa membalas lambaian Shaga.
Saat hendak Zenna menutup pintu dan mengunci rumahnya. Ia di kejutkan oleh suara yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya, meskipun jaraknya tak terlalu dekat.
“darimana kamu?” tanyanya tegas, seperti mengintrogasi.
Hadwin
Ada jeda yang tak langsung di jawab, ia menetralkan terlebih dahulu jantungnya yang berdegup kencang karena terkejut tiba-tiba saja Hadwin muncul di belakangnya.
“dari mini market.”
“kenapa lama, kemana dulu?”
“tadi hujan, Ze neduh dulu bentar.”
“udah tau lagi musim hujan, kenapa gak bawa jas hujan?” ujarnya dengan nada sedikit meninggi.
“Ze. Kira gak akan hujan, soalnya cuman bentaran aja.”
“udah tau musim hujan, jas tuh harus di bawa mau jauh atau deket. Pulang malem kan jadinya kamu.”
Ujarnya lagi membuat kesabaran Zenna terkuras. “kalau ada tetangga liat, di kira kamu anak malem, suka keluyuran malem.”
“apa sih Pah. Kok, jadi kemana-mana ngomongnya.” Jawab Zenna dengan kesal, ia memilih pergi meninggalkan Hadwin yang hendak mengomelinya lagi. Dengan cepat ia menaiki anak tangga satu demi satu agar ia sampai di kamarnya.
Itulah Hadwin, perkataan yang keluar dari mulutnya selalu tak ber perasaan, dan tidak memikirkan orang itu akan tersinggung atau tidak dengan perkataannya. Ini yang membuat Zenna malas untuk sekedar makan bersama di meja makan, atau pun mengobrol singkat dengan Papahnya.
Sejak kecil Zenna dekat sekali dengan Papahnya. Entah sejak kapan kecanggungan dan kedekatan di antara ke-duanya itu kini mulai merenggang. Seolah ada pembatas yang menghalangi antar ke-duanya, yang enggan Zenna robohkan pembatas itu hingga detik ini.
Ia lempar sembarang keresek belanjaan yang tadi ia beli di mini market. Ia melepas jaket dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaian, ia mengambil Handphone yang sejak tadi terus notifikasi berbunyi.
Drrtt... drrtt...
(49) Pesan grup belum terbaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Melia Andari
ini sweet sih si shaga 😍
2025-02-25
1