# 13

Kringg… kringg… kringg…

Suara alarm membangunkannya dari tidur yang tenang, ia enggan untuk bangun dari tidurnya, rasanya ingin melanjutkan mimpi kembali yang baru saja ia rasa begitu nyata. Tangannya mulai mencari keberadaan jam alarm itu untuk ia matikan tanpa membuka matanya.

“Bang bangun. Kesiangan loh nanti.”

“alarm bunyi terus loh dari tadi.” Ucap Felita pada putranya, dengan membuka jendela dan membiarkan udara segar di pagi hari masuk ke dalam kamar putranya itu.

Abyan tak kunjung bangun juga, ditarik selimut yang hampir menutup seluruh tubuhnya itu oleh Felita.

“Bundaaa…” protes Abyan, ia menutup wajah dengan punggung tangannya.

“cepet bangun Bang…” Perintahnya dengan melipat selimut yang baru saja ditariknya.

“hm.” Dengan terpaksa ia bangun dengan mata yang masih enggan ia buka.

“jangan tidur lagi loh, cepet bangun, mandi Bang.” Peringat nya, dengan berjalan keluar dari kamar putranya itu.

Ucapnya lagi. “Bunda tunggu di meja makan ya.”

“iya Bundaaa…” lirihnya, ia mencoba untuk membuka matanya, meskipun rasa kantuk masih menguasai dirinya.

Cuaca hari ini cukup lembab, udara dingin yang dibiarkan masuk ke dalam kamarnya, membuatnya Ingin sekali tidur kembali. Apa lagi diluar cuaca sangat mendukung untuk tidak beranjak dari atas kasur tanpa melakukan kegiatan apapun. Senin pagi yang dimulai dengan rutinitas seperti biasanya, pergi sekolah untuk memulai dengan upacara di pagi hari.

Sudah siapnya Abyan untuk pergi sekolah, tas hitam ia kaitkan dipundak kirinya, satu tangannya lagi ia membawa jaket jeans yang akan dikenakannya saat berangkat. Tidak lupa ia membawa ponsel yang tadi sempat di charger sebelum ia mandi.

Langkahnya mulai ia bawa menuruni anak tangga, melakukan rutinitas seperti biasanya sebelum ia berangkat sekolah, sarapan pagi berkumpul di meja makan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan oleh keluarga Abrisam Brian Narendra dan Felita Namira.

“Bun, Pah..” panggilnya menghampiri kedua orang tuanya di meja makan.

“iya kenapa nak?” saut Abrisam yang hendak duduk di kursi meja makan.

“Byan langsung berangkat, hari ini Byan gak sarapan bareng dulu ya. Bun, Pah.”

“loh. Kok buru-buru Bim, sarapan dulu lah nak.” Setelah mendengar itu, Abrisam berdiri kembali.

Timpal Felita dengan membawa piring yang berisi buah-buahan. “sarapan dulu Bang, masih keburu kok gak akan telat.” Felita meyakinkannya.

“gak akan keburu kayanya Bun. Abang sarapan di sekolah aja ya.”

“Tunggu sebentar. Bunda bekalkan sarapannya.” Felita kembali ke dapur, ia menyiapkan bekal sarapan untuk putranya, memang terkadang Abyan sesekali tidak ikut sarapan bersama di pagi hari. Yang biasanya karena ia telat bangun, atau ada hal lainnya.

“malem pulang jam berapa Bim?” tanya Abrisam kini mereka duduk bersebrangan.

“jam 9 Pah.”

“sekarang kan lagi musim hujan, jangan lupa kamu bawa jas hujan. Atau gak, kamu bisa bawa mobil Papah ke sekolah.” Tawarnya.

“gak perlu Pah. Pake motor aja, selalu Byan bawa terus kok jas hujannya.”

“jangan lupa bawa dua jas hujan.”

“kok harus bawa dua Pah?” tanyanya penasaran.

“Buat gebetan kamu mungkin?.” Sambungnya lagi dengan tersenyum jahil. “kalau emang punya gebetan sih.. kalau gak punya bawa satu aja.”

Tutur Abrisam mampu membuat Abyan terkejut dengan menaikkan satu alisnya.

“ada-ada aja Papah nih, liat anaknya sampe kaget gitu.” Sahut Felita dari arah dapur. Dengan menunjuk wajah putranya itu.

“Papah… Pagi-pagi random banget.” Jawab Abyan dengan tersenyum simpul. Telinganya sempat memerah karena menahan sedikit malu, karena merasa di ledek oleh Papahnya terkait pasangan.

“cepet kenalin dong pasangannya ke Papah.”

“Byan berangkat sekarang ya. Pah,Bun.” Ucapnya, dengan mengambil kotak bekal yang ada di tangan Felita.

Sambungnya lagi. “makasih ya Bunda bekalnya.” Tidak lupa ia menyalami tangan dan memeluk Felita.

“Byan berangkat ya Pah.” Ia pun menyalami tangan Abrisam.

“pinter juga kamu, mengalihkan topik.” Dengan menepuk pundak putranya itu dengan tersenyum.

“nanti kita bahas lagi ya Pah. Sekarang Byan berangkat sekolah dulu takut telat.” Jelasnya ia tersenyum malu dengan pembahasan yang baru saja Abrisam tanyakan.

“kamu nih, masih malu-malu aja kalau bahas soal pasangan.”

“udah dong Pah, seneng banget godain anaknya. Nanti juga di kenalin ke kita pacarnya.” Felita menepuk punggung suaminya itu pelan, memang Abrisam senang sekali menjahili atau menggoda putranya itu, sejak Abyan kecil hingga remaja seperti sekarang. Kedekatan Abrisam pada putranya tak pernah pudar, mungkin membuat sebagian orang diluar sana merasa iri dengan kedekatan seorang Ayah dan Anak itu.

“Byan berangkat ya, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, hati-hati ya Bang.” Jawab Abrisam dan Felita bersamaan.

Di bukanya garasi dan terlihat jelas motor hitam pekat terparkir bersebelahan dengan motor Honda 350 cc miliknya, di belakang motor-motornya itu terdapat mobil hitam juga terparkir disana, ialah milik kedua orang tuanya. Tak lupa memanaskan motornya terlebih dahulu sebelum ia berangkat. Sudah siapnya, ia pun berangkat dan meninggalkan halaman rumahnya.

.

.

.

FELITA

ABRISAM

Terpopuler

Comments

Tini Timmy

Tini Timmy

di aku ada ini juga, spa ya namanya yg pemain goblin

2025-02-19

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Pengertian banget papah na... 🤭

2025-04-08

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Gong Yoo

2025-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!