sebelumnya...
Brugh...
Buku paket yang Zena pegang jatuh berserakan. Karena didalam buku paket tersebut, ada beberapa kertas yang disediakan Bu Fanya untuk mengerjakan tugas.
Bukan Freya namanya, kalau tidak emosi dengan hal yang tidak ia sukai, apalagi sekarang ia di hadapkan dengan Jerry nya.
“Hehh dodol. Kalau jalan tuh liat ke depan, malah maen hp.” Protes Freya pada Siswa yang menabrak Zena.
“Eh, sorry sorry, gue gak sengaja Ze.”
Timpal Freya. “Bantuin!, bukan sorry sorry.” Katanya, sambil melotot pada Siswa tersebut.
“Sorry ya Ze, tadi gue fokus ke hp gak liat ke depan.” Jelasnya sedikit memelas, karena merasa bersalah.
“*Dua kali nih gue tubruk orang. Tadi nubruk, sekarang di tubruk*.” gerutu batin Zena.
“Iya gak papa Deo.”
Deo adalah teman satu kelas Zena dan Freya, memang Freya dan Deo bisa dibilang tidak akur, atau biasanya teman-teman kelas menyebutnya, Tom&Jerry. Terlihat mereka berdua itu sangat bersahabat sekali bukan?.
“Untung yang lo tabrak Zena.” Ucap Freya.
“Iya untung yang gue tabrak Ze, ogah gue nabrak lo.”
“Dih si dodol, siapa juga yang mau di tabrak sama lo!” Lagi-lagi Freya tidak bisa menahan emosinya.
“Udah Frey. Gue gak papa nih bukunya juga gak papa, cuman kesenggol dikit aja.” Zena meyakinkan Freya, agar sahabatnya itu tidak emosi berkepanjangan.
“Lo tuh terlalu baik Ze, ada yang nyenggol dikit lo gak papa in, kalau gue sih senggol bacok.” Katanya, ia melotot ke arah Deo, dengan membantu mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan.
“Udah ah Frey, gausah di perpanjang, yuk kita ke kelas aja.” Zena berharap sahabatnya itu mau untuk mengalah, tidak meneruskan perdebatannya dengan Deo.
“Kalau bukan karena Ze yang pisahin gue, udah gue colok mata lo three D.” dengan mengatai Deo dengan sebutan 3D.
“Lo nyebelin banget sih jadi cewe, Ze aja santai gak papa, kenapa lo yang sewot?” timpal Deo dengan kesal.
“Lo yang nyebelin, nama lo tuh gak cocok buat lo tau. Nama aja bagus Deo Deen Dirgantara, tapi kelakuannya gak ada bagus-bagusnya.” Celetuknya dengan meledek.
“Lah si kutu malah ngatain, kalau bukan cewe udah gue ajak sparing lo.”
“Apa. Lo!, emang gue takut?, sini maju, ayo lawan gue sparing!”
“Dasar kutu. Lo, gak jelass!” timpalnya dengan melewati Freya dan Zena begitu saja, yang sudah malas untuk berdebat dan menanggapi lawan bicaranya itu.
Deo memilih untuk pergi saja, kalau dia tanggapi ucapan Freya, yang ada tidak ada ujungnya.
“Huhhh… dasar Deo, D nya apa?, DODOL.” Teriaknya dengan menggerutu.
Zena sudah lelah dengan Freya, yang memiliki tingkat kesabaran setipis tisunya itu, ia hanya menatap Freya dengan menggeleng kepalanya.
“Lo gak cape apa ngomel-ngomel?, udah tau Deo orangnya begitu, lo malah ladenin.”
“Gak bisa gue kalau soal Deo, rasanya pengen gue habisin telen hidup-hidup, hobi banget dia tuh mancing gue naik darah.” Jelasnya, dengan emosi yang masih terlihat jelas.
“Awas lo lama-lama jadi suka.”
“Dih, si Ze, amit-amit ya gue suka sama dia.”
“Amit-amit apa amit-amit?. Hati-hati loh, benci jadi cinta tuh nyata loh Frey.”
“Ze, bener-bener ya lo, bikin darah gue makin naik.”
“Sabar sabar. Cinta emang gitu sih, kalau kata pepatah orang tua jaman dulu sih gini, jodoh tuh jorok Frey, ketemunya dimana aja, kaya lo sama Deo.” Ucap Zena, dengan sengaja mengusili sahabatnya itu.
“Zenaaaa!” teriak Freya.
“Kabuuurrrr.” Zena berlari lebih dulu menuju kelas, dengan meninggalkan Freya di belakangnya. Ia tahu, pasti sahabatnya itu akan mengejarnya dan mencubit Zena.
\*\*\*\*
\***Kantin**\*
Sabrina dan Naura sedang menunggu kedua sahabatnya itu di kantin, mereka berdua sedang menikmati Baso Tahu yang mereka pesan.
“Nih dua bocah pada kemana lagi?, gue chat di grup gada yang jawab satupun.” protes Sabrina dengan melahap makanannya.
“Mereka ke toilet, atau kemana sih, lama banget”. gerutu nya lagi, dengan menatap layar handphone di tangannya.
“Kita duluan aja gimana?, suruh mereka berdua nyusul ke perpus.” usul Naura pada Sabrina.
“Yaudah, kita kabarin di grup.”
Sabrina dan Naura segera menghabiskan makanannya, mereka akan menunggu Zena dan Freya di perpustakaan. Mereka memang selalu berdiam di perpustakaan setiap jam pulang sekolah, untuk mengerjakan tugas ataupun membaca novel dan menghabiskan waktu, hingga mereka merasa bosan.
Disisi lain Zena dan Freya kembali ke dalam kelas untuk mengambil tas dan buku-bukunya. Mereka berdua baru saja dari toilet.
\***Di dalam kelas**\*
Tidak lupa Zena mencatat tugas di papan tulis, yang diberikan oleh Guru mata pelajaran di jam ter-akhir. Lain dengan Freya, ia hanya memasukan buku-buku catatan dan alat tulisnya, dengan pikiran dan hati yang tidak karuan.
Kali ini Freya benar-benar dilanda kebingungan, ia harus memberitahu Zena, tetapi ia tidak tahu harus memberi tahukannya seperti apa.
“Zee..-“ Freya menggantungkan perkataanya, ia bingung harus bagaimana memberi tahu kepada Zena, dengan meremas tas yang ia pegang.
Sejak jam pelajaran bel istirahat berbunyi, Freya lebih sering melamun, dan tidak banyak berbicara seperti biasanya. Isi kepala dan hatinya sibuk bertanya pada dirinya. "*Haruskah ia memberi tahu Zena, tentang kejadian saat ia di kantin tadi*?". Monolog batinnya terus berisik, yang membuat dirinya kehilangan fokus dalam jam pelajaran.
“Hmm.” Sahut Zena, ia sedang mencatat tugas di buku tulisnya.
Zena bingung, karena Freya tidak ada responnya lagi setelah ia jawab.
“Re?” panggil Zena dengan menepuk pundak Freya.
Freya hanya menatap Zena dengan wajah yang penuh kebingungan, tentu saja mengundang rasa penasaran lawan bicaranya itu.
“Frey, are you ok?” tanya Zena lagi, membuat Zena khawatir, karena Freya sama sekali membuat Zena bingung.
“Lo yang gak ok Zee..” jawabnya dengan tatapan kosong.
“Hahh?, m-maksud lo?, bentar, gue gak paham.” kening Zena berkerut, ia benar-benar bingung dengan ucapan sahabatnya itu.
“Ii-iya.. Lo, sekarang lagi gak baik-baik aja Zee.”
“Rea. Serius gue gak ngerti apa maksud lo” Zena menghentikan aktivitas yang sedang ia lakukannya itu.
Jawaban Freya benar-benar membuat Zena semakin bingung, apa yang dimaksud ucapan sahabatnya itu, mengundang rasa penasaran dan khawatir.
“Ggu-gue, ketemu sama Kak Abyan di kantin, waktu jam istirahat pertama.” jawab Freya dengan gugup dan takut.
Kening Zena berkerut lagi. “Teruss?, Abyan?, dia siapa?” Zena benar-benar tidak tahu, siapa Abyan, dan apa hubungannya dengan dirinya.
“Lo, gak tau Kak Abyan Zee..?” Freya memastikannya.
“Gue gak tau, dia siapa?, terus hubungannya sama gue apa Re?!”
“Dia Kaka kelas kita, kelasnya sebelahan sama kelas kita Zee” jelas Freya pada Zena.
Kelas Abyan memang bersebelahan dengan kelas mereka, yaitu XII IPA 3, hanya saja terhalang Lorong tangga yang menuju lantai 2 untuk menuju kelas X.
Freya melanjutkan perkataan nya lagi “Kak Abyan kayanya ngincer Lo Zee”
“Coba lo jelasinnya jangan setengah-setengah, gue gak ngerti. Kenapa Abyan-Abyan itu ngincer gue, emang gue pernah buat salah apa sama dia?!” jawab ketus Zena.
Zena tidak mengerti apa yang dikatakan Freya. Dan kenapa yang bernama Abyan mengincarnya?, karena Zena sama sekali tidak mengenal siapa laki-laki yang disebutkan Freya itu.
.....
DEO

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Melia Andari
aku subscribe ya, semangattt 🥰
tapi aku baca nya pelan2 gapapa ya 😁
2025-02-23
1
DeanPanca
mawar buat author biar tambah semangat.
2025-03-02
1
Tomat _ merah
mau kasih masukan, sehabis tanda petik harusnya pake huruf kapital ya bukan huruf kecil 🤍🤍
2025-02-17
2