sebelumnya...
Zena tidak langsung menjawabnya, ia sempat diam sejenak, untuk memikirkan alasan apa yang harus ia jawab.
Bukan Sabrina namanya jika tidak penasaran.
Sabrina menjentikkan jarinya di depan wajah Zena, "Hehh..-malah bengong gue tanya."
“Biasalah anak muda, apalagi kalau bukan bergadang.” kata Zena dengan nada bercandanya.
“Gayaan lo bergadang.” ucapnya lagi, “Lo bohong ya?” tanya Sabrina, dengan mata yang menyipit.
Kening Zena berkerut. “Lah kok bohong?”
“Soalnya tadi pas gue tanya lo malah diem.” jelas Sabrina.
“Sse-sengaja... seneng aja liat muka panik lo itu.” jawab Zena dengan tertawa kecil.
Sabrina mencubit pelan tangan sahabatnya itu, “Seneng ya lo bikin gue panik.” katanya lagi, “Gak ada yang lo sembunyiin lagi kan?”
Sabrina memastikannya, karena dia tahu sahabatnya itu pintar sekali menyembunyikan sesuatu, bila terjadi hal tidak mengenakan pada dirinya.
“Gak ada Sabsab... nih liat gue baik-baik aja.” jelas Zena, untuk meyakinkan Sabrina agar tidak terlalu mengkhawatirkannya.
“Syukur deh kalau lo baik-baik aja. Inget ya kalau ada apa-apa lo cerita sama gue, jangan lo pendem sendiri.” pinta Sabrina pada sahabat nya itu.
“Aman, gue pasti cerita ko.”
“Halah, lo mah pasti cerita pasti cerita, ujungnya gak cerita.” ketus Sabrina.
“Mana ada kaya gitu, gue cerita ya.”
“IYAA CERITA, tapi pas kejadiannya udah lewat. Bener-bener lo ya suka banget bikin orang khawatir.” jelas Sabrina dengan ekspresif.
Zena hanya bisa tertawa mendengar tutur Sabrina yang terlihat kesal padanya.
Tidak lama Freya dan Naura tiba di dalam kelas, mereka bergabung dengan kedua sahabatnya itu yang asik mengobrol.
“Ajak-ajak dong ngerumpi nya, lagi pada bahas apaan sih?, asik banget.” ucap Freya, ia duduk
di sebelah Zena.
Freya adalah teman satu bangku Zena. Di susul dengan Naura, dan ia duduk di sebelah Sabrina. Tempat duduk mereka ber-empat, berada di posisi baris ke dua dari depan, sebelah dinding atau dekat dengan jendela, yang bisa terlihat langsung lapangan sekolah.
Timpal Naura “Iya nih gak seru, gak nungguin kita ngerumpinya ya, Re.”
“Gak ada ngerumpiin apa-apa guys.” jelas Zena pada kedua sahabatnya itu.
“Bohong pasti, masa gak ngerumpiin apa-apa, kok, lo ketawa-ketawa.” Ucap Freya, dengan menunjuk Zena.
“Beneran gak bohong guys, biasalah calon Ibu Psikolog kita, kalau udah ngomel kaya gimana.” jawab Zena dengan terkekeh.
“Hadeuhh.. masih pagi loh IBU, kok udah ngomel-ngomel sih.” Naura menyenggol tangan Sabrina pelan.
“Kalau jadi Ibu Psikolog tuh gak boleh ngomel-ngomel, harus senyum, tenang, dan sabar, gimana sih.” timpal Freya sambil tertawa.
“Kalian ya bener-bener. Malah ngatain gue, mau gue cubit satu-satu?” jawab Sabrina. Dan ia pun ikut tertawa, karena kelakuan sahabat-sahabatnya itu.
Bel masuk berbunyi. Jam pelajaran pertama di mulai dengan pelajaran Matematika, pelajaran yang paling tidak disukai kebanyakan Siswa/Siswi di sekolah.
“Pagi anak-anak.”
Sapaan ceria Bu Merry, sejujurnya mereka curiga, dengan sapaan ceria yang diberikan Bu Merry pagi ini.
“Pagi Buu..” jawab mereka semua, ada yang menjawab dengan semangat, dan adapun juga yang menjawab dengan malas.
“Hari ini Ibu akan mengadakan Quiz, untuk tambahan nilai kalian, jika nilai ujian tengah semester kalian kurang bagus, Ibu akan tambahkan dari nilai Quiz hari ini.”
Jelas Bu Merry dengan santai nya, yang membuat sekelas membisu bersamaan, yang saling tatap satu sama lain dengan teman sebangkunya.
“Bu, kok dadakan sih Quiz nya?” celetuk salah satu murid.
“Yang bener aja Bu, masa dadakan gini?, kita belum persiapan belajar.” sudah pasti Sabrina akan protes. Ya, tentu mereka semua juga akan protes dengan ketidak siapan Quiz ini.
Kelas mulai ribut, saling saut menyaut satu sama lain melakukan protes, karena Quiz dadakan yang dibuat oleh Bu Merry. Itulah Bu Merry, ia adalah guru yang mengajar semua kelas XI, gebrakan nya selalu diluar nalar, dan selalu serba mendadak, tanpa memberitahu murid-murid nya. Seperti sekarang, tiba-tiba saja mengadakan Quiz.
Zenna sudah sering dengar dari kelas lain, tentang Bu Merry. Ada yang memberi julukannya BuMerDak, yang kepanjangannya Bu Merry Dadakan. Ada yang lebih parah lagi, BuMerLat yang kepanjangannya Bu Merry Tahu Bulat. Zenna tidak mengerti dengan konsep mengajar beliau seperti apa, tapi menurutnya ada plus minusnya.
Plus nya, mengajari semua murid untuk selalu belajar tanpa harus menunggu saat ujian tiba, ataupun di adakannya Quiz. Minus nya, begitulah, serba selalu mendadak tanpa memberi tahu terlebih dahulu, supaya murid-muridnya bisa mempersiapkan lebih maksimal saat mengikuti Quiz.
“Sudah-sudah jangan ribut!” katanya tegas.
sambungnya lagi “Ibu beri waktu 20 menit, untuk mempelajari kembali materi minggu kemarin.”
“Baik Buu..!” jawab mereka serentak dengan malas.
Waktu menunjukan pukul 09.10 WIB, bel tanda istirahat pertama berbunyi.
Zena dan sahabat-sahabatnya tidak pergi keluar kelas, mereka membawa bekal masing-masing dari rumah. Biasanya mereka ber-empat, akan makan bekalnya diwaktu jam istirahat ke-dua.
Di karenakan jam pelajaran pertama sangat menguras energi dan pikiran, butuh asupan makanan berat, agar energi mereka ber-empat kembali.
Gerutu Sabrina. “Sumpah ya, otak gue ngebul banget.”
“Emang bener-bener Bu Merry nih, selalu diluar nurul!” timpal Freya, gerutunya sambil membuka bekal makan.
Seperti sudah kehilangan tenaga untuk berkomentar, Zena dan Naura hanya menyimak gerutuan kedua sahabatnya itu, sambil menyantap makanan bekal mereka masing-masing.
“Aduuh, gue lupa bawa minum lagi.” celetuk Freya, dengan kesal.
“Ada yang mau ikut ke kantin gak?" tanya Freya pada ke tiga sahabatnya itu.
jawab serentak mereka ber-tiga “Enggak!”
Freya berjalan sendiri menuju kantin, sebenarnya Freya malas kalau harus ke kantin di jam istirahat pertama. Sudah terlihat jelas antrian panjang yang akan di hadapinya itu,
**KANTIN**

“nah kan..”
“yaa, tuhan.. panjang banget antrian nya.” melas Freya, yang kini sudah masuk antrian bersama para Siswa/Siswi dari berbagai kelas.
*Ruang Kelas*
“Permisi, ada yang namanya Zena?” Suara lantang dari arah depan pintu.
Murid-murid semua di kelas menatap ke arahnya. Zena yang baru saja menyuapkan makanan pada mulutnya itu, terhenti ketika kedua mata Sabrina dan Naura tertuju padanya.
“Kenapa?” tanyanya.
“Tuh... lo dicariin.” Jawab Sabrina sambil menunjuk ke arah pintu, yang di susul juga oleh Naura menunjuk ke arah yang sama.
“Gg-gue?” ia menunjuk dirinya sendiri, dengan kebingungan. Karena Zena terlalu fokus pada handphone, hingga ia tidak menyadari ada yang memanggil namanya.
“Iya. Lo, siapa lagi di kelas ini yang namanya Alzenaaa?” ucap Sabrina dengan menekankan nama Zena.
Zena hanya tersenyum malas, setelah mendengar ucapan Sabrina itu.
Ia pun berdiri dengan mengangkat tangannya, untuk menjawab murid yang berada di depan pintu kelasnya. “Gue. Ada apa ya?”
**SABRINA**

**FREYA**

**NAURA**

**BU MERRY**

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Metana
aku baca ceritanya ngerasa gemes gitu sama mereka, masa sma memang paling best
2025-02-19
1
Tomat _ merah
seruuu bngtt ceritanya ga bisa berhenti baca
2025-02-17
1
Melia Andari
Bu Merry nya mudah banget yah 😁😍
2025-02-23
1