\*Flashback On
Baru saja Freya selesai membeli air minum, dan hendak kembali menuju kelasnya. Tiba-tiba saja Freya di hadapkan dengan Abyan dan teman-temannya.
“Lo teman nya Zena?”
Freya terkejut, saat di todong dengan pertanyaan tanpa basa-basi Abyan, yang tiba-tiba saja menanyakan Zena sahabatnya.
“Iii-iya Kak.” Jawabnya dengan terbata.
”Boleh bagi kontaknya?” ucapnya tanpa basa-basi.
“Bubuu..-bbuat apa ya Kak?” jawabnya yang masih terbata, ia takut pada Abyan, KakaK kelas yang sering kali di bicarakan oleh siswa-siswi kelas X dan XI.
“Buat apa nya, bukan urusan lo.” Jawabnya ketus.
“Maaf Kak, ssa..-saya gabisa kasih kontaknya.” Jawabnya dengan menunduk.
“Kenapa gak bisa?”
“Saya harus minta izin dulu ke teman saya Kak.”
“Hadeuh, kelamaan.” ketus Abyan.
“Mmaa-maaf Kak, saya gak berani buat kasih no kontak teman saya ke orang lain, tanpa izin dari orangnya.”
Semakin tajam mata Abyan mantap Freya, setelah mendengar jawabannya itu.
“Apa perlu kita mintanya secara paksa?” ucap Febian, salah satu teman Abyan.
Mendengar celetukan dari salah satu teman Abyan, benar-benar Freya dibuat bingung, harus meresponnya seperti apa. Freya hanya bisa menunduk dengan berharap, Abyan dan teman-temannya tidak memaksa dan pergi dari hadapannya.
“Lo bisu?” timpal Zaidan teman Abyan.
Freya meremas botol minum yang ia pegang, ia mematung tanpa kata. Tenggorokannya mendadak sangat kering, ingin sekali ia minum air di botol yang ia pegang, untuk sekedar menyegarkan dahaganya.
“Jawab dong!” katanya lagi.
“Sariawan kali, udahlah cabut, gak bisa jawab dia, Yan.” Ucap Evan, dengan mengajak Abyan dan lainnya, untuk pergi meninggalkan Freya yang sama sekali tidak merespon ucapan mereka.
Abyan tidak meresponnya, ia menatap Freya dengan tatapan datar dan dingin, Abyan dan teman-temannya pergi begitu saja melewati Freya.
Freya benar-benar kikuk, badannya terasa bergetar tidak karuan, ia ketakutan, yang membuatnya keringat dingin, seperti hanis bertemu hantu yang menyeramkan.
\*Flashback Off
....
Tidak ada jawaban apa-apa dari Zena, ia mencoba mencerna apa yang baru saja diceritakan oleh Freya, hal sama yang dilakukan Freya, setelah ia menceritakan apa yang terjadi di kantin pada jam istirahat pertama tadi.
Ia tahu sahabatnya itu tidak mudah untuk di dekati oleh laki-laki. Zena termasuk perempuan dengan pribadi yang dingin terhadap lawan jenis, sudah beberapa laki-laki yang mencoba mendekatinya, tetapi Zena selalu tertutup terhadap itu.
Seperti tidak tertarik dengan hal percintaan, yang dimana kebanyakan anak remaja SMA, di masa putih abu-abunya, tak jauh dari percintaan dan persahabatan yang akan dikenangnya di lain waktu. Dan banyak hal yang selalu Zena sembunyikan, entah ia sembunyikan dari keluarganya ataupun temannya. Bisa dibilang ia pandai menutupi rahasia, atau hal apapun yang terjadi pada dirinya.
Ia akan berbagi cerita, jika ia ingin bercerita. Seringkali Zena menutupi kejadian yang mungkin bisa membahayakan dirinya, seperti penuh dengan teka-teki yang belum dapat Zena selesaikan.
Drrtt drrtt

“Sabrina sama Naura udah nunggu di perpus katanya, kita langsung kesana aja, gak jadi ke kantin.” Ucap Zena dengan membuka Handphone nya yang bergetar, pesan masuk dalam grup yang di kirimkan oleh Sabrina dan Naura.

“Oo-ohh.. Ok” jawab Freya terbata. Ia tahu, Zena sedang menghindari apa yang baru saja ia ceritakan.
“Ze..”
“Sorry ya, kalau lo ga nyaman apa yang tadi gue certain, gue cuman mau sampein aja.”
“Gue juga gak kasih kontak lo ke Kakak kelas tadi.” Jelas Freya, ia tidak mau kalau Zena merasa tidak nyaman dengan ceritanya.
“Gue gapapa Re, gue percaya sama lo kok. Makasih ya udah gak kasih kontak gue ke Kakak kelas itu.” Jawabnya dengan tersenyum. Ia tidak mau Freya merasa tak enak terhadapnya. Lalu dijawab oleh Freya dengan anggukan dan tersenyum.
“Yaudah yuk, kita ke perpus, kalau kelamaan yang ada kita di omel sama Sabrina.” Katanya dengan terkekeh.
“Iya lagi, lupa kalau kita punya sahabat spek emak-emak bawel.” Timpal Freya tertawa.
Mereka berdua pun, menuju perpustakaan dengan berbincang dan tawa, candaan yang dibuat oleh Freya mengundang tawa Zena yang nyaring, membuat seseorang yang berada di dalam kelas penasaran dengan sumber suara tawa itu.
Diperhatikannya di dalam kelas melalui kaca jendela, membuat Abyan berhenti dengan aktivitas yang sedang ia lakukan. Ia berhenti dari catatannya, dan fokus memperhatikan seseorang yang berada di luar kelas.
“Byan.”
“Abyan!”
Evan sudah beberapa kali menyenggol tangan teman sebangkunya itu. Tetapi Abyan tidak kunjung sadar dari lamunannya. Ketika Bu Danita memanggilnya dengan lantang, dan menyebutkan nama lengkapnya itu. “Bimantara Abyan Liam Narendra!”
Ia pun tersadar dari lamunannya. Dan kembali mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang memanggilnya.
“Iya Bu?.” Tanyanya.
“Kamu mau ikut pulang bareng anak-anak kelas X dan XI?” tanyanya terdengar seperti mengintimidasi.
“Enggak Bu, maaf.”
“Lihat ke depan. Ibu masih menjelaskan.” Ketusnya, dengan kembali ke papan tulis, untuk melanjutkan materi Fisika, yang bisa dibilang cukup tidak mudah, jika para siswa-siswa tidak memperhatikannya.
“Lo ngapain sih liat ke jendela kaca?, udah tau Bu Danita garang.” Febian membalikan badannya ke belakang, tanyanya nya yang terdengar seperti berbisik pada Abyan.
Abyan hanya menjawab dengan menggelengkan kepala saja.
Tempat duduk Febian berada di depan Abyan. Ia duduk bersama dengan Zaidan.
“Ibu harap kalian fokus pada persiapan ujian yang akan datang, kalian sudah kelas XII, bukan lagi kelas X atau XI, jangan terlalu santai.” Ucapnya tegas.
“Dan harus tetap fokus saat Guru sedang menjelaskan.” Sambungnya lagi dengan menekankan kata terakhirnya, matanya tertuju pada Abyan.
“Mengerti semua?!” tegasnya.
Jawab mereka serentak. “Mengerti Bu.”
Jam pelajaran terakhir pun selesai, semua siswa kelas XII IPA 3 mulai bersiap untuk pulang, pada akhirnya pelajaran yang seringkali ingin mereka hindari selesai juga. Membuat energi mereka merasa terkuras.
Lain dengan Abyan dan teman-temannya, mereka terlihat seperti biasa-biasa saja tanpa ada protes ataupun keluh selama pelajaran Bu Danita.
Sudah siapnya Abyan untuk bergegas pulang, di susul dengan ke-tiga temannya itu. Melihat pertemanan mereka ber-empat sudah seperti saudara kandung, yang kemana pun selalu saja bersama. Kerap kali membuat beberapa orang merasa iri pada pertemanan Abyan dan sahabatnya itu.
Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pulang ke rumah masing-masing, sudah hal biasa atau seperti rutinitas mereka ber-empat, mereka akan menongkrong di Basecamp, untuk sekedar bersantai ataupun mengerjakan tugas sekolah.
Tetapi tempat Basecamp mereka tidak seperti Basecamp pada umumnya, banyak tidak di ketahui oleh teman-teman di sekolahnya, selain hanya mereka saja yang tahu. Tempat tersebut yang tak jauh dari TPU (Tempat Pemakaman Umum).
Entah awalnya ide siapa mendirikan Basecamp dekat dengan TPU, mereka memang suka keheningan, tetapi jika diketahui oleh teman sekolahnya, mungkin bisa dibilang Basecamp ter aneh.
ABYAN
EVAN
FEBIAN
ZAIDAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Tini Timmy
Vincent ku nyantol di sini🤣🙈
2025-02-19
1
Diana (ig Diana_didi1324)
aku tinggalkan mawar untukmu thor semngtt yaa🌹🌹🌹
2025-02-14
1
Melia Andari
keren uh ada foto wa di hp nya 😍
2025-02-23
1