# 17

Membuat semua di dalam kelas tersebut seketika hening dan senyap. Tak ada satu pun yang bersuara. Mereka semua mulai duduk pada kursinya masing-masing dengan ter gesa-gesa.

“kalian ini udah kelas XII, masih aja tingkahnya kaya anak kelas X, gak malu apa?, bukannya kasih contoh yang baik buat adik tingkatnya!”

Kalau sudah Bu Danita yang menegur, tak ada siapapun yang berani untuk membantah, memang Bu Danita terkenal dengan disiplin dan tegasnya kepada semua murid yang ada di sekolah SMA BUMI BAKTI.

“kalau Gurunya gak masuk, kerjain tugasnya bukan berisik, mengganggu kelas lain yang lagi belajar!” tegurnya lagi.

“kalau sampe terdengar lagi kalian berisik, Ibu hukum kalian semua. Mengerti?!” tegasnya, mampu membuat kelas tersebut mematuhi perintahnya.

“baik Bu.” Jawab mereka semua.

Setelah menegur, Bu Danita kembali lagi untuk mengajar di kelas XII IPA 2.

“sumpah… jantung gue kaya mau copot, tapi gak jadi.” Celetuk Febian dengan memegang dada nya.

“gue berasa nafas gue ketahan.” Timpal Zaidan yang hendak duduk di pinggir meja Evan.

Lain dengan Abyan dan Evan, mereka berdua memang terkenal dengan wajah datar dan dingin tanpa ekspresi. Abyan dan Evan hanya memperhatikan gerutuan kedua sahabatnya itu dengan melipat kedua tangan di dada bidangnya.

“oh iya, Bim. Sorry soal telepon yang semalem, gue udah ceg-“

“santai. Lupain aja, gausah di bahas lagi. Gak penting.” Katanya, menyela penjelasan Zaidan yang hendak menjelaskan.

Jelas membuat Evan dan Febian saling ber tatap dengan heran dan penasaran, apa yang tengah di bahas oleh Abyan dan Zaidan.

“ada apa, Bim?” tanya Febian penasaran.

“gak ada apa-apa, lanjut kerjain tugasnya, entar Bu Danita dateng lagi ke kelas.”

“udah ayo, kita kerjain.” Zaidan turun dari meja yang tengah ia duduki itu dan menepuk bahu Febian.

Febian mulai paham, bahwasanya Abyan enggan untuk menjelaskan. Ia memang terkadang memilih untuk diam dan membuat sekitarnya dibuat bingung. Hanya orang-orang terdekatnya yang memahami apa yang di maksud. Tetapi, lebih banyak dibuat bingung di bandingkan memahaminya.

Dua pelajaran telah selesai, jam sudah menunjukan waktunya bel istirahat berbunyi, dan benar saja tak berapa lama bel pun berbunyi. Semua siswa berburu menuju kantin untuk mengisi amunisi, ada yang berdiam di kelas dan memakan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing, ada pula yang ikut antri di beberapa stand yang ada di kantin, dengan beragam menu yang siap untuk menguras uang saku mereka.

Abyan tengah duduk di meja dekat stand baso tahu yang selalu ramai di kunjungi oleh sebagian siswa/siswi. Matanya tak diam, seperti mencari seseorang yang ia tungu, entah siapa yang membuat Abyan fokus pada kerumunan di sebrang sana. Tak biasanya ia seperti itu. Mampu membuat ke tiga sahabatnya mempergoki dirinya.

“gak biasanya lo merhatiin orang-orang di kantin.” celetuk Febian.

“si Byan juga punya mata kali.” Ucap Evan yang duduk di dekat Abyan, tengah menuangkan kecap pada baso tahu yang baru saja ia pesan.

“tau gue juga, tapi aneh aja jarang banget nih manusia kaya begini. Biasanya datar-datar aja.” Dengan menyeruput es teh manis ditangan kanannya itu.

“lo, lagi nyari siapa sih Bim.” Kini Zaidan yang mulai bertanya, ia duduk bersebrangan dengan Abyan.

“gak, nyari siapa-siapa, lagi pengen liat kerumunan orang aja.” Jelas alibi yang mudah di tebak oleh ketiga sahabatnya itu.

.

Terpopuler

Comments

Metana

Metana

Zena bang ngaku aja, klu gak ngaku nanti aku yang datangin kamu/Joyful/

2025-02-20

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Mana mau ngaku. gengsi mu setinggi langit 🤭

2025-04-09

1

Tini Timmy

Tini Timmy

lagi nyari si ayang zena 🤭

2025-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!