# 19

***

“Pagi Buna.” Sapa Shaga, di ambang pintu ia baru saja sampai di Cafe milik Alana. Dengan tas ransel yang ia tompang di bahu kirinya.

Alana yang tengah merapihkan dan membersihkan meja untuk para pelanggan yang akan berkunjung ke Cafe miliknya. “eh.. Shaga.”

Ucapnya lagi. “mau berangkat ke kampus Nak?” Shaga menghampiri dan menyalami tangan Alana.

“iya Buna, tapi masih ada waktu, jadi Shaga mampir kesini.”

“kamu udah sarapan?” tanyanya dan mengajak Shaga untuk duduk di kursi sofa.

“belum Buna, nanti makan di kampus aja.”

“sarapan pagi itu wajib, kamu mau Buna bikinin apa?”

“gak usah repot-repot Buna.”

“udah, kamu diem disini, Buna bikinin pasta ya.”

“gapapa Buna, nanti aja Shaga sarapan di kampus.”

“gak ada penolakan, wajib sarapan.” Alana menuju Pantry, disusul Shaga yang membuntutinya dari belakang.

“Buna.. udah gak usah, Shaga jadi ngerepotin Buna. Shaga kesini mau bantuin Buna buat nyiapin atau bantu beresin persiapan buka Cafe.”

“udah gak usah, udah selesai kok, tadi dibantu sama Mbak Sena.” Katanya, dengan menyiapkan bahan untuk membuat pasta.

“maaf ya Buna, Shaga telat bangun tadi, jadi gak sempet bantuin buat buka di Cafe.” Shaga membantu menyiapkan bahan-bahan.

“kamu nih, kalau kesini selalu bantuin Buna terus, kalau mau main ke sini, kesini aja. Jadi gak enak Buna, kamu selalu bantuin Buna terus.” Tuturnya lembut.

“gapapa dong Buna, Shaga seneng bantuin di Cafe.”

“kamu nih, dari dulu emang gak pernah berubah. Selalu seneng kalau bantuin siapapun.” Usapnya pada pundak Shaga. Seraya dengan senyum. Bangga melihat tumbuh kembang Shaga, meskipun ia bukan anak kandungnya. Tetapi, Alana bangga dan sayang padanya.

“oh iya. Buna, Zee tadi gak telat kan ke sekolahnya?”

“engga telat, waktu jam 4, Buna ke kamarnya mau bangunin, eh dia udah bangun ternyata, lagi siap-siap buat mandi.”

“Syukur, kalau gak telat, tadinya kalau Zee telat, Shaga yang anterin ke sekolah.”

“makasih ya Nak, kamu selalu perhatian dan jagain Zenna, Buna beruntung banget ketemu kamu, Nak. Dan makasih udah bantu Buna buat selalu jagain Zenna dari kecil sampai sekarang.” Tuturnya, terlihat manik matanya memerah, terharu dan senang. Tapi ia coba menahan air matanya itu untuk tidak terjatuh.

“sama-sama Buna, malah Shaga yang bersyukur dan beruntung banget bisa ketemu Buna, Zenna, dan Bang Aksa.” Usap Shaga lembut pada bahu Alana. Ia sudah menganggap Alana seperti Ibu kandungnya.

Shaga duduk kembali di sofa, dengan membawa pasta yang telah dibuatkan oleh Alana. Di susul oleh Alana membawa minuman hangat untuk Shaga dan dirinya.

“Bang Aksa, sekarang sering pulang malam ya Bun?”

“iya, lagi banyak kerjaan di kantornya, jadi sering lembur terus.”

“udah lama Shaga jarang main PS bareng Bang Aksa.”

“iyaya, biasanya kalian sering banget main PS di rumah.”

“kalau maen PS bareng Zenna, menang mulu Shaga nya.” Mendengar ucapan Shaga, Alana terkekeh, pasal nya, memang Shaga terkadang selalu menggoda atau menjahili Zenna hingga merajuk.

“kamu nih, suka banget godain Zenna.”

“lucu Buna, apalagi kalau udah marah, Shaga kena silent treatment nya Zenna.” Kekeh nya.

Suara dering ponsel Shaga berbunyi, ia mengeluarkan ponselnya dan mengangkat telepon itu.

“Ok. Gue otw.” Shaga kembali menaruh ponselnya ke dalam saku celana, kemudian ia menghabiskan pastanya, setelah habis, ia berpamitan untuk berangkat karena teman-teman di kampus sudah menunggunya.

“Buna. Shaga berangkat sekarang kayanya, barusan temen Shaga udah telepon.” Tak lupa ia menghabiskan minuman yang telah dibuatkan oleh Alana.

“oh, mau berangkat sekarang?”

“iya Buna, Shaga pamit ya, makasih banyak ya Buna, udah bikinin Shaga sarapan.” Shaga menyalami tangan Alana.

“sama-sama Nak, hati-hati ya di jalannya.”

“Ok. Buna.”

“inget. Jangan kebut-kebutan, biar pelan yang penting selamat.” Peringat Alana, yang tak pernah bosan untuk selalu ia ingatkan kepada Zenna, Aksa, dan juga Shaga bila bepergian.

“siap. Buna.” Alana mengantarkan ke depan pintu, hingga Shaga berangkat dan meninggalkan pekarangan Cafe. Alana kembali ke dalam untuk membuka Cafenya itu, dengan mengaitkan sing open pada pintu kaca, agar terlihat oleh pelanggan yang hendak berkunjung untuk menikmati menu makanan dan minuman di Cafe miliknya itu.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!