# 12

Percakapan mereka terus berlanjut hingga lupa waktu, seperti lupa bahwa hari esok sudah kembali rutinitas seperti biasa anak sekolah pada umumnya. Hari Senin, ialah hari yang sering kali di hindari sebagian para siswa/siswi.

Hendak Zenna membalas pesan grup chatnya itu, ia teralihkan oleh munculnya notifikasi yang tiba-tiba saja.

Notifikasi dari Instagram yang muncul dengan nama yang tak asing baginya. Seperti sempat melihat nama pengguna Instagram itu. Di ingatnya kembali. Ternyata, Senin lalu pengguna Instagram tersebut sempat mengikutinya, tetapi enggan Zenna confirm entah ia lupa atau memang sengaja mengabaikannya.

Seperti biasa Zenna tidak akan membukanya, ia akan membaca notif pesan jika memang ia ingin membukanya. Di abaikan kembali notif pesan dari pengguna Instagram tersebut. Ia memilih untuk tidur lebih awal malam ini, meskipun ia akan terbangun kembali di tengah malam.

Entah sejak kapan jam tidurnya menjadi se-berantakan ini, ia sering kali susah untuk tidur di jam normal. Ia akan tidur lebih awal jika memang keadaan tubuhnya sangat lelah atau memang ia tidak tidur seharian full.

Ingin sekali ia lepas dari kebiasaan tak baik bagi dirinya itu. Meskipun sudah ia coba, tapi nihil hasilnya. Yang berujung selalu dibantu dengan obat tidur sesuai resep yang di berikan oleh Dokter. Atau, terkadang ia ditemani sleep call oleh Shaga.

Abyan tengah berbaring di atas kasur, meregangkan tubuhnya yang sedikit linu di karenakan kejadian yang baru saja menimpanya. Ia memainkan Handphone sebelum ia tidur, seperti hal-nya rutinitas biasa yang sering kali di lakukan oleh anak-anak remaja di zaman sekarang ini.

Hingga Akhirnya ia simpan Handphone itu di nakas dekat tempat tidurnya. Ia mencoba pejamkan matanya agar ia bisa tidur lebih awal. Nihil, rasa kantuknya tak kunjung datang hingga ia buka kembali matanya, ia hanya melamun dan memperhatikan langit-langit di kamarnya. Rasa penasaran yang semakin menggebu dalam dirinya terus bertambah. Ia bingung, apa yang tengah terjadi dengan perasaannya itu.

Tak biasanya ia menjadi se-menggebu itu, harus dengan cara apa lagi agar ia bisa mendekatinya. Yang bisa membuatnya menjadi seperti ini. Jarang sekali bagi Abyan menemukan seseorang dengan pribadi yang sulit di tebak.

Kali ini ia mulai tertarik kembali untuk mendekati perempuan, setelah beberapa tahun sebelumnya sempat merasakan pengkhianatan dari seseorang yang ia sayangi dengan tulus. Dan dengan mudahnya melepas Abyan, demi kesenangan sesaat.

Sempat ia menjalin kasih dengan yang lain untuk melampiaskan rasa sakit hatinya. Tetapi itu salah. Tak seharusnya ia melakukan itu, yang harusnya ia lakukan adalah menyelesaikan rasa sakitnya hingga benar-benar selesai. Tanpa menyakiti pihak lain yang tidak tahu menahu apa yang tengah di alaminya.

Dering telephone membuyarkan lamunannya. Jarinya dengan cepat menggeser tombol panggilan itu ke atas.

“Halo..” ucapnya menerima panggilan dari balik telpon tersebut.

Cukup lama Abyan terdiam saat seseorang di balik panggilan telepon itu menjawabnya. Rahangnya mulai mengeras, entah apa yang tengah di ucapkan dari seseorang di balik telepon nya itu. Tanpa ragu Abyan mematikan Handphonenya dan melempar sembarang ke samping tempat tidurnya.

Tidak lama kemudian muncul pesan dari layar handphonenya. Ia mengusap kasar wajahnya seolah ingin menghempaskan segala ingatan yang ada di kepalanya. Yang selama ini ia kubur dalam-dalam, dengan tanpa permisinya ingatan itu muncul begitu saja.

Ketika mendapatkan pesan berikutnya dari seseorang di balik handphonenya itu, dengan cepat ia memilih untuk tidur dan menutup hampir seluruh tubuhnya dengan selimut.

Malam ini hujan cukup lebat, udara mulai dingin dan suara keras terdengar begitu menggelegar, ialah petir yang menghasilkan guntur. Suara yang dihasilkan akibat terjadinya pemanasan dan pemuaian udara yang sangat cepat ketika dilewati oleh sambaran petir. Sambaran tersebut menyebabkan udara berubah menjadi plasma dan langsung meledak. Menimbulkan munculnya suara yang bergemuruh, terdengar beberapa saat setelah kilatan.

Meskipun suara petir diluar sangat keras, tak membuat Abyan terbangun dalam tidurnya. Ia terlelap dengan tenang, seperti tengah tenggelam dalam mimpinya.

Di sisi lain, Zenna terbangun tepat pukul 02.30 WIB, suara petir yang menggelegar bersama dengan hujan yang terus turun tanpa henti. Membuatnya terbangun dari tidurnya yang tenang. Zenna menyukai hujan, tapi tidak dengan petir. Ia tutup seluruh tubuhnya dengan selimut, jantungnya berdebar sangat kencang, saat ini ia sangat butuh sekali seseorang yang menemani atau sekedar menenangkannya.

Trauma masa kecil yang membuatnya semakin ketakutan dibalik selimut itu. Hingga akhirnya ia hanya bisa menangis dan mencoba menenangkan dirinya sebisa mungkin. Tak mungkin ia mengganggu tidur orang rumah di jam segini.

Suara dering handphone yang berada di nakas dekat tempat tidur, sesaat membuyarkan kecemasannya. Dengan segera ia meraih ponsel dan mengangkatnya, tak perlu menunggu lama jarinya dengan cepat menggeser tombol panggilan itu ke atas, meskipun tangannya masih gemetar. Zenna tak mampu menyapa dibalik teleponnya itu, yang terdengar hanyalah suara isakan tangis dan nafas yang memburu.

“Sabia…” panggilnya lembut.

“Dengerin gue baik-baik ya..”

“Tarik nafas, buang perlahan.”

Zenna mencoba mengikuti arahan Shaga yang membuatnya sedikit lebih tenang.

”gak usah takut… gue disini temenin lo.”

Mendengar tutur Shaga, Zenna perlahan mulai tenang, meskipun hanya dibalik telepon setidaknya ada seseorang yang menemani dan menenangkannya di kala trauma itu datang tanpa permisi.

“Tarik nafas perlahan, buang perlahan.” Tuturnya lembut dan tenang.

“Hha-haga..” panggilnya dengan sedikit bergetar, rasa takutnya masih ada meskipun tak separah sebelum Shaga menelponnya.

“iya Sabia… gue disini, lo tidur lagi ya, gue gak akan matiin telponnya kok.”

“Haga..” panggilnya lagi dengan pelan, terdengar seperti bisikan.

“iya.. gue temenin sampe lo tidur ya.”

“nyalain loudspeaker nya ya… gue temenin.”

“tidur lagi ya, biar lo gak kesiangan nanti pagi berangkat sekolahnya.”

Zenna menuruti apa yang dikatakan Shaga, ia mencoba untuk tidur kembali meskipun masih ada sisa gemetarnya. Di simpan handphonenya di dekat bantal tidurnya. Ia mencoba memejamkan kembali matanya. Di balik telponnya itu terus berbicara dengan lembut membuat Zenna tenang dan tak lama ia pun mulai mengantuk kembali.

Pada akhirnya Shaga terjaga hingga pagi. Sudah hal biasa bagi Shaga, ia tahu betul apa yang tengah di alami oleh Zenna sahabatnya itu. Suara petir yang sangat tidak Zenna suka, meskipun ia suka sekali dengan hujan. Di balik itu semua ada trauma yang ia alami hingga detik ini. Hanya Shaga lah yang tahu rahasia yang satu ini. Sejak kecil Shaga selalu menenangkan Zenna di kala hujan turun bersama dengan petir.

\**POV SHAGA*\*

*Tanpa disadari, Shaga tertidur di atas meja belajarnya dengan tumpukan buku dan beberapa kertas latihan soal. Ia terbangun karena suara petir yang cukup kencang. Membuatnya bangun dengan posisi duduk tegap karena terkejut*.

*Ia beranjak dari kursi belajar dan berjalan menuju tempat tidur, bukan untuk tidur. Melainkan ia mengambil handphonenya, untuk menghubungi seseorang yang kini membuatnya khawatir. Posisinya kini duduk di pinggir kasur dekat dengan nakas*.

*Saat teleponnya telah diangkat, membuat Shaga sedikit lega, meskipun cemas dan khawatirnya lebih besar. Bisa ia dengar suara dibalik telepon tersebut. Ketakutan dan rasa panik tengah melanda. Membuat Shaga semakin cemas dengan keadaan itu*.

*Semampunya ia coba lebih tenang tidak ikut panik, satu tangannya mengepal setelah mendengar suara dibalik teleponnya itu. Tak mungkin ia menghampiri Zenna di jam 2 pagi ini, Ia mencoba menenangkan dengan suara yang mudah Zenna terima. Saat keadaan seperti itu, yang di butuhkan Zenna hanyalah penenang*.

*hal seperti ini lah yang membuat Shaga khawatir dan cemas jika ia sedang tidak bersama Zenna*.

.

Terpopuler

Comments

Metana

Metana

Shaga nih pasti, sabia yang di telepon kok aku yang salting. Perhatian banget Haga/Smile/

2025-02-20

1

Diana (ig Diana_didi1324)

Diana (ig Diana_didi1324)

kereenn kak tlaten bngt bikin prckpn kek gitu. jadi kek real gitu

2025-02-24

1

Melia Andari

Melia Andari

nikah sama shaga aja ya nanti si Zena, pkoknya yess

2025-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!