# 8

“Pagi Tante.” Sapa Zena ramah ia menghampirinya, dan menyalami tangan Luna.

“eh… sayang, kapan kesini nya?” tanyanya, dengan memeluk dan mencium kedua pipi Zena, sudah seperti anak perempuan kesayangannya.

“baru Tante.” Katanya, dengan senyum manis yang ia miliki. Membuat yang melihatnya gemas dan seperti terpana.

“sini duduk sayang.” Ajaknya merangkul lengan Zena dengan lembut. Sambungnya lagi, “udah makan nak?”

“udah Tante.” Katanya lagi, “oh iya tante, ini pesanannya, tadi Buna minta tolong Zena anterin, maaf kesiangan anterin nya, Buna sempet lupa, soalnya tadi di Cafe lagi rame banget.”

“yaa ampun, sampe di anterin, padahal nanti aja biar Shaga yang bawa ke Cafe.”

“gapapa Tante, tadi Zena ke rumah dulu, jadi mampir lewat sini.”

Rumah Zena dan Tante Luna memang satu komplek, hanya terhalang beberapa rumah saja.

“ngerepotin kamu jadinya Mami nih” ucapnya dengan menyebutkan dirinya Mami, itu adalah panggilan anak dan suaminya di rumah, karena Zena sudah ia anggap seperti anak kandungnya, ia selalu menerapkan panggilan itu kepada Zena.

Itulah Zena ia tetap segan, meskipun sudah di izinkan oleh sang pemilik rumah, untuk menganggapnya seperti keluarga dan tidak perlu segan atau pun canggung.

“engga ngerepotin sama sekali kok.” Katanya, tersipu malu.

“tadi Mami udah minta tolong ke Shaga, buat ambil Cake ke Cafe, eh tuh anak malah tidur lagi.” Jelasnya dengan ekspresif.

Zena yang mendengar itu tertawa, betapa susahnya Shaga dibangunkan di pagi hari, padahal Shaga selalu membangunkan dan menyuruhnya bangun sepagi mungkin, agar tidak terlambat ke sekolah, sebaliknya Shaga yang selalu terlambat ke kampus.

“ada aja tingkahnya Haga tuh.” Ucapnya dengan tertawa.

Baru saja sedang dibicarakan, tiba-tiba Shaga muncul dihadapan mereka berdua. Seperti cenayan yang tahu bila ia sedang di gosipkan, dengan jalan sempoyongan, terlihat jelas belum terkumpul semua nyawanya. Ia duduk di sebrang Zena, mata yang masih terlihat kantuk memaksakan untuk ia buka.

“mandi sana Bang”

“nanti Momy, kan hari ini weekend.” Jawabnya, dengan menundukkan kepala di kedua tumpukan tangannya itu.

“terus kalau weekend, mandinya libur juga gitu?” herannya.

“enggak, cuma mandinya lebih ke sore aja”

“kamu tadi Mami minta tolong bawain Cake malah tidur lagi, jadi ngerepotin Bia nganterin ke sini.” Omel Luna, pada Shaga.

“gak papa, biar Bia ada kerjaan.” Ucapnya dengan terkekeh.

“gausah di temenin Bia, bau, belum mandi dia.” Zena yang mendengar itu, hanya terkekeh pelan.

“Abang gak pernah bau ya Momy.” Ia bangun dengan posisi duduk tegak, dan sedikit cemberut.

“sana mandi Haga, udah siang.” Timpal Zena.

“lo gak seru, sama kaya Momy.” Ia pergi ke dapur, meninggalkan Zena dan Maminya.

“gitu tuh, merajuk dia.” Sengaja Luna mengeraskan suaranya, agar terdengar oleh putra semata wayangnya itu.

Kagendra Shaga Anantan, akrab dengan panggilan Shaga. Putra satu-satunya dari pasangan Edgar Emilio Anderson dan Luna Lavina. Lahir sebagai anak dari kedua orang tua yang serba kecukupan atau bisa dibilang kaya raya. Meskipun terlahir dari keluarga berkecukupan, ia selalu sederhana, tidak pernah menunjukan kekayaan yang di miliki oleh keluarganya.

Kedua orang tua Shaga selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Dady Shaga yang sibuk dengan bisnis di kantornya, membuat ia jarang bertemu dengan putranya itu, ia selalu bertemu saat Shaga sudah tertidur lelap di malam hari. Sama halnya dengan Momy Shaga, pekerjaan seorang model, membuatnya pulang tidak menentu, terkadang pagi bertemu pagi, atau hari ini bertemu lagi di hari lusa.

Shaga sering kali merasa kesepian, ia selalu ditemani dengan asisten di rumahnya. Tetapi, untungnya ia bertemu dengan Zena dan keluarganya, yang sudah menganggapnya seperti keluarga. Rumah Shaga dan Zena hanya terhalang beberapa rumah saja, yang artinya ia satu Blok dalam komplek itu. Zena selalu menemani Shaga jika ia merasa kesepian, dan sebaliknya Shaga pun akan selalu menemani Zena.

Hingga sekarang mereka sudah beranjak remaja, persahabatan itu sudah seperti ikatan keluarga, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Orang tua Zena sudah menganggap Shaga sebagai putra mereka. Sebaliknya Orang tua Shaga pun, sudah menganggap Zena sebagai putri bungsu mereka, karena mereka ingin sekali memilki anak Perempuan.

Di karenakan kesibukan antara sepasang suami istri itu, membuat mereka terpaksa menunda program kehamilan untuk buah hati keduanya. Alhasil Shaga menjadi anak tunggal kaya raya, tanpa memiliki saudara kandung lainnya. Zena lah yang kini menjadi adik bagi Shaga, jarak umur mereka terpaut dua tahun. Shaga sangat menyayangi Zena lebih dari apapun. Shaga selalu memperhatikannya, seperti halnya Kakak dan Adik.

“lo kemarin kemana, gak ada kabar dari sore?” tanya Shaga, ia duduk di samping Zena, yang berada di ruang tengah.

“hehee… gue lupa ngasih tau lo.” Kekehnya.

“hadeuhh.. Sabiaaa.” Sambungnya lagi, “kebiasaan lupa lo itu gak ilang-ilang ya dari dulu.” Dengan mengacak rambut Zena.

“dan kebiasaan berantakin rambut gue juga, gak ilang-ilang ya lo.” Sinisnya, sambil merapihkan rambutnya kembali.

“punya adik satu, susah banget buat ngabarin.”

“sorry, beneran lupa kemarin, habis dari masjid sekolah gue langsung pulang, gak buka Handphone lagi.” Jelasnya dengan melas, karena merasa bersalah.

Itulah Shaga, ia akan mengomelinya jika melupakan sesuatu hal, Shaga bisa dibilang protect sama seperti Aksa. Bila Aksa sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia akan menitipkan Zena pada Shaga. Bisa dibilang Shaga adalah kepercayaannya Bang Aksa.

Jika Zena terlambat bangun di pagi hari, Shaga lah yang akan mengantarkan Zena ke sekolah lebih dulu, ataupun jika Zena ingin keluar sekedar bermain dan berbelanja keperluannya. Sudah hal biasa bagi Shaga rutinitas seperti itu, Shaga lebih tenang jika Zena terawasi olehnya.

“ahh- lupa gue.” Celetuknya.

“nah.. lupa apalagi nih anak.” Shaga penasaran.

“ngabarin Buna, kalau gue udah sampe, hehee.”

“astaga Biaaa… udah tau Buna khawatiran orangnya, kebiasaan lo ya.” Omelnya lagi.

Zena segera mengirim pesan pada Bunanya, untuk mengabari bahwa ia sudah sampai di rumah Tante Aluna. Zena yang sedang fokus dengan Handphone nya, ia di kagetkan oleh suara Shaga.

“NAH KAN, BUNA TELPON GUE DARI TADI.” Teriaknya terkejut, karena ia baru saja membuka Handphone, dan sudah ada beberapa panggilan tak terjawab dari Alana.

“mau lo yang telpon, atau gue?” tawarnya.

“gue aja, barusan Buna udah bales kok.”

“mau balik lagi ke Cafe?” tanyanya.

Zena tidak menjawab, ia sedang berpikir, seperti menimbang-nimbang harus kah ia kembali ke Cafe, atau pulang ke rumah.

“Om Hadwin udah pulang dari Bali?” Shaga memastikan.

“udah kemarin malem.” Zena menunduk tidak berani untuk menatap lawan bicaranya itu, Shaga tahu, Zena tidak nyaman jika Papahnya pulang ke rumah.

“yaudah lo diem di sini, gue keluar dulu bentar.”

“lo mau kemana?” penasaran Zena.

“ada perlu dulu, udah lo diem di sini aja, sampe Buna pulang.”

“gamau, malu gue di sini, lo nya gak ada.”

“astaga, masih aja ya lo segan, anggep aja ini rumah lo Bia.” Sambungnya lagi, “ada Bi Tina dan yang lainnya yang nemenin lo.”

“gamau, gak ada Tante Luna juga di rumah, tadi pergi ada perlu katanya.” Jelasnya dengan memelas, seperti anak kecil yang minta untuk ditemani.

“diem di kamar gue.” Dijawab langsung oleh Zena dengan menggeleng cepat.

“naik ke atas Bia..” Pintanya, dengan mengusap lembut rambut Zena.

Zena tidak menjawab ia masih diam di kursi ruang tengah, Shaga yang sudah mengenakan jaket jeans nya siap untuk berangkat. Di panggilnya Shaga oleh Zena.

“Haga…” panggilnya pelan.

“mau gue anter ke atasnya?”

“jangan lama-lama, gue gaenak diem di sini, orang rumahnya pada pergi.” Mohonnya, membuat Shaga gemas melihat melas Zena. Rasanya ingin ia cubit sepuasnya.

“iya Sabia, gue berangkat dulu ya, sana gih ke kamar gue.” Diacak nya lagi rambut Zena, karena tingkahnya membuat Shaga gemas.

“ihh.. lo mah.” Protesnya dengan sinis. Shaga yang melihatnya tersenyum puas. Selain Aksa, Shaga pun selalu mengusili Zena.

SHAGA

![](contribute/fiction/9676014/markdown/32205590/1735016690496.jpeg)

MOMY LUNA

![](contribute/fiction/9676014/markdown/32205590/1735016690512.jpeg)

DADY EDGAR

![](contribute/fiction/9676014/markdown/32205590/1735016690585.jpeg)

Terpopuler

Comments

Aksara_Dee

Aksara_Dee

cowo aku nyempil di situ, akang jicang

2025-03-14

1

Diana (ig Diana_didi1324)

Diana (ig Diana_didi1324)

setangkai mawar untukmu kak 🌹 smngtt ya

2025-02-19

0

shabiraalea

shabiraalea

kak 🥹, makasiiii banyak 🌹🌹🙏

2025-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!