Lerina menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa karena ia terlambat bangun di pagi ini untuk menyiapkan sarapan bagi Edward.
Edward bahkan sudah tak ada di kamar saat ia bangun. Lerina tahu kalau Edward pasti di ruangan gym
"Aow.....!" gadis itu hampir saja terjatuh saat sebuah tangan yang kokoh langsung menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai.
"Kenapa buru-buru, kalau kamu jatuh bagaimana?" Edward yang baru selesai berolahraga tanpa diduga langsung menggendong Lerina.
"Ed....turunkan. Aku tidak apa-apa." Lerina jadi malu karena semua pelayan yang ada di sana langsung tersenyum sambil berbisik-bisik.
Edward mendudukan Lerina di kursi meja makan lalu berjongkok sambil memeriksa kaki gadis itu.
"Ed....kakiku baik-baik saja" Lerina menjadi semakin risih karena Jesica yang sedang ada di dapur memandang mereka juga tanpa berkedip.
"Aku tidak mau kalau kamu terluka."Edward berdiri lalu mencium pucuk kepala Lerina.
"Aku mandi dulu ya...." pamitnya lalu segera melangkah menaiki tangga.
"Tuan muda sungguh menyayangimu, nona." kata Bi Yun sambil tersenyum.
Lerina hanya pura-pura tersipu lalu ia berdiri dan mulai menyiapkan sarapan untuk Edward.
Yura turun dari lantai 2. Pagi ini dia kelihatan sudah agak sehat. Wajah pucatnya juga sudah hilang.
"Selamat pagi kakak ipar" sapa Lerina.
Yura tersenyum. Ia pun ikut bergabung bersama mereka di dapur.
Selesai sarapan dibuat, mereka pun sarapan bersama. Lerina melihat ada yang sedikit berbeda pada Yura. Perempuan itu kelihatan tegar dan sepertinya ia sudah tidak menangis lagi.
"Aku mau bicara, papa" kata Yura saat semua sudah selesai sarapan.
"Ya nak, kau dapat bicara" kata Ryun Ong sambil melipat tangannya di atas meja.
Yura menarik napas panjang "Aku mau bercerai dari Taeyung" katanya mantap.
"Apa?" Ryun Ong terkejut. Taeyung pun nampaknya kaget dengan keputusan Yura.
"Aku sungguh ingin bercerai. Aku dan Taeyung tidak pernah saling mencintai. Aku rasa tidak ada gunanya lagi mempertahankan pernikahan ini." kata Yura datar. Tak ada air mata di sana.
"Baiklah. Jika itu memang keputusanmu. Namun karena aku sudah berjanji pada almarhum papamu untuk menjagamu, maka kau harus tetap tinggal di sini sampai kau akan menikah lagi dengan pria pilihanmu. Itu syarat yang harus kau penuhi agar aku bisa mengijinkan kau bercerai dari Taeyung." kata Ryun Ong. Ia menatap Taeyung dengan wajah sedih.
"Tunggulah 2 bulan lagi baru proses perceraian ini dimulai sebab aku tak ingin ada skandal menjelang beberapa kerja sama dengan infestor asing." Ryun Ong berdiri.
"Kau akan mendapatkan 30% dari warisan yang nantinya akan kuberikan pada Taeyung. Aku tidak akan membuatmu susah, anakku" Kata Ryun Ong sebelum akhirnya melangkah pergi.
Taeyung melepaskan sumpit yang dipegangnya dengan kasar. Ia berdiri dan langsung meninggalkan meja makan. Ia menemui papanya di ruang kerjanya.
"Aboji, apakah tidak berlebihan membagi warisanku 30% dengannya?" tanya Taeyung.
"Kalau begitu, jangan biarkan dia bercerai darimu."
"Aku tidak mencintainya!"
"Kau sungguh tak tahu mana perempuan yang berharga dan mana perempuan yang tidak berharga. Kau akan menyesal dikemudian hari, Tae"
Taeyung diam mendengar kata-kata papanya. Ia merasa pusing memikirkan semuanya ini.
"Aku ke kantor dulu" Pamit Taeyung.
Di meja makan, suasana nampak sepi setelah Yura mengatakan keinginannya.
"Sayang, aku berangkat ke studio dulu ya." Edward berdiri. Lerina pun mengikutinya sampai di depan pintu.
"Aku berangkat dulu ya..." Edward memeluk dan mencium dahi gadis itu. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka berdua karena memang didepan pintu masuk ada cctv yang terpasang.
Selesai mengantar Edward, Lerina mendekati Yura yang sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan hp nya.
"Kakak ipar...."
"Jangan panggil aku, kakak ipar. Panggil saja namaku Yura. Sebentar lagi aku akan menjadi orang lain. Mulai hari ini aku akan kembali menggunakan namaku Woon Yura."
"Aku bangga denganmu, Yura"
Yura tersenyum " Kehilangan anakku justru membuat aku kuat. Aku tak mau lagi menjadi perempuan cengeng yang akan meratapi nasibnya. Usiaku baru 26 tahun. Aku ingin bekerja dan memenuhi kehidupanku sendiri dengan adikku"
"Bekerjalah denganku"
Yura memandang Lerina tak mengerti.
"Edward akan menunjuk aku menjadi wakilnya di perusahaan karena dia akan sibuk dengan promosi album barunya dan kerja sama dengan sebuah perusahaan film. Aku dengar dari Grandy bahwa kamu adalah salah satu mahasiswa andalan di kampus. Walaupun Kamu tak sampai lulus karena sudah menikah namun aku yakin bahwa kita bisa menjadi tim yang hebat."
"Dan melihat perempuan itu disana setiap hari?"
"Ada yang bilang, semakin sering kita ketemu, maka akan semakin cepat luka hati itu sembuh."
"Baiklah"
"Kalau begitu, sekarang kita pergi belanja. Kita akan membeli beberapa baju dan memanjakan diri kita"
Yura tertunduk "Aku tak punya uang"
"Tenang saja, Edward sudah menginjinkan aku membelikan apa saja yang kamu inginkan. "
"Edward memang sangat menyayangimu"
Lerina hanya tersenyum.
"Baiklah, aku pergi denganmu. Aku ganti baju dulu"
Lerina jadi senang. Ia pun langsung ke kamar untuk ganti pakaian.
Pak Cheng dan Nana mengantar keduanya menuju ke salah satu mall ternama di Seoul.
Nana yang menemani mereka untuk memilih baju, sepatu dan tas.
"Mengapa barangku yang paling banyak?" tanya Yura.
"Karena sebelum menikah, Ed sudah membelikan aku banyak barang. Bahkan ada beberapa yang belum pernah kupakai." kata Lerina.
"Ed memang sangat menyayangimu sangat jauh berbeda dengan Taeyung. 4 tahun kami menikah, tak pernah ia membelikan aku baju atau sepatu. Kami bahkan tak pernah keluar berdua di depan umum."
Lerina menepuk bahu Yura "Sudahlah jangan bersedih. Sekarang kamu mau ke mana?"
"Aku ingin memotong rambutku ini."
"Nana, tolong antar kami ke salon terbaik"
Nana mengangguk.
Yura bukan hanya menggunting rambutnya menjadi pendek sampai di atas bahu, Lerina juga meminta agar alisnya dirapihkan, kuku diwarnai dan berbagai hal lain yang membuat keduanya menjadi semakin cantik.
Begitu tiba di rumah, Yura meminta bantuan Nana dan Lerina untuk memindahkan semua barangnya ke kamar tamu yang ada di lantai satu.
Setelah semuanya selesai, mereka ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Jesica terpana melihat Yura yang biasa terlihat polos dengan rambut panjang, kini tampil berbeda dengan rambut sebahu.
"Kau cantik !" kata Jesica
"Makasih, kak" ucap Yura sambil mengenakan celemek.
Ketika makanan hampir siap, Ryun Ong dan Taeyung pulang. Edward menyusul mereka tak lama kemudian.
"Hai Yura....kau cantik sekali dengan rambut barumu" puji Edward saat ia memasuki ruang makan.
"Makasi, Ed." kata yura sedikit tersipu.
Ryun Ong tersenyum "Yura, karena kau akan bercerai dari Taeyung maka mulai besok kau sudah bisa mengaktifkan kartu ini."
"Papa, aku tak membutuhkannya. Aku akan bekerja untuk membiayai hidupku" tolak Yura.
"Ambilah jika kau masih menganggap aku papamu. Ini hanya sementara saja sebab jika kalian sudah benar-benar bercerai, kau akan memiliki uangmu sendiri"
Yura menerima kartu itu dengan sedikit terpaksa. Ia sekilas menayap Taeyung yang nampak cuek dengan percakapan mereka. Ia hanya terus menikmati makan malamnya.
Selesai makan, Taeyung segera masuk ke kamar. Ia terkejut melihat kamar itu sedikit berbeda. di rak buku, sudah tidak ada buku-buku Yura yang biasa dibacanya. Sandal rumah Yura yang biasa diletakan sejajar dengan sandal Taeyung pun tak ada. Saat ia membuka lemari pakaian, semua baju Yura pun sudah tak ada.
Taeyung segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia bahkan tak menemukan handuk di sana.
Baju ganti yang biasa sudah disiapkan Yura di atas tempat tidurnya pun tak ada.
Mengapa perempuan itu tak menyiapkan semua keperluanku? Apakah dia sudah pindah kamar? Ah, masa bodoh dengan semuanya.
Taeyung mengambil handuk dan baju ganti di kamar. Ia tiba-tiba merasa ada sesuatu yang hilang. Ia bahkan tak tahu dimana handuk dan piyamanya disimpan karena sudah 4 tahun ini semuanya disiapkan oleh Yura.
Di kamar Edward, cowok itu baru saja selesai ganti baju yang sudah disiapkan Lerina di atas tempat tidur.
Lerina masuk ke kamar sambil membawakan segelas susu kesehatan yang memang sudah dipesan Edward.
"Ed, aku menggunakan kartu yang kau berikan padaku cukup banyak hari ini"
Edward menatap Lerina "Aku kan sudah bilang kalau kau bisa menggunakan kartu itu untuk apa saja" setelah itu ia mengambil hp nya dan mulai memeriksa email.
"Makasi, Ed" Lerina duduk di dekat Edward setelah meletakan susu itu di atas meja.
"Ed, aku mengajak Yura untuk kerja bersama ku, apa boleh?"
Edward mengangguk sambil terus menatap layar hpnya.
"Makasi, Ed"
"Sama-sama istriku"
"Ed..." Lerina jadi terkekeh. Ia merasa geli saat Edward berkata mesra padanya disaat mereka hanya berdua di kamar.
Edward menatapnya heran "Kenapa? Aku kan sudah bilang ada orang atau tidak biarlah kita bicara mesra."
Lerina hanya tersenyum "Minum susumu, Ed."
"Ya sayang..."
"Ed..." Lerina tanpa sadar mencubit tangan Edward.
"Istriku ini ingin bercanda ya..." Edward langsung melepaskan hp nya dan ia menggelitik Lerina. Keduanya saling melepaskan tawa.
"Ah...sudah...Ed, aku menyerah. Aku mau tidur saja. Selamat malam" Lerina segera naik ke atas tempat tidur.
Edward tersenyum menatap punggung gadis itu. Ia merasa senang malam ini bisa tertawa lepas bersama Lerina.
#Makasi sudah baca part ini
#Jangan lupa like, komentarnya ya jika suka
MAKASIH SEMUANYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
Yura buat Taeyung menyesal sdh melepas mu
2024-11-16
0
Lesly Manurung
Moga Grandy suka sama Yura, dan langsung nikah
2023-03-13
0
gia gigin
Belum bercerai saja si Taeyeon sdh kehilangan 😏
2022-09-06
0