"Kita berenang tanpa baju" kata Edward dengan suara yang hampir tak kedengaran namun cukup jelas di telinga Lerina sehingga membuat gadis itu terpana.
"Maksudmu, Ed?" tanya Lerina agak terbata.
Edward mulai membuka kemejanya, kemudian celananya dan ia turun ke bawa hanya menggunakan boxer.
Lerina memalingkan wajahnya. Tubuh atletis Edward sangat menggoda mata untuk dilihat namun gadis itu memilih membalikan badannya.
"Bukalah bajumu. Airnya hangat, tidak dingin. Aku akan membalikan tubuhku sehingga kamu dapat turun hanya dengan menggunakan baju dalam" kata Edward.
Lerina menatap punggung Edward. Apakah aku harus ikut berenang? Airnya sangat menggoda. Tapi membuka baju dan hanya menggunakan baju dalam saja apakah itu bukan namanya setengah telanjang?
"Ayolah Lerina!" suara Edward sedikit memerintah.
"Baiklah" agak ragu Lerina membuka kaos dan celana yang dikenakannya. Terakhir ia membuka sandalnya. Perlahan ia turun ke bawa.
"Ed....kau menipuku. Air ini sangat dingin" teriak Lerina panik. Ia bermaksud akan naik lagi namun Edward sudah membalikan badannya membuat Lerina masuk lagi ke dalam air.
Edward tertawa. "Percayalah...sedikit lagi kau akan merasa nyaman. Ayolah berenang"
Lerina melakukan apa yang Edward katakan. Awalnya ia merasa agak dingin namun lama kelamaan ia merasa tubuhnya mulai menyatu dengan dinginnya air.
"Ini sangat menyenangkan" seru Lerina sambil sesekali ia berdiri di bawa air terjun.
Edward tersenyum melihat Lerina yang nampak bahagia bermain dibawa air terjun. Seolah gadis itu melupakan kesedihan yang membuatnya hampir bunuh diri beberapa minggu yang lalu.
Tiba-tiba Edward memeluk Lerina dari belakang.
"Jesica di sini. Please....jangan menolakku" bisik Edward. Ia kemudian membalikan tubuh Lerina, memutar arahnya sehingga punggung Lerina membelakangi bukit.
"Maafkan aku, Lerina...." Edward menunduk, dan tanpa diduga ia langsung mencium bibir Lerina dengan penuh kelembutan, membuat perempuan itu sedikit menegang, karena kedua tangan Edward melingkar dipinggangnya yang ***** lalu kemudian mengelus punggungnya dengan lembut.
Lerina tak tahu harus berbuat apa. Ia memang selalu berciuman dengan Calvin, namun ciuman yang dalam posisi seperti ini tak pernah dia dan Calvin lakukan.
Ciuman Edward membuat seluruh pertahanan Lerina menjadi lumpuh. Cowok itu memang sangat ahli berciuman sehingga Lerina terbuai, bahkan ia membalas ciuman itu.
Jesica yang berdiri dibalik pohon segera membalikan tubuhnya. Air matanya langsung jatuh tanpa bisa ditahan. Ia segera berlari meninggalkan tempat itu.
Air terjun itu adalah tempat faforitnya saat datang ke tempat ini. Dia dan Edward bahkan menghabiskan waktu dari pagi sampai sore untuk berada di sana.
Aku tak relah tempat itu kini menjadi tempatmu bersama perempuan itu, Ed. Aku tahu kamu masih mencintaiku.....kamu hanya ingin membalas sakit hatimu padaku....rintih hati Jesica.
Edward yang melihat Jesica sudah berlari perlahan melepaskan ciumannya.
"Maafkan aku, Lerina. Kau boleh menamparku jika kau mau" kata Edward dengan wajah yang dipenuhi rasa bersalah.
Lerina merasakan wajahnya panas. Ia mengutuki dirinya yang justru terbuai dengan ciuman itu. Apakah Jesica sungguh ada ataukah Edward memang sengaja ingin menciumnya?
"Tolong berbalik, Ed, aku mau naik ke atas"
Edward membalikan tubuhnya. Lerina pun naik dan mengenakan bajunya lagi.
"Aku sudah selesai" kata Lerina.
"Pergilah. Aku masih ingin di sini" kata Edward dingin lalu kembali berenang.
Maura menjadi bingung. Apakah ia harus pergi atau menungguh Edward yang masih berenang.
Ciuman Edward bagaikan sengatan listrik yang melumpuhkannya. Bagaimana kalau Edward memang sengaja melakukannya? Bagaimana kalau Jesica sungguh tak ada? Apakah Edward mengambil keuntungan itu dari dirinya?
Lerina memutuskan untuk pergi. Ia merasa ciuman Edward padanya sungguh berlebihan.
Edward yang sedang berenang menghentikan gerakannya saat melihat Lerina yang sudah menaiki tangga. Apakah dia marah padaku? Tapi bukankah dia juga membalas ciumanku?
Ed...kamu memang keterlaluan...
***********
Nana yang melihat Lerina segera menyambut gadis itu dengan sebuah handuk.
"Kalian pasti berenang di air terjun kan? Sebaiknya anda mandi air hangat nona. Ayo aku antar ke kamar" Nana menuntun Lerina menuju ke kamar.
Ia mengisi bak air dengan air hangat lalu mempersilahkan Lerina untuk mandi.
Selesai mandi dan ganti pakaian, Lerina segera keluar kamar. Vila ini hanya memiliki satu lantai dengan 7 kamar tidur yang tersedia.
Kamar Lerina berada di paling ujung ruangan ini. Letaknya terpisah dengan kamar-kamar yang lain.
Lerina duduk diteras samping.
"Minumlah ini." Nana meletakan secangkir teh hangat .
"Terima kasih, Nana."
"Setengah jam lagi makan siang akan disajikan. Saya permisih dulu, nona."
Lerina mengangguk lalu mulai menikmati teh nya.
"Mengapa kamu pergi meninggalkan suamimu sendiri di air terjun itu? Kamu tahu, tempat itu adalah tempat yang paling bersejarah untuk aku dan Ed. Kami bahkan sering melakukan lebih dari apa yang kalian lakukan tadi"
Lerina menatap Jesica yang berdiri di dekat pintu. Berarti Jesica tadi benar ada di sana. Aku sungguh bodoh menyangkah kalau Edward hanya mencari keuntungan dariku, batin Lerina menyesal.
Ia meneguk teh nya lalu menatap Jesica yang masih menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Kamu adalah masa lalu dari suamiku yang sudah dibuangnya sangat jauh. Air mancur itu akan menjadi kisah aku dan Edward mulai sekarang ini dan selamanya. " Lerina berdiri, lalu masuk lagi ke dalam villa. Ia tersenyum melihat Edward yang baru saja masuk.
Setengah berlari ia mendekati Edward dan memeluknya erat "Maafkan aku, Ed" katanya lalu mencium pipih Edward.
"Sayang...."Edward tanpa diduga memeluk tubuh Lerina ala bridal style dan melangkah menuju ke kamar. Lerina secara spontan melingkarkan tangannya dileher Edward. Keduanya melangkah melewati Jesica dan menuju ke kamar mereka.
Saat pintu kamar tertutup, Edward perlahan menurunkan tubuh Lerina.
Keduanya saling diam sampai akhirnya Edward bicara.
"Maafkan aku karena menciummu seperti itu."
"Maafkan aku juga karena sudah salah menilaimu" Lerina tertunduk. "Aku pikir kamu sengaja menciumku. Ternyata Jesica memang ada di sana"
"Aku tidak akan mengambil keuntungan darimu kecuali kamu juga menginginkannya" kata Edward lalu segera masuk ke kamar mandi.
Lerina merasa tak enak. Ia terus menatap pintu kamar mandi. Tak lama kemudian Edward keluar hanya menggunakan handuk. Ia lalu masuk ke dalam walk in closet. Tak lama kemudian ia keluar sambil mengenakan celana jeans dan kaos oblong biasa.
"Ed...mengenai ciuman itu...aku....aku...tidak marah padamu. Aku hanya.....merasa kaget saja" kata Lerina agak terbata.
Edward menatapnya. "Aku tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku" kata Edward. Ia menarik tubuh Lerina dan memeluk gadis itu penuh kasih.
tok....tok.....tok....
Lerina melepaskan pelukan Edward lalu membuka pintu.
" Makan siang sudah siap" kata Nana.
"Baiklah. Kami akan segera keluar"
"Eh...Nana, katakan kami akan terlambat" Edward menyela. Membuat Nana tersenyum senang lalu segera pergi.
"Kenapa Ed?" tanya Lerina heran.
"Kita sedang bulan madu, sayang. Jadi tak mengapa jika kita agak terlambat. Duduklah" Edward menepuk tempat kosong disebelahnya. Lerina pun duduk di sebelah Edward.
"Kamar ini adalah kamar mamaku. Biasa digunakannya untuk melukis." kata Edward tanpa diminta.
"Ed, apakah kamu dan jesica dulunya selalu datang ke sini?"
Edward mengangguk."Aku bahkan ingin menikah dengannya di sini. Aku sudah membuang semua kenangan kami. Yang aku inginkan hanyalah menatap masa depanku."Edward menyandarkan kepalanya di bahu Lerina.
"Bangunkan aku 20 menit lagi ya? Maaf ku pinjam bahumu. " Edward memejamkan matanya.
Lerina hanya tersenyum "Tidurlah, Ed."
#terima kasih sudah baca
#jangan lupa like dan komentarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
Lerina kak Hen karena klau Maura miliknya Ben tengil 😂
2024-11-16
0
Lesly Manurung
thoor, biar lah mereka menjadi saling memiliki dan mencintai
2023-03-13
0
Anonymous
setuju ed...masa lalu kelam ga usah diingat...
2023-02-15
0