Suara denting Piano terdengar. Lerina Avigail, gadis berusia 22 tahun, yang memiliki rambut hitam lurus dengan kulit berwarna kuning langsat itu, perlahan membuka matanya. Matanya langsung bertemu dengan sebuah kamar bernuansa putih.
Di mana aku? Bukankah kemarin aku berada di acara pesta pernikahan Calvin? Aku rasanya ingin bunuh diri dan.....astaga, apakah ini di sorga? Pantaskah orang yang mati bunuh diri masuk sorga? Lerina bertanya dalam hati.
Lerina duduk. Ia menatap dirinya ke cermin besar yang ada di depan tempat tidur. Pakaiannya bahkan sudah diganti dengan sebuah gaun tidur berwarna putih.
Suara dentingan piano itu masih terdengar indah. Membuat seluruh kesadaran Lerina kembali secara perlahan akan peristiwa sedih yang dialaminya kemarin.
"Lerina, besok ikut aku ke Seoul. Calvin akan menikah" ujar Putri yang datang menemuinya di perusahaan tempat Lerina bekerja. Sebuah perusahaan kecil milik sahabat almarhum ayahnya yang bernama Berty Mahendra. Sudah 2 bulan Lerina bekerja di sana.
Waktu itu Lerina hanya tertawa. Calvin menikah? Tidak mungkin. Ia menunjukan sms Calvin pada Putri.
"Ini undangannya" Putri menujukan hp nya, ada gambar sebuah undangan pernikahan dan memang ada nama Calvin di sana dengan seorang perempuan bernama Kim Jien.
"Kamu pasti salah. Nama ini bisa saja sama tapi orangnya berbeda." Lerina masih belum percaya.
"Ini foto prewed mereka." Putri kembali menggeser layar hp nya dan menunjukan beberapa foto di sana.
Lerina memandang foto itu dengan seksama. Deg! Jantunnya seakan berhenti berdetak. Foto ini memang foto Calvin. Tapi, mana mungkin? Calvin mencintainya. Calvin tidak mungkin akan menghianatinya.
"Baiklah. Aku akan ikut denganmu" kata Lerina akhirnya. Ia ingin membuktikan dengan mata kepalanya sendiri kalau Calvin memang akan menikah.
Hati Lerina kembali tertusuk dan rasanya sangat perih. Calvin, kau sungguh pintar memainkan kata-kata, membuat aku termakan rayuanmu, membangun harapanku setinggi langit untuk bisa bahagia denganmu tapi pada kenyataannya, aku harus terhempas jatuh dengan rasa sakit yang amat sangat. Aku membencimu, Calvin. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, jerith hati Lerina. Air matanya kembali jatuh.
Dulu, saat ia melihat teman-temannya patah hati, putus cinta, ia selalu merasa bersyukur, cinta pertamanya adalah laki-laki sempurna yang tak pernah menyakiti dia. Yang selalu ada saat ia membutuhkannya. Tapi kini, dirinya menempatkan Calvin diantara pria-pria jahat yang suka mempermainkan hati wanita.
Tangis Lerina semakin dalam, suara dentingan piano itu seolah lagu yang sedang mengiringi jatuhnya kepingan-kepingan hatinya yang tak berbentuk lagi karena penghiatan Calvin padanya.
Tuhan akan menghukummu, Calvin. Semoga kau akan merasakan sakit seperti yang kurasakan.
"Aku membencimu......aku membencimu....aku sungguh membencimu..." teriak Lerina perih.
Suara piano berhenti. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki mendekat dan pintu kamar terbuka.
Masuk seorang perempuan mengenakan seragam pelayan, ditangannya ada nampan berisi makanan. Di sebelahnya berdiri pria tampan yang mengenakan celana jeans dan kaos oblong berwarna hitam.
"Selamat pagi nona, saya sudah menyiapkan sarapan anda" ujar pelayan itu sambil menunduk hormat.
Lerina menatap kedua orang tersebut tanpa bicara.
"Tuan, sepertinya nona ini tidak tahu bahasa Korea" kata pembantu itu melihat Lerina diam saja.
Edward Kim mendekat "Miss you must..."
"Aku tidak mau makan" tegas Lerina dalam bahasa Korea memotong ucapan Edward.
"Tadi malam kau pingsan karena perutmu kosong. Bagaimana kau bisa membalaskan sakit hatimu kalau kau tak punya tenaga untuk melawannya?" kata Edward pelan namun membuat hati Lerina terusik.
Lerina menatap Edward. Apa pria ini tahu kalau aku sedang patah hati?
Edward mengambil nampan itu dan meletakan dipangkuan Lerina, membuka kaki penyangga napan supaya bisa berdiri dengan baik didepan gadis itu. Ia menyuruh sang pelayan pergi sementara ia sendiri menarik sebuah kursi dan menempatkannya di samping tempat tidur itu.
"Makanlah! Aku tahu kau mungkin merasa tidak lapar. Tapi kau membutuhkan makanan agar pikiranmu dapat berpikir dengan jernih." suara Edward terdengar begitu lembut, seperti seorang kakak yang melindungi adiknya.
Lerina menurut. Ia mulai memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Wah, makanan ini sangat enak, guman hatinya. Ia pun terus menguyahnya kemudian saat ia akan meneguk susu di depannya, ia teringat dengan Calvin. Pada kejadian beberapa bulan yang lalu.
"Apa yang kau bawah?" tanyanya saat melihat Calvin datang ke tempat kost dengan 2 kantong belanjaan.
"Aku membelikan kamu susu dan beberapa jenis makanan yang mengandung gizi yang baik. Kamu sudah kurus, sayang. Tak ada lagi pipi cabimu yang aku suka" ucap Calvin sambil menyentuh pipi Lerina dengan punggung tangannya.
"Akhir-akhir ini selera makanku sepertinya hilang. Aku bingung mau cari pekerjaan dimana. Sementara uang tabunganku sudah semakin menipis."
"Mengapa kamu menolak kartu ATM yang kuberikan padamu?"
Lerina memegang tangan Calvin" Aku tahu kalau kau berniat baik dengan memberikan ATM itu padaku, namun aku tidak mau merepotkanmu."
"Pikiran macam apa itu? Aku ini tunanganmu. Saling membantu itu adalah hal yang wajar. " Calvin mencium tangan Lerina yang ada dalam genggamannya. "Kalau begitu, menikalah denganku. Sehingga kau tak akan merasa sungkan lagi menerima bantuanku."
Lerina tersenyum. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang cowok itu. "Aku tahu niatmu tulus, sayang. Aku pun ingin menikah denganmu. Tapi aku ingin supaya papa dan mamamu dapat menerima aku kembali. Aku ingin kita menikah dengan restu mereka. Karena aku juga tahu bahwa kamu tidak mau menyakiti hati mereka."
Calvin memeluknya dengan lembut. Mencium kepala gadis itu dengan penuh kasih.
"Aku bangga padamu, sayang. Kau selalu mengerti isi hatiku. Tapi percayalah, kalau papa dan mama akan terus menghalangi hubungan kita, aku tak mau menungguh lebih lama lagi. Karena aku tak mau kamu menderita sendiri"
Lerina membanting gelas ditangannya saat lamunan masa lalunya membali.
"pembohong....! Kamu pembohong...!" tangan Lerina melemparkan nampan yang ada di depannya sehingga semuanya jatuh berserakan di lantai.
Edward memang tak mengerti dengan apa yang Lerina ucapkan. Namun ia tahu kalau gadis itu sangat terluka, sedang stres, putus asa.
Ia memanggil pelayannya untuk membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Lerina.
"Aku akan meninggalkanmu sendiri." Edward segera keluar meninggalkan Lerina yang masih menangis.
Saat kakinya tiba dilantai satu apartementnya, Keyri sang Maneger sudah ada di sana.
"Bagaimana?" tanya Edward
"Gadis itu dari Indonesia. Aku menemukan pasport dan beberapa barangnya di kamar hotel yang ia sewa bersama seorang gadis. Tapi gadis itu sudah pergi. Kopernya pun sudah tak ada. Nama gadis itu Lerina Avigail. Aku mencari datanya diinternet, dia seorang yatim Piatu. Calvin, sang pengantin pria itu adalah tunangannya."
Waw....kisah yang menarik guman Edward dalam hati.
"Bos, apa yang akan kau lakukan dengan gadis itu?"
"Dia masih terluka. Sepertinya dia sangat mencintai Calvin. Aku kasihan padanya karena ia mengingatkanku pada adikku Anastasya. Aku akan membantunya. Menolongnya untuk bisa bangkit lagi."
"Apa?" Keyri terkejut. Ia mengenal Edward sejak kecil. Laki-laki yang lebih banyak diam itu, yang tidak suka mencampuri urusan orang lain, kini tertarik dengan kehidupan seorang gadis asing.
"Sudah...jangan bengong. Bawa barang-barang gadis itu ke kamar tamu." kata Edward lalu segera melangkah menuju ke ruangan pianonya. Ia ingin menyelesaikan beberapa lagu yang sedang dibuatnya.
#Happy reading ya....
#jangan lupa like dan komentarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
Alurnya oppa si mata biru udah hatam tapi untuk semua karyanya kak Hen, nggak pernah bosan 😘😘😊
2024-11-09
1
umi Nadira
menarik....aku mampir thorrr
2023-07-16
1
gia gigin
Nggak ada bosannya 😍😍
2022-09-05
1