Entah apa yang dipikirkan Lerina saat ini. Yang pasti tubuhnya sudah terbalut gaun putih yang sangat cantik. Ia menatap wajahnya kecermin. Sebuah mahkota indah sudah berada di kepalanya.
Papa.....mama....hari ini aku jadi pengantin. Namun bukan pengantin yang berbahagia. Aku tak akan pernah memiliki pernikahan sekali seumur hidup. Sebab pernikahan ini hanya untuk mendapatkan tujuan kami masing-masing. Ah...Calvin, seandainya kamu tak pernah menghianati cinta kita....
"Nona.....ayo kita berangkat!" ajak Nana. Wanita berusia 40 an itu juga nampak cantik dengan gaun pestanya.
Mereka pun berangkat menuju ke mansion keluarga Kim. Edward ternyata sudah lebih dulu berangkat ke sana.
Halaman belakang sudah didekorasi sangat indah. Ada altar yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga yang sangat indah.
Acara pemberkatan nikah berjalan dengan lancar. Semua bertepuk tangan saat Edward menyematkan cincin pernikahan di jari manisnya dan Lerina pun melakukan hal yang sama.
"Kalian sudah sah sebagai pasangan suami istri. Sekarang cium pengantinmu" kata pendeta.
Edward tersenyum sambil membuka cadar yang menutupi wajah Lerina. Ia mendekatkan wajahnya. Lerina langsung memejamkan matanya. Jantungnya berdetak dengan cepat. Ia kemudian merasakan napas Edward yang mulai terasa di wajahnya lalu perlahan bibir Edward menyentuh bibirnya, melumatnya perlahan. Lalu akhirnya Edward menarik wajahnya dan terdengarlah tepuk tangan yang sangat meriah.
Acarapun dilanjutkan dengan pencatatan pernikahan. Seorang cowok ganteng, yang bukan berwajah Korea menjadi saksi pernikahannya begitu juga dengan Nana.
Para tamu yang hadir tidak lebih dari 50 orang. Hanya keluarga inti dan beberapa pemegang saham.
"Selamat untukmu" cowok itu memeluk Edward secara jantan.
"Terima kasih." kata Edward saat pelukan mereka terlepas.
"Lerina perkenalkan ini sepupuku dari Inggris. Namanya Benecdick Aslon. Panggil dia saja dengan sebutan Ben."
Lerina menjabat tangan Ben sambil tersenyum."Senang bertemu denganmu, Ben."
"Kau gadis Indonesia yang cantik" ucap Ben lalu mencium punggung tangan Lerina.
Saat Lerina permisih untuk ke toilet, Ben mendekati sepupunya itu.
"Sandiwara yang bagus, dude" ucap Ben sambil meneguk minumannya.
Edward tersenyum "Ide ini muncul begitu saja. Aku sebenarnya malas mengurus masalah saham dan yang lainnya. Tapi karena perbuatan si tua bangka itu, aku merasa harus mendapatkan apa yang sudah diwariskan mommy padaku"
"Aku dapat melihat Jesica masih menatapmu dengan penuh cinta"
Edward mendengus kesal. Ia melirik sekilas ke arah Jesica yang tetap menggandeng tangan papanya. Ia lalu memalingkan wajahnya kembali.
"Bagaimana kabar gadis itu?" tanya Edward mencari topik pembicaraan lain.
"Gadis mana?"
"Gadis yang menjadi tokoh utama dalam setiap fotomu?"
Ben tersenyum getir "Dia sudah kembali pada suaminya. Mereka berbaikan lagi. Tugasku sudah selesai"
"Itukah sebabnya tanganmu luka?" tanya Edward lagi sambil menunjuk tangan Ben yang masih di perban.
"Ya. Aku menghukum diriku sendiri karena menyukai milik orang lain. Makasih sudah mengajak aku ke pestamu ini, dude. Setidaknya aku dapat melarikan diri dari rasa sakit ini."
Edward menepuk punggung sepupunya. Ben adalah satu-satunya orang yang ia percayai untuk menceritakan isi hatinya. Begitu pula sebaliknya.
"Kau akan menginap di mana?" tanya Edward setelah beberapa saat diam.
"Aku sudah memesan kamar di salah satu hotel. Besok pagi aku akan kembali ke UK. Mungkin aku sudah tak akan berpamitan padamu sebab aku tahu kamu pasti lelah setelah malam pengantinmu nanti." ledek Ben dan membuat Edward tertawa.
Lerina kembali mendekat setelah selesai urusannya dengan toilet.
"Sayang, ayo kita berdansa...!" Edward menarik tangan Lerina saat mendengar lagu yang berbunyi.
Lerina pun berdansa dengan sangat baik. Semua yang ada di sana memperhatikan pasangan yang nampak berbahagia itu.
Jesica berusaha meredam segala gemuru di hatinya. Berusaha tersenyum agar air matanya tidak jatuh. Ia masih mencintai Edward.
Selesai berdansa, seorang perempuan mendekati mereka. Lerina hampir saja merasa pusing saat melihat siapa perempuan itu.
Edward langsung melingkarkan tangannya dipinggang Lerina seolah memberi kekuatan pada gadis itu.
Kim Jien langsung memeluk Edward "Kamu jahat sekali. Sudah punya pacar namun tak pernah memperkenalkan padaku"
"Ini kejutan"
Kim Jien sekarang memeluk Lerina "Kau cantik Lerina. Tolong bahagiakan saudaraku ini karena ia sudah lama patah hati"
Lerina berusaha tersenyum. Ingin rasanya ia membenci Kim Jien. Namun ia tahu bahwa Kim Jien pasti tak tahu tentang keberadaannya.
"Mana suamimu?" tanya Edward.
"Dia kemarin pergi ke Jakarta."
"Baru menikah dan dia sudah meninggalkanmu? "
Jien cemberut " Ed, jangan menggodaku. Kau tahu kalau aku sekarang sedang sedih karena Calvin pergi dan tidak mengajakku. Katanya ini urusan pekerjaan. Kami bahkan belum sempat bulan madu"
"Oh ya? Sungguh malang nasibmu sepupuku"
Jien mencubit pinggang Edward membuat cowok ganteng itu sedikit meringis.
Lerina menarik napas panjang. Calvin pergi ke Jakarta? Apakah dia hendak menemuiku? Tapi untuk apa? Ah....Lerina, buanglah pikiranmu tentang Calvin. Dia sudah menjadi milik orang.
*******
Pesta pernikahan itu selesai pukul 10 malam.
Lerina, dibantu Nana, melepaskan gaun pengantinnya dan membersihkan diri.
Ia kagum menatap kamar Edward yang sangat besar besar. Ada sofa yang berbentuk L. Di depan sofa ada satu set alat sound dan TV layar besar. Dan sudut ruangan ada sebuah piano berwarna putih. Sepertinya hidup Edward tak pernah lepas dengan yang namanya piano.
Setelah menggenakan piyamanya, Lerina keluar dari walk in closet. Tepat disaat itu Edward baru masuk ke dalam kamar.
"Kau pasti lelah. Tidurlah!" kata Edward sebelum melangkah menuju ke kamar mandi. Sepertinya cowok itu pun sedang membersihkan dirinya.
Lerina menatap pintu kamar mandi yang tertutup itu. Lalu pandangannya beralih ke ranjang besar.
Aku memang sangat lelah. Tapi apakah harus tidur di ranjang itu? Atau sebaiknya aku tidur di sofa saja? Bukankah sofa itu sangat luas dan kelihatannya nyaman?
Lerina berdiri, ia melangkah ke arah lemari untuk mengambil selimut dan bantal. Tepat disaat itu Edward sudah keluar, mengenakan jubah mandi dengan rambut yang basah.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Edward.
"Eh.....aku.....mau mengambil bantal dan selimut untuk tidur di sofa" kata Lerina.
"Sofa itu tempat duduk. Bukan tempat tidur."
"Tapi...."
Edward menatap Lerina "Lerina, ranjangku itu sangat besar. Kita bisa berbagi tempat tidur tanpa saling bersentuhan. Ayolah tidur!" Kata Edward sedikit memerintah. Cowok itu segera masuk ke dalam walk in Closet, tak lama kemudian ia keluar dengan hanya mengenakan celana pendek. Lerina langsung memalingkan wajahnya dengan wajah yang terasa panas.
"Maaf ya...aku terbiasa tidur dengan telanjang dada" kata Edward santai. Ia mengambil remote di laci, lalu mematikan lampu kamar.
"Tidurlah Lerina. Besok kita harus bangun pagi karena sarapan di rumah ini dimulai jam 8 pagi. " ujar Edward sambil menguap. Cowok itu kelihatan sangat lelah.
Sedikit ragu Lerina duduk ditepi tempat tidur. Perlahan ia membaringkan tubuhnya. Ia menarik napas panjang sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Jangan terlalu pinggir tidurnya nanti kamu jatuh" ujar Edward lalu membalikan tubuhnya membelakangi Lerina.
Lerina tersenyum lalu mencoba memejamkan matanya. Wajah Calvin kembali terbayang. Mengapa dia kembali ke Jakarta? Apa yang dia lakukan di sana? pertanyaan itu kembali bermain dipikiran Lerina dan membuat rasa kantuknya hilang.
******
"Lerina bangunlah....!"
Lerina membuka matanya. Nampak Edward duduk di samping ia berbaring.
"Ya Tuhan...sudah jam berapa ini?" Lerina langsung bangun saat dilihatnya Edward sudah rapih dengan celana jeans yang robek dibagian lututnya, kemeja kotak-kotak berwarna biru yang dilipat sampai disiku.
"Ini sudah hampir jam 9. Mandilah cepat dan kenakan baju yang ada di atas sofa itu. Kita sudah terlambat untuk makan pagi." kata Edward lalu segera berdiri dan menata rambutnya di depan cermin.
Lerina segera menyambar baju itu dan sedikit berlari menujunke kamar mandi. Ia merutuki dirinya yang bangun terlambat karena ia tidur hampir subuh.
Pakaian yang disiapkan oleh Edward ternyata rok jeans berbentuk A dan kemeja warna biru yang mirip dengan yang dipakai Edward, hanya yang ini memiliki potongan seperti kemeja perempuan dengan lengan pendek.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Lerina segera menuju ke meja rias,menggunakan riasan tipis dan rambut yang dibiarkan tergerai.
"Aku siap!" kata Lerina sambil menemui Edward di balkon.
Edward menoleh. "Aku pikir harus ada sesuatu agar nampak bahwa kita memang baru saja melalui malam pengantin yang panjang dan menyenangkan"
"Apa?" Lerina terkejut ketika Edward mendorong tubuhnya sehingga masuk ke kamar.
Edward menyibakan rambut Lerina yang ada di lehernya dan.....what the hell...
Lerina terpana saat bibir Edward mencium lehernya, bahkan terasa sedikit perih.
"Apa yang kamu lakukan Ed...." Lerina berusaha mendorong tubuh Edward namun cowok itu masih terus melaksanakan aktifitasnya di leher Lerina dan membuat gadis itu sedikit merinding.
"Maaf....aku harus lakukan ini untuk kesempurnaan sandiwara kita." kata Edward saat aktifitasnya di leher Lerina selesai.
"Ikat rambutmu"
Lerina menatap wajahnya ke cermin "Astaga....Edward apa yang kau lakukan?" Lerina terkejut melihat ada kissmark di lehernya. "Bagaimana aku bisa turun ke bawa dengan mengikat rambutku?"
"Justru itu akan menambah bumbu sandiwara kita. Ayolah cepat..."
Agak ragu Lerina mengikat rambutnya namun akhirnya dilakukannya juga. Keduanya turun ke lantai satu sambil bergandengan tangan. Tangga memang langsung berhadapan dengan meja makan.
"Lihatlah pengantin baru kita. Pasti sangat kelelahan semalam sampai terlambat untuk sarapan pagi" Ryun Ong yang akan meninggalkan meja makan, duduk kembali.
"Selamat pagi..."sapa Lerina berusaha tenang walaupun sebenarnya ia agak risih melihat tatapan Semua yang ada di meja makan tertuju pada lehernya.
"Honey....sit here!" Edward menarik kursi. Lerina duduk masih dengan wajah yang memerah.
Setelah Lerina duduk, Edward pun menarik kursi di sampingnya.
"Nice night...sir" ujar Nana sambil meletakan piring di hadapan Edward dan Lerina.
Edward tersenyum "Yes. Rasanya masih enggan melepaskan diri dari pelukan istriku namun perut kami juga butuh makanan sebelum melanjutkan bulan madu kami. Ya kan honey?" Edward sengaja mengerling nakal ke arah Lerina sambil mengecup tangan Lerina yang digenggamnya.
Lerina hanya tersenyum malu. Ia tak tahu harus bicara apa.
prang....
"Jesica, apa yang kau lakukan?" tanya Ryun Ong melihat gelas yang ada di dekat Jesica tiba-tiba saja jatuh dan pecah.
"Maaf. Aku tak sengaja" kata Jesica sambil berdiri dan meminta pelayan untuk membersihkan pecahan gelas itu.
#semoga suka
#jangan lupa like dan komentarnya juga ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
Ben dan Ed masing punya cerita yg menyedihkan😊
2024-11-11
0
gia gigin
Ben miss you 😘😘😍😍🤭
2022-09-05
1
Kendarsih Keken
Jesica kebakaran jenggot melihat kemesraan Edward dan Lerinaa 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2021-10-04
2