Lerina baru saja selesai mandi dan sementara merapihkan tempat tidurnya saat Nana mengetuk pintu kamarnya.
"Selamat pagi nona...! Tuan Edward menunggu anda di ruang makan"
Lerina mengangguk "Baiklah, Nana. Aku teruskan dulu merapihkan tempat tidurku"
"Jangan, nona. Biar saya saja yang teruskan. Soalnya tuan Edward tidak suka menunggu." Nana langsung menuju ke tempat tidur Lerina dan membuat gadis itu akhirnya segera menuju ke ruang makan.
Edward sudah menunggunya di meja makan. Pria itu kelihatan juga baru selesai mandi dan menggunakan setelan jas.
"Selamat pagi." sapa Lerina.
"Selamat pagi. Sarapanlah." Kata Edward datar lalu mempersilahkan Lerina duduk.
Lerina mengangguk dan segera menarik kursi yang ada di depan Edward, lalu menikmati sarapannya. źwè
Keduanya saling diam, sampai akhirnya Edward bicara.
"Setelah sarapan, kau ikutlah bersama Nana. Belanjalah semua keperluanmu. " Edward meletakan sebuah kartu berwarna putih di depan Lerina. Sebagai anak yang pernah dibesarkan di keluarga yang berada tentu saja Lerina tahu kartu itu. Stratus Rewards Visa Cards. Kartu kredit yang lebih mahal 3 kali lipat dari Black Card. Dan tidak semua orang kaya di dunia ini yang dapat memilikinya.
"Tuan....."
"Panggil aku, Edward."
"Edward, ini sangat berlebihan. Memangnya apa yang harus aku beli menggunakan kartu ini? Bukankah padaku ada Kartu ATM yang pernah kau berikan?" tanya Lerina bingung.
"Aku takut nanti jumlahnya tidak cukup. Berikan saja ATM itu pada Nana. Pakailah kartu ini untuk membeli Gaun, sepatu, jam tangan, perhiasan, tas dan apapun yang kau suka untuk kau pakai nanti."
"Tapi......."
"Tidak ada tapi.....kau gunakan saja semuanya. Soalnya jika kau hadir di depan keluargaku dengan penampilan seperti ini, mereka akan berpikir kalau kau adalah pelayanku. Maaf kalau kata-kataku menyinggungmu" kata Edward tenang, datar dengan ekspresi wajah yang biasa juga.
Lerina menatap dandanannya. Celana Jeans dengan t-shirt warna merah yang memang kelihatan sudah lusuh.
"Hari ini, kita akan malam di rumah papaku. Nanti aku jemput jika sudah selesai." Edward meneguk minumannya sampai habis dan segera meninggalkan ruang makan. Ia meraih ponselnya di ruang tamu lalu keluar dari apartemen.
"Kalau nona sudah selesai makan, kita dapat pergi berbelanja sekarang." Kata Nana.
"Nana....apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Lerina.
"Apa, nona?"
"Aku mau tahu sedikit kehidupan Edward. Itu pun jika kamu tak keberatan untuk memberitahukannya"
Nana duduk di depan Lerina. "Sebenarnya tuan tidak suka kehidupannya diketahui orang lain namun karena nona sudah bersedia menjadi istrinya maka kupikir alangkah baiknya nona tahu" Nana menarik napas panjang lalu mulai bercerita.
"Aku bekerja di keluarga Kim saat usiaku baru 18 tahun. Waktu itu tuan Kim Ryun ong baru saja menjadi seorang duda. Istrinya meninggal setelah 3 bulan melahirkan putra pertamanya yang bernama Kim Taeyung. Ekonomi keluarga Kim saat itu sedang mengalami guncangan. Banyak pelayan yang dipecat. Beruntung aku masih tetap bekerja karena tugasku mengurus Kim Taeyung. kira-kira 2 tahun kemudian, tuan Kim Ryun Ong menikah lagi dengan seorang perempuan asal Inggris yang bernama nyonya Cicilia Aslon. Yang aku tahu dia adalah keluarga kaya di Inggris. Dengan bantuan keluarganya, perusahaan tuan Ong yang hampir bangkrut menjadi baik. Nyonya Cicilia juga seorang pekerja yang sangat pintar. Ia selalu ada di samping tuan Ong walaupun dalam keadaan hamil besar. Lalu kemudian lahirlah tuan Edward. Aku kembali ditugaskan untuk mengasuh tuan Edward. Namun sejak kecil tuan Taeyung sama sekali tak menyukai tuan Edward. Entah apa sebabnya. Padahal nyonya Cicilia sangat menyayangi tuan Taeyung sebagai anaknya sendiri.
5 tahun lalu, nyonya Cicilia meninggal dalam kecelakaan mobil yang dibawahnya sendiri. Sejak saat itu hubungan tuan Edward dan tuan Ong jadi retak. Apalagi saat tuan Ong menikah lagi 2 tahun yang lalu. Yang menyakitkan adalah istri tuan Ong merupakan kekasih tuan Edward."
"Apa? Bagaimana bisa?" Lerina terkejut.
"Kami juga tak tahu mengapa bisa terjadi. Pada hal nona Jesica Chung sudah satu tahun berpacaran dengan tuan Edward. Mereka bahkan sudah tinggal bersama. Waktu itu tuan Edward sangat terpukul. Ia pergi ke Inggris selama 1 tahun. Sebenarnya tuan Edward baru 1 bulan berada di sini dan menempati apartement ini"
Lerina terpana. Ia tak menyangkah laki-laki yang terlihat cool dan sedikit bicara itu ternyata memiliki kisah cinta yang menyakitkan. Bahkan lebih menyakitkan dari pada yang pernah dialami olehnya.
"Apakah tuan Edward punya saudara yang lain?"
Nana mengangguk " Ya. Namanya Anastasya Kim. Namun gadis itu mati bunuh diri 3 tahun yang lalu"
"Kenapa?"
Nana menggeleng "Tidak ada yang tahu. Kematiannya dilarang untuk dibicarakan di keluarga ini"
Lerina diam sesaat.
"Kita pergi sekarang?" tanya Nana membuyarkan lamunan Lerina.
"Baiklah. Aku ke kamar sebentar." Lerina masuk ke kamar, mengikat rambut panjangnya dan mengambil ATM yang diberikan Edward padanya.
"Katanya ini dikembalikan pada Nana"
Nana mengangguk dan segera mengajak Lerina pergi. Pak Cheng dengan setia mengantar mereka ke sebuah mall terbesar di kota Seoul.
"Nana....baju ini terlalu mahal" bisik Lerina saat Nana menunjukan sebuah gaun.
"Tuan Edward tidak suka sesuatu yang kw. Jadi nona belanja saja sesuka hati. Tapi harus barang dari merk yang terkenal dan mahal. Jika tidak saya yang akan menerima kemarahannya" Kata Nana membuat Lerina sedikit bingung.
Mulailah mereka membeli beberapa gaun, baju santai, baju rumah, sepatu, tas, jam tangan dan perhiasan. Yang membuat Lerina selalu menelan salivanya saat menatap harganya. Bahkan ketika ia masih anak salah satu orang terkaya di Jakarta pun, ia tak pernah membeli tas yang harganya di atas 2M.
Selesai belanja, mereka pun menuju ke sebuah butik dan memilih gaun pengantin untuk Lerina. Sebuah gaun pengantin yang sangat cantik dipilih oleh Nana untuk Lerina.
"Sekarang, kita makan dulu ya..." ajak Nana saat mereka sudah keluar dari butik gaun pengantin.
Selesai makan, waktu sudah menunjukan pukul 3 sore. Nana segera mengajak Lerina ke Salon mewah yang letaknya tak jauh dari restoran.
Sebuah midi dres tanpa lengan berwarna pink dipadu dengan high heels warna senada telah melekat ditubuh Lerina. Rambutnya yang panjang dibuat agak bergelombang dengan sebuah jepit kecil di belahan sebelah kirinya.
"Nona kelihatan cantik" puji Nana.
"Terima kasih. Aku merasa seperti cinderela yang mendapat keberuntungan karena memakai semua kemewahan ini"
Edward sudah ada di depan salon. Saat melihat Lerina keluar bersama Nana, cowok itu sedikit terkesima. Ia tak menyangkah gadis yang kelihatan biasa itu kini terlihat berbeda.
Ia segera keluar dari mobil dan membukakan pintu bagi Lerina.
"Aku pergi dulu, tuan" pamit Nana ketika Lerina sudah ada didalam mobil.
"Terima kasih Nana" ucap Edward sebelum menjalankan mobilnya.
"Kenapa Nana tidak ikut?" tanya Lerina
"Nana tidak suka berada di rumah papaku. Kalau kau takut tidak punya teman di sana tenanglah. Aku tak akan membiarkan kau sendiri. Kau hanya perlu bersikap sebagai calon pengantin yang berbahagia. Selebihnya biarkan aku yang berakting" ucap Edward datar sambil menatap lurus ke depan.
Setelah 20 menit berjalan, mereka tiba disebuah mansion besar dan mewah.
"Lerina, pakailah cincin ini" Edward menyerahkan sebuah cincin bermata biru.
Lerina tanpa bertanya langsung memasukannya di jari manisnya. Lalu Edward keluar dan membukakan pintu baginya.
Saat Lerina akan melangkah, Edward meraih tanggannya. Jari mereka saling bertautan. Lerina sedikit kaget menerima perlakuan itu.
"Untuk kesempurnaan sandiwara." bisik Edward lalu segera melangkah. Tiba didepan pintu ia pun mengetuknya.
Seorang pelayan membukakan pintu. "Selamat datang tuan, selamat datang nona" sapa pelayan itu.
"Selamat malam" sapa Edward
"Semua sudah menungguh di ruang tamu"
Edward melangkah sambil terus menggenggam tangan Lerina. Mereka tiba di ruang tamu.
"Selamat malam." Sapa Edward. Lerina hanya membungkukan badannya sebagai tanda hormat seperti yang biasa dilakukan oleh orang korea.
"Sayang, ini Daddyku Kim Ryun Ong, di sebelahnya adalah istrinya Jesica Chung." Edward memperkenalkan seorang pria tua namun masih kelihatan gagah, disebelahnya ada seorang perempuan cantik dengan rambut sebahu yang sebenarnya lebih cocok jadi anaknya.
"Dan itu adalah kakak lelakiku. Namanya Kim Taeyung. Disebelahnya ada Kim Yura, istri dari kakakku" ujar Edward sambil memperkenalkan semua orang yang duduk diruangan itu. Tangan Edward masih terus menggenggam tangan Lerina.
"Duduklah...." ujar Kim Ryun Ong.
Lerina duduk didekat Edward. Tangan cowok itu kini berlingkar dibahunya.
"Kenapa pernikahan kalian kesannya terburu-buru? Ada sesuatu yang disembunyikan?" tanya Ryun Ong lalu menyalahkan cerutunya.
"Tidak ada yang buru-buru. Kami sudah lama saling kenal." kata Edward.
"Berapa lama?" tanya Ryun Ong nampak penasaran.
"Waktu aku konser di Indonesia sekitar 2 setengah tahun yang lalu."
Jesica nampak terkejut. Bukankah itu berarti dia dan Edward masih bersama?
"Oh ya? Kisah cinta yang unik." Ryun Ong sedikit mengejek dengan tatapannya.
"Sangat unik. Bahkan terasa sangat manis. Karena aku tak menyangkah kalau dia mau datang dan tinggal denganku di Seoul" Edward menatap Lerina mesra. Lerina pura-pura tertunduk malu pada hal ia sementara menenangkan detak jantungnya. Sandiwara yang sementara dia dan Edward ciptakan rasanya sedikit beresiko.
"Bagaimana latar belakang keluargamu?" tanya Kim Ryun Ong lagi.
"Daddy....aku tidak suka dengan pertanyaanmu. Dia adalah kekasihku dan aku tak ingin kau menyakitinya dengan pertanyaan seperti itu. " Tegas Edward dengan wajah marah. Sedetik kemudian membelai wajah Lerina dengan lembut.
"Maafkan daddy ku sayang...."
"It's ok, Ed" senyum Lerina sambil menepuk tangan Edward yang masih menyentuh pipinya.
"Dapat kulihat kau menyayanginya, Edward. Kau bahkan memakaikan cincin almarhuma mamamu yang tak pernah kau berikan pada gadis lain" kata Ryun Ong sambil sedikit memberi penekanan di kata 'gadis lain'.
Tak dapat disembunyikan kalau Jesica terlihat sangat cemburu.
"Aku akan melihat makannya apakah sudah siap." Jesica buru-buru berdiri. Ia tak ingin orang lain melihat air matanya jatuh.
Yura pun berdiri dengan alasan hendak membantu Jesica.
Setelah makanan siap, mereka pun makan malam bersama. Siapapun yang melihat pasangan Lerina dan Edward akan terpesona dengan perlakuan Edward pada gadis itu. Dia mengucapkan kata-kata mesra dan penuh perhatian, seperti ....
"Apakah lidahmu cocok dengan makanan ini, sayang?"
atau....
"Sayang.....sini aku bersihkan..." saat melihat ada saos di sudut bibir Lerina.
juga....
"Makan yang banyak karena hari esok adalah hari bahagia kita. Aku tak ingin kamu capek"
Sementara mereka menyajikan makanan penutup, Ryun Ong kembali bicara.
"Aku akan merestui pernikahan kalian dengan satu persyaratan yang harus kalian tururti yaitu setelah menikah, kalian harus tinggal di Mansion ini selama satu bulan"
Edward sedikit kesal. Namun ia menatap Lerina "Bagaimana menurutmu, sayang?"
"Terserah kamu, Ed. Kemana kamu pergi, ke situ juga aku akan pergi bersamamu" jawaban Lerina manis dan membuat Edward menghadiahkan sebuah ciuman dipunggung tangannya.
"Kalau begitu kami pamit dulu." Kata Edward.
"Mengapa tidak menginap di sini saja? Bukankah acara pernikahannya juga akan dilaksanakan di halaman rumah ini?" tanya Taeyung yang akhirnya bicara juga.
"Masih banyak waktu. Setidaknya malam ini biarkan kami berdua saja. Selamat malam" Edward langsung menarik tangan Lerina. Gadia itupun menunduk hormat dan segera mengikuti langkah Edward.
Sesampai di mobil, Edward menghempaskan tubuhnya dengan sedikit kesal. "Si tua bangka itu sedang menguji kesabaranku. Namun aku tak akan kalah dengannya. Terima kasih Lerina. Aktingmu sangat baik."
Lerina hanya mengangguk. Ia sendiri bingung dengan apa yang akan dikatakannya.
Saat mereka sudah tiba di apartemen, Nana menyambut mereka seperti biasanya.
"Nana, besok siapkan barang-barang kami berdua sebab setelah menikah kami akan tinggal di mansion." kata Edward.
"Tuan, kamu tahu kalau aku tidak suka di sana. jadi sebaiknya aku tinggal di sini saja." ucap Nana.
"Ikutlah dengan kami, Nana. Hanya satu bulan. Setelah itu kita kembali ke tempat ini." Edward segera melangkah menaiki tanggga.
"Edward..!" panggil Lerina.
Edward menghentikan langkahnya dan menoleh, "Ada apa?"
"Cinci ini...."
"Pakailah terus sampai saatnya kita akan berpisah." ucap Edward datar lalu kembali menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Lerina masuk ke kamarnya juga.Setelah membersihkan wajahnya dan berganti pakaian, ia mengambil sesuatu didalam tas kecilnya. Sebuah cincin yang pernah disematkan Calvin di jari manisnya 2 tahun yang lalu. Tanpa sadar Lerina menangis. Calvin.....kau sungguh kejam padaku, batinnya lalu menyimpan kembali cincin itu.
Di pandanginya cincin bermata yang ada dijarinya. Perasaannya kembali gundah.
Tak lama kemudian terdengar suara bunyi piano. Hati Lerina terasa damai dan ia pun memejamkan matanya.
#makasi sudah baca part ini
#kasih like dan komennya jika suka ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
semangat Mata Bello ☺
2024-11-11
0
gia gigin
sepertinya putri punya di telan bumi😄
2022-09-05
1
Devira Hasya
waoooowww😱😱
2022-08-21
1