Lerina menatap jam yang ada di kamar itu.
"Ed, ini sudah lebih dari 20 menit" kata Lerina sambil menyentuh tangan cowok itu.
Edward membuka matanya. Ia mengangkat kepalanya dari bahu Lerina. Ia berdiri, merapikan rambutnya sebentar. Mengulurkan tangannya ke arah Lerina.
"Ayo istriku. Kita bersandiwara lagi"
Lerina menyambut tangan Edward dan menautkan jari mereka lalu keluar dari kamar.
Saat keduanya tiba di meja makan, semua sementara menikmati hidangan penutup.
"Ed, kau mengurung menantuku sesuka yang kau mau. Aku harap kalian akan segera memberikanku, cucu" kata Ryun Ong sambil menatap anak dan menantunya.
"Kami masih pengantin baru, dad. Jangan lupakan itu" kata Edward sambil mencium tangan Lerina yang masih dipegangnya.
Nana segera menyiapkan makanan untuk keduanya.
Yura menatap Lerina. Kau sangat beruntung Lerina, batinnya sedih. Tangannya yang ada dibawa meja mengusap perutnya.
"Aku sudah selesai, kalian silakan makan." Taeyung berdiri dan segera meninggalkan ruang makan.
"Aku juga sudah selesai. Jesica, bawakan kopi ke teras belakang karena ada sesuatu yang aku ingin bicarakan dengan tuan Liong."Ryun Ong pun meninggalkan meja makan.
Jesica segera melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya.
"Yura, selesai makan, kita jalan-jalan di sekitar sini ya?" ajak Lerina.
"Aku nggak mau mengganggu kalian. Kalian kan masih pengantin baru" kata Yura sambil menatap Edward.
"Kalian pergilah. Aku akan mengerjakan sesuatu di kamar. Lagi pula hari ini aku sudah cukup mengurung istriku" canda Edward membuat Yura, Lerina, Nana dan Bi Yun yang mendengarnya menjadi tertawa.
Jesica yang sementara membuatkan kopi nampak cemberut. Ia bahkan tanpa sadar menjatuhkan gelas lagi.
Selesai makan, Edward masuk lagi ke kamar sementara Yura dan Lerina jalan-jalan.
"Kakak ipar, sudah berapa kali kau ke sini?" tanya Lerina saat keduanya sudah duduk di taman bunga, menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit.
"Sudah tiga kali. Soalnya ulang tahun Papa selalu ingin dirayakannya di tempat ini. Kata para pelayan tempat ini adalah tempat bagi papa mengenang istri keduanya yang sangat ia cintai dan juga Anastasya. Kuburan keduanya ada di sana" Yura menunjuk sebuah taman yang dihiasi bunga mawar putih.
"Oh ya?"
"Besok, sebelum kita makan bersama, biasanya kita akan ke kubur dulu"
Lerina menatap jauh ke depan. Ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tapi ia sendiri tak tahu bagaimana memulainya.
"Ada apa Lerina?"
"Yura, mengapa Jesica bisa menikah dengan tuan Ong? Dia kan pacarnya Edward saat itu"
Yura tersenyum kecut "Aku juga tak tahu alasannnya. Waktu itu Edward dan Jesica adalah pasangan yang sedang heboh dibicarakan orang. Kemana pun mereka pergi selalu menjadi sorotan. Edward adalah pria romantis yang sangat tergila-gila pada Jesica. Mereka bahkan sudah tinggal bersama. Yang aku tahu sejak awal papa menentang hubungan mereka. Makanya Ed keluar dari rumah dan tinggal bersama Jesica di apartemennya. Sampai suatu hari, Jesica dan Ed bertengkar. Aku tak tahu apa masalahnya. Jesica bahkan sempat masuk rumah sakit. Satu minggu setelah Jesica keluar rumah sakit, tuan Ong tiba-tiba saja mengumumkan pernikahannya dengan Jesica. Waktu itu, Ed sangat terpukul. Terjadi pertengkaran besar di rumah. Ed memukul papa. Lalu sepupunya yang bernama Ben datang menjemput Ed dan membawanya ke Inggris. Selama di Inggris, Ed tidak pernah pulang. Sampai akhirnya ia datang kembali menjelang pernikahan Jien." Yura mengahiri ceritanya.
"Ed yang malang..."
"Tapi dia bahagia denganmu. Ed kembali bermain musik dan menciptakan karya-karya yang baru. Bahagiakan Edward. Dia sudah sangat menderita" kata Yura.
"Bagaimana denganmu, Yura?"
Yura menggeleng "Hidupku mungkin ditakdirkan takan pernah bahagia."
"Dan kandunganmu?"
"Aku tidak ingin mengugurkannya. Apapun yang terjadi, aku akan mempertahankannya. Walaupun Taeyung akan menghentikan dana pendidikan adikku. Aku sudah menceritakan pada adikku. Dia sebentar lagi akan selesai. Ia bahkan sudah memiliki pekerjaan. Jadi menurutnya tak mengapa jika Taeyung akan menghentikan dananya. Itu yang membuat aku senang"
Lerina menatap Yura dengan sangat bangga "Kau hebat Yura. Tuhan pasti akan menolongmu"
"Kita ke kebun apel, yuk. Aku mau buat cake apel malam ini"
Lerina mengangguk senang. Keduanya pun melangkah menuju ke kebun apel.
Sementara itu, Edward yang sedang menyelesaikan beberapa lagunya di kamar, terkejut melihat Jesica yang masuk ke kamarnya.
"Ada apa, Jesica? Mengapa kau masuk ke sini?"
Jesica tak dapat menahan air matanya. "Ed, aku sangat tersiksa dengan semuanya ini. Aku masih mencintaimu, Ed. Aku sangat cemburu melihatmu bersama Lerina"
Edward tersenyum sinis "Cemburu? Kau tidak punya hak untuk cemburu padaku. Kita sudah punya kehidupan masing-masing."
Jesica memegang tangan Edward "Kau mungkin belum lupa dengan semua yang kita lewati di villa ini kan? Bagaimana aku menyerahkan kesucianku padamu dan kita berjanji untuk menikah. Kamu pernah bilang Ed, aku adalah cinta terakhirmu"
Edward menarik tangannya kasar. Lalu ia memegang dagu Jesica sambil menatap perempuan itu dengan sadis.
"Aku memang pernah mengatakan itu padamu. Tapi ternyata aku bisa menemukan cinta yang lain. Kamu, hanya masa lalu bagiku." Kata Edward dingin lalu mendorong Jesica dengan keras sehingga perempuan itu terjatuh.
"Edward...!" Jesica terpana. Selama ini Edward dikenal sebagai laki-laki yang sangat lembut pada wanita. Tapi sekarang, Edward berubah menjadi kasar.
Jesica berdiri, lalu menghapus air matanya. "Aku selalu mencintaimu, Ed." katanya perih lalu segera meninggalkan kamar itu.
Edward menjadi kesal. Ia membuang semua kertas yang ada di atas meja. Pikirannya kembali pada kenangan 3 tahun yang lalu.
Jesica menangis dalam pelukan Edward. Keduanya masih bertelanjang dengan tubuh yang berkeringat karena aktivitas ranjang yang baru saja mereka akhiri.
"Jangan menangis sayang....Apakah kau menyesal memberikannya padaku? " tanya Edward lalu melepaskan pelukannya, memegang pipi Jesica dengan tangannya lalu perlahan menghapus air mata gadis yang sangat dicintainya itu.
"Tidak, Ed. Aku sama sekali tak menyesal. Aku menyerahkan diriku padamu karena aku memang sangat mencintaimu." kata Jesica sambil menatap Edward dengan mata indahnya yang masih berair.
Edward tersenyum "Ayo kita menikah..."
"Ed, kamu kan tahu aku masih kuliah"
"Kau dapat melanjutkan kuliahmu jika kita sudah menikah. Aku dapat membiayai seluruh kebutuhan hidupmu dan keluargamu."
Jesica tersenyum "Biarkan aku menyelesaikan kuliahku dulu. Sambil menungguh restu dari papamu. Aku percaya suatu saat nanti kita akan menikah."
Edward memeluk Jesica dengan erat "Aku bahagia menjadi pria pertama bagimu. Aku janji, aku takan mencintai wanita lain selain dirimu. Jangan pernah pergi dariku, sayang. Karena kau adalah satu-satunya wanita yang mampu membuatku merasa bahagia. Aku memang selama ini dekat dengan banyak perempuan, tapi hanya denganmu aku sungguh jatuh cinta"
Jesica mencium bibir Edward dengan lembut. Edward membalasnya. Keduanya pun kembali dalam bara api cinta dan hasrat yang membuat mereka harus menyatu kembali.
Edward menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin lagi kenangan tentang Jesica mengusik kehidupannya.
Edward ingat betapa tersiksanya ia saat Jesica memutuskan hubungan mereka dan menikahi papanya. Ia bahkan mabuk selama berhari-hari dan berniat mengahiri hidupnya seperti yang dilakukan Anastasya adiknya. Untunglah Ben sepupunya datang dan membawa Edward ke London. Selama satu tahun lebih Edward di sana. Melampiaskan segala kemarahan dan kekecewaannya pada takdir yang memisahkannya dari gadis yang sangat dicintainya. Sampai akhirnya ia sampai pada suatu kesadaran untuk menata hidupnya. Saat suatu pagi, secara tak sengaja masuk ke sebuah gereja dan mendengarkan khotba seorang pendeta.
"Hidup ini sangat berarti. Jadi hargailah. Dan yang harus menghargai hidup ini adalah diri kita sendiri. Menghadapi kenyataan yang pahit itu memang sangat tidak menyenangkan. Namun kita harus belajar menghadapinya, bukan menghindarinya. Semakin kita berani menghadapi kenyataan pahit itu, semakin kita kuat untuk keluar dari kepahitan itu. Hargailah hidup sebagai suatu anugerah"
Edward menyadari bahwa selama 1 tahun lebih ia telah membuang waktunya dengan percuma karena seorang Jesica. Edward kembali tampil di acara konser amal di yayasan kangker anak. Ia juga membuang semua botol minuman dan obat penenang yang selama ini dikomsumsinya.
Saat mendengar Jien akan menikah, Edward pun memutuskan unyuk kembali ke Korea.
"Ed...."panggil Lerina sambil membuka pintu. Ia terkejut melihat kertas-kertas yang berserakan di lantai.
Edward terseyum. ia tiba-tiba memeluk Lerina" Aku senang kau datang" katanya dan semakin mengeratkan pelukannya.
#Makasi sudah baca part ini
#Jangan lupa like, komentar, dan votenya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
lanjutkan 💪
2024-11-16
0
gia gigin
Next
2022-09-06
0
Kendarsih Keken
Jesicaaa rubahhh ngga punya maluuu
2021-10-05
2