Hari ini, Lerina membantu Nana dan Bi Yun menyiapkan makan malam.
"Kakak ipar kemana ya? Aku tak melihatnya" tanya Lerina.
"Dia sepertinya masih kurang sehat. Sudah 2 hari ini dia kelihatan murung dan agak pucat" kata Nana.
Pasti karena pengaruh kehamilannya batin Lerina.
"Selamat malam" sapa Yura yang baru turun dari lantai dua. Wajahnya sudah kelihatan lebih segar.
"Kamu sudah baikan?" tanya Lerina.
"Ya, aku sudah lebih baik. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Yura.
"Sudah selesai. Nyonya duduk saja." kata Bi Yun.
Lerina ikut duduk di samping Yura.
"Bagaimana kehamilanmu?" tanyanya Lerina sedikit berbisik.
"Baik. Walaupun terkadang aku merasa mual dan muntah"
"Tuhan menolongmu"
"Terima kasih Lerina."
Ryun Ong dan Taeyung sama-sama datang.
"Makan malamnya hampir siap tuan. 10 menit lagi" kata Nana.
"Baiklah" ucap Ryun Ong. Ia menatap Yura.
"Menantuku, apakah kau sakit?"
"Tidak papa. Aku baik-baik saja" Yura berusaha tersenyum.
"Aku pikir ada yang aneh denganmu. Kemarin aku melihat kamu muntah-muntah. Aku sempat berpikir kalau kamu hamil" Ryun Ong tersenyum kecut.
"Ah, entah kapan aku akan menjadi seorang kakek. Mungkinkah aku mendapatkannya darimu Lerina?"
Lerina menatap Ryun Ong.
"Sabar papa. Semuanya akan indah pada waktunya"
Taeyung seolah tak perduli dengan percakapan itu. Ia yang sudah duduk di depan meja makan nampak sibuk dengan hp nya.
"Lerina, dimana Edward?" tanya Ryun Ong
"Hari ini dia ada rekaman. Tapi tadi dia sudah menelepon akan pulang untuk makan malam."
Jesica keluar dari kamar saat ia mendengar sudah ribut.
"Selamat malam semuanya" sapa Jesica. Ia mencium tangan Ryun Ong. Setelah itu segera menuju ke dapur sambil memeriksa menu makan malam.
Saat makan malam sudah selesai diatur, Edward pun datang.
"Kau merindukanku?" tanya Edward sambil mencium kepala Lerina dan langsung duduk di samping istrinya.
"Tentu saja aku akan selalu merindukanmu" jawab Lerina lalu mengambil sup dan memberikannya pada Edward.
"Terima kasih, sayang" Edward menatap Lerina mesra lalu mulai makan sup nya.
"2 hari lagi aku akan ulang tahun. Aku meminta kalian untuk liburan bersama ke vila keluarga kita." kata Ryun Ong saat mereka sementara makan.
"Kapan kita berangkat, pa? Bukankah besok ada pertemuan dengan infestor dari Thailand?" tanya Taeyung.
"Mereka menunda pertemuannya karena ada urusan penting di sana. Makanya papa pikir alangkah indahnya jika kita bisa liburan bersama sambil merayakan ulang tahunku" Ryun Ong berdiri. Ia memandang semua yang duduk di meja makan.
"Kita berangkat besok setelah sarapan. Bi Yun dan Nana juga harus ikut" kata Ryun Ong lalu meninggalkan ruang makan.
"Sayang, ini akan jadi libiran pertama kita. Kamu mau ikut kan?" tanya Edward sambil mengenggam tanga Lerina.
"Tentu saja, Ed" Lerina mengangguk.
Taeyung langsung berdiri. "Ikut aku ke kamar, Yura" katanya lalu melangkah.
Yura yang sementara makan langsung berdiri dan menyusul Taeyung.
Begitu perempuan itu masuk, Taeyung langsung mencengkram tangannya dengan kuat.
"Kenapa kamu belum mengugurkan kandunganmu? Kamu ingin semua orang tahu kalau kamu sedang hamil?" tanya Taeyung dengan mata yang menyala.
"Ah.....Taeyung, sakit" Yura meringis menahan sakit ditangannya.
"Aku akan membuatmu lebih sakit dari ini kalau kamu masih belum mengugurkan kandunganmu" Taeyung mendorong Yura dengan keras sehingga perempuan itu terjatuh dengan kepala yang membentur lantai.
Tangis Yura langsung pecah.
Namun Taeyung tak perduli. Ia tahu kamar ini kedap suara. Ia mendekati Yura, kakinya menginjak perut Yura. "Pulang liburan, kau harus segera mengugurkannya kalau tidak, kau dan adikmu akan merasakan akibatnya nanti." lalu ia segera menuju ke walk in closet dan mengganti bajunya dengan pakaian casual.
Setelah selesai, ia meraih hp nya.
"Sayang....kamu ada di apartemen kan? Pakai bajumu yang paling seksi karena aku akan menemuimu malam ini" Taeyung mengahiri percakapannya. Tanpa melihat ke arah Yura yang masih terkapar di lantai, ia segera pergi meninggalkan kamar.
Yura memegang perutnya. "Ya Tuhan.....apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mengugurkan anak yang tak berdosa ini?"
Hati Yura sangat perih. Apalagi saat ia mendengar Taeyung menelepon kekasihnya. Mereka pasti akan menghabiskan malam bersama. Kenyataan itu sangat menghancurkan hati Yura karena Taeyung hanya menjadikannya pelampiasan saat kekasihnya sedang tak ada.
********
Keesokan setelah sarapan, mereka pun berangkat ke vila keluarga Kim.
Tuan Ong, Jesica, Taeyung dan Yura naik di mobil yang sama.
Ada 4 pengawal yang ikut dengan menaiki mobil lain yang berjalan di depan mereka.
Edward dan Lerina hanya berdua saja di mobil mereka karena bi Yun dan Nana sudah 1 jam berangkat lebih dulu bersama pak Cheng yang membawa bahan-bahan makanan.
"Apakah perjalanannya jauh?" tanya Lerina.
"Lumayan. Sekitar 2 jam. Kenapa?"
"Tidak. Hanya ingin tanya saja."
Edward memutar cd. "Tidurlah jika kau merasa bosan."
Lerina yang memang akan memejamkan matanya langsung membuka lagi matanya saat mendengar lagu yang diputar Edward.
"Arnold Manola?"
"Ya."
"Kau mengenalnya?"
"Ya. Kami sudah 3 kali melakukan kolaborasi. Mamaku kan dari Inggris jadi aku mengenalnya sudah sangat lama. ."
"Aku sangat ngefans padanya. Aku suka semua lagunya. Apalagi jika ada musik pianonya."
"Akan kusampaikan pada Arnold jika bertemu dengannya."
"Benarkah, Ed? Wah....sungguh menyenangkan" Lerina tanpa sadar menyentuh tangan Edward. Namun tak lama kemudian ia menarik tangannya.
"Maaf, Ed"
"Tak apa, aku suka kau menyentuh tanganku" kata Edward datar.
Wajah Lerina terasa panas. Namun ia buru-buru menepis semua rasa yang coba membuka pintu hatinya yang tertutup luka hati karena perbuatan Calvin.
Lerina memilih menyanyi. Mengikuti lagu Arnold Manola yang memang banyak yang dihafalnya.
Edward hanya tersenyum di balik kemudi. Ia tak menyangkah kalau suara Lerina sangat merdu.
Setelah 2 jam perjalanan, mereka pun menaiki perbukitan dan tiba di puncak yang rata. Ada 2 buah rumah di sana. Yang pertama rumah besar dengan konstruksi kayu dan yang ada di sebelahnya, sebuah rumah semi permanen yang ukurannya lebih kecil.
"Wah.....ini indah sekali" kagum Lerina saat mereka sudah sampai.
"Kamu suka?" tanya Edward sambil memeluknya dari belakang.
Rombongan yang lain pun sudah mulai turun dari mobil.
Jesica yang menatap kemesraan Edward dan Lerina memalingkan wajahnya kesal. Villa ini adalah tempat dimana ia dan Edward akan datang menyembunyikan diri dari segala kepenatan mereka.
Jesica masih ingat, jika mereka hanya berdua saja di villa ini, Edward akan selalu mengurungnya di kamar. Mereka akan menghabiskan waktu dengan bercinta. Dan Jesica akan terbuai karena memang Edward sangat lembut dan selalu penuh kasih sayang saat bercinta dengannya.
Tanpa sadar air mata Jesica jatuh.
"Jesica...!" panggil tuan Ong.
Jesica menghapus air matanya dan segera berbalik menatap suaminya "Ya" jawabnya datar.
"Masuklah dan buatkan kopi untukku" kata tuan Ong sambil melangkah lebih dulu memasuki Villa.
Edward melepaskan pelukannya pada Lerina " Kau mau jalan-jalan di sekitar sini?" tanya Edward
"Boleh. Pemandangannya nampak sangat indah"
"Boleh ku genggam tanganmu?"
Lerina hanya tertawa. Namun kepalanya mengangguk juga.
Keduanya pun saling bergandengan tangan menyusuri semua bagian Villa. Tak jauh dari sana ternyata ada kebun apel yang sementara berbuah.
"Siapa yang mengurus kebun apel ini, Ed?" tanya Lerina sambil mengigit apel yang baru saja dipetiknya.
"Wah...enak dan gurih"
"Villa ini dijaga oleh pasangan suami istri yang bermarga Liong. Mereka sudah menjaga villa ini selama 15 tahun. Anak mereka hanya satu dan sudah menjadi maneger di salah satu anak perusahaan kami. Mereka tinggak di rumah kecil yang ada di sebelah Villa" kata Edward.
Lerina hanya menganguk sambil terus memakan apelnya.
"Ed, itu air terjun?" tanya Lerina saat matanya menatap air terjun yang ada di seberang bukit.
"Ya. Kamu mau ke sana?" tanya Edward.
Lerina mengangguk.
Edward pun segera memegang tangan Lerina dan menuruni bukit melalui tangga yang memang sengaja dibuat sebagai akses jalan menuju ke air terjun.
"Ed, ini indah sekali." Lerina berteriak karena ia sangat senang. Di bawa air terjun ada kolam yang sengaja di buat.
"Seperti berada di negeri dongeng saja" guman Lerina saat melihat pemandangan di sekitarnya.
Di sekeliling air terjun ditanam bunga pagar yang seolah ingin melindungi air terjun ini dari orang lain. Ada beberapa bunga yang nampak indah berseri. Ada bangku-bangku beton yang dibuat seperti batu pahatan.
"Ed, ide siapa ini?"
"Mamaku. Dialah yang merancang villa ini, dan membuatnya seperti sorga bagi siapa saja yang datang"
"Mamamu pasti sangat pintar, Ed. Hanya orang pintar yang bisa membuat semua keindahan ini" puji Lerina
"Ya mamaku memang sangat pintar" Wajah Edward tiba-tiba menjadi murung.
"Maafkan aku, Ed. Apakah aku membuatmu sedih?"
Edward buru-buru menggeleng sambil tersenyum.
"Mau berenang di kolam ini?"
"Aku nggak bawa baju renang, Ed. Tidak mungkin kan akan berenang dengan celana jeans dan kemeja ini"
"Kita berenang tanpa baju" kata Edward dengan suara yang hampir tak kedengaran namun cukup jelas di telinga Lerina sehingga membuat gadis itu terpana.
#Terima kasih yang masih terus setia membaca
#Like dan kasih komentarnya jika suka ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
gia nasgia
yg ada kontrak nya di ubah jadi seumur hidup 😂
2024-11-16
0
gia gigin
Ihh Ed yg ada lama main hati🥰🥰🥰😜
2022-09-05
0
Cinta Mora
ini cerita yura apa lerina..knapa yura lebih menderita thor...😭😭lbh baik yura keguguran.dan bercerai ..kasiannn
2021-10-20
0