Lerina sedikit terkejut ketika Edward tiba-tiba memeluknya.
"Ada apa, Ed?" tanya Lerina bingung.
"Jesica tadi masuk ke kamar ini. Dia bicara cinta. Aku sangat membencinya"Kata Edward tanpa melepaskan pelukannya.
Lerina menepuk pundak Edward. Membiarkan cowok itu memeluknya. Sampai akhirnya Edward melepaskan pelukannya.
"Maaf...." katanya dengan suara yang bergetar.
"Tidak apa-apa ,Ed. Maaf juga karena aku meninggalkanmu begitu lama. Tadi aku membuat kue apel bersama Yura. Kau mau mencobanya?"
"Aku malas ketemu Jesica di luar"
"Bukankah kau mengatakan semakin sering bertemu akan semakin cepat mengobati luka hati?"
Edward menatap Lerina. Bola mata yang bulat dan hitam itu nampak bersinar menatapnya.
Edward mengangguk. Diraihnya tangan Lerina, ditautkannya jemari mereka "Ayo, kita keluar istriku"
"Baiklah. Suamiku"
Tawa mereka pun pecah. Lalu mereka keluar kamar bersama.
"Wah....sepertinya pengantin baru kita ini sedang berbahagia..." sambut bi Yun membuat semua yang sedang duduk diruang tamu sambil menikmati kopi dan kue menatap ke arah Edward dan Lerina.
"Istriku ini selalu tahu bagaimana membuat hatiku bahagia" kata Edward sambil menatap Lerina dengan senyum menggoda.
"Ed....." Lerina tersipu saat Edward mencium pipinya dengan gemas.
Mereka pun duduk di ruang tamu sambil menikmati kue dan kopi.
Semua yang ada di sana seperti menjadi penonton melihat kemesraan Edward pada Lerina. Mulai dari minta disuapi, minum kopi digelas yang sama dan Edward yang tanpa segan membaringkan kepalanya dibahu Lerina.
"Taeyung.....Edward....., Setelah rapat pemindahan saham milik Edward, kalian pergilah liburan bersama. Aku yang akan menanggung biayanya. Siapa tahu saat pulang kalian sudah bisa memberikan aku, cucu" kata Ryun Ong.
"Tapi pekerjaan sedang banyak di kantor" kata Taeyung kesal. Ia dapat membayangkan wajah Nula yang akan cemberut jika diberitahu tentang liburan ini.
"Aku masih bisa mengerjakan pekerjaan kantor. Pokoknya kalian pergi bulan madu saja. Lagi pula ada Nula yang bisa mengerjakan tugasmu dan ada Keyri yang bisa mengerjakan tugas Edward. "
Edward melingkarkan tangannya dibahu Lerina "Sebenarnya aku mau bulan madu berdua saja. Tapi karena ini gratis, kita pergi saja ya sayang?"
"Apapun itu yang penting kau bahagia, aku pasti ikut, Ed." kata Lerina.
Edward tersenyum membuat Jesica yang duduk disebelah Ryun Ong berusaha menahan air matanya. Edward....aku masih sangat mencintaimu, batinnya sedih.
*************
Selesai makan dan membantu bi Yun membersihkan meja, Lerina segera membuat teh dan membawanya ke kamar.
Edward sedang berada di balkon sambil berdiri memandang ke arah kaki bukit.
"Ed, ini teh untukmu" kata Lerina lalu segera ke kamar mandi.
Hujan tiba-tiba turun dengan deras diikuti angin yang kencang. Edward segera masuk, mengunci pintu balkon dan duduk di sofa sambil menikmati teh hangat itu.
Aliran listrik tiba-tiba saja mati.
"Ed......!" terdengar teriakan Lerina ketakutan.
"Ada apa Lerina?" Edward mendekat ke pintu kamar mandi.
"Ed.....aku takut...." terdengar isak tangis Lerina.
"Aku masuk ya..." Edward membuka pintu kamar mandi yang kebetulan tidak dikunci.
Terdengar petir menyambar dan hujan yang semakin deras.
"Ed...." Lerina tiba-tiba menyambar Edward dan memeluknya erat. Edward dapat merasakan kalau tubuh gadis itu basah dan ia sama sekali tak mengenakan baju.
"Aku takut, Ed...." Lerina semakin erat memeluk Edward.
"Tenanglah" Edward mengangkat tubuh Lerina dan membawanya ke luar kamar. Ia meletakannya diatas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Lerina.
"Aku takut, Ed..." Lerina sama sekali tak mau melepaskan pelukan Edward. Ia terus memeluk Edward dengan tubuh yang bergetar.
Edward merasakan darahnya terbakar. Sentuhannya pada tubuh telanjang Lerina membuat gairahnya membara. Apalagi Lerina yang tak bisa diam dan semakin memeluk Edward dengan erat.
"Lerina...jangan seperti ini...aku....." Edward tak bisa menguasai lagi dirinya. Ia langsung mencium bibir Lerina dengan penuh gairah. Membungkam mulut gadis itu yang masih terus bicara tentang rasa takut.
Keduanya bergumul dalam api gairah yang sama. Edward hampir berada dititik tanpa penguasaan diri sampai ingatannya menyadarkan dia bahwa posisinya sekarang merupakan posisi yang mengambil keuntungan sepihak.
"Tidak..." ujarnya sambil menarik diri dari tubuh Lerina. Ia berusaha membunuh api gairah yang masih sangat kuat menguasai tubuhnya.
Lerina pun tiba-tiba berada pada titik kesadaran penuh. Ketika ia berusaha menguasai rasa takutnya dan menerima sentuhan Edward yang melambungkan dirinya sangat tinggi, ia bahkan tak bisa mengontrol dirinya lagi namun beruntung Edward mengahiri semuanya sebelum mereka akhirnya menuntaskan hasrat yang menuntut ada penyelesaian.
"Ed...." Lerina menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang telanjang. Perlahan tangis Lerina terdengar.
Sebelum Edward bicara, aliran listrik kembali menyala. Membuat Edward hanya diam terpaku menatap Lerina yang bersembunyi dibalik selimut sambil terus menangis.
"Maafkan aku Lerina...maafkan aku yang tak dapat mengontrol diriku....." kata Edward dengan frustasi. Perasaan bersalah memenuhi seluruh rongga dadanya. Ia bahkan menarik rambutnya sendiri.
Lerina masih tetap menangis. Entah apa yang dirasakan oleh gadis itu. Rasa marah atau malu, semuanya bercampur menjadi satu.
Edward berdiri "Aku akan keluar dari kamar ini sehingga kamu bisa memakai baju"
Lerina menurunkan selimut yang menutup tubuhnya saat terdengar suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali. Perlahan ia turun dari tempat tidur dan setengah berlari menuju ke lemari pakaian. Namun saat ia melewati kaca yang ada di meja rias, ia berbalik kembali dan menatap tubuhnya. Terlihat jelas beberapa kissmark ada di leher dan dadanya.
Lerina segera kembali menuju ke lemari pakaian. Ia mengambil bajunya asal, mengenakannya dan kembali ke atas tempat tidur.
Apa yang aku lakukan ya Tuhan? Mengapa aku seperti ini? Bagaimana jika tadi Edward tak dapat menguasai diri?
Lerina terus merenung. Ingatakannya kembali pada saat ia dan Calvin sedang bercumbu di kamar kostnya beberapa bulan yang lalu.
Ciuman yang awalnya hanya biasa saja, tiba-tiba menjadi ciuman penuh gairah. Calvin dan dirinya begitu terlena sampai akhirnya bukan hanya ciuman, tapi Calvin mulai membuka baju yang ada ditubuh Lerina. Ciuman Calvin pun sudah kemana-mana, sampai akhirnya Lerina sadar, mendorong tubuh Calvin yang tinggal menyisahkan boxer yang dipakainya.
"Calvin.....aku...pikir....kita sudah keterlaluan..." kata Lerina dengan napas yang belum stabil, berusaha mengontrol gairahnya dan penolakan hati nuraninya yang menganggap bahwa ini salah.
"Sayang.....apa kau takut kalau aku tidak akan bertanggungjawab?" tanya Calvin dengan mata yang masih dipenuhi kabut gairah.
"Tidak Calvin. Aku percaya kalau kamu tidak akan meninggalkanku" Lerina kembali mendorong tubuh Calvin, lalu mengenakan bajunya. Dipandandanginya wajah Calvin dengan rasa bersalah, karena ia tahu hasrat yang ada pada tunangannya itu.
"Tapi aku mau melakukan dengan cara yang benar. Ini adalah prinsip hidup yang diajarkan mama padaku. Maafkan aku...." air mata Lerina mengalir.
Calvin langsung memeluk gadis itu dengan erat "Maafkan aku, sayang. Seharusnya aku bisa mengontrol diriku. Aku janji takan mengulangnya kembali."
"Aku memaafkanmu" kata Lerina dengan perasaan lega.
Sejak saat itu, ketika mereka berdua sedang bermesraan bahkan sampai berciuman, keduanya pun selalu mengontrol hasrat yang ada di diri masing-masing.
Lerina mengahiri lamunannya.
Lalu mengapa saat ini aku seperti tak terkontrol? Bagaimana jika Edward tak melepaskan aku tadi? Ya ampun Lerina....kau sungguh memalukan. Ingat perjanjian kalian.
2 jam telah berlalu. Namun Edward belum kembali juga ke kamar. Lerina merasa bersalah karena ia tahu semua itu terjadi karena ulahnya juga. Ia pun memutuskan untuk keluar mencari Edward.
Di ruang tamu dan ruang makan, Edward tidak ada.
Lerina melangkah ke teras depan, dan matanya menatap cowok itu sedang duduk di bangku taman tanpa menggunakan mantel padahal cuaca sedang dingin karena hujan yang baru saja berhenti.
"Ed....." panggil Lerina lembut
Edward menoleh, lalu kembali ke posisinya yang pertama.
"Masuklah, Ed"
"Aku malu denganmu. Aku hampir saja mengambil keuntungan demi hasratku sendiri" kata Edward tanpa memandang Lerina.
"Kamu tidak salah, Ed. Keadaanlah yang membuat kita seperti itu" Lerina duduk di samping Edward.
"Setiap kali lampu padam di malam hari, apalagi jika diikuti dengan hujan dan petir, aku selalu ketakutan. Karena saat kecil, aku pernah mengalami trauma. Dua orqng pencuri berhasil masuk ke dalam rumah kami waktu usiaku 9 tahun. Saat itu pun aliran listrik padam dan hujan turun dengan deras. Salah satu diantara mereka berhasil menyeret aku keluar kamar dan dia bermaksud untuk memperkosaku, sampai akhirnya papa berdiri dibelakangnya dan memukul kepalanya sampai pingsan. Itulah sebabnya aku mengalami ketakutan saat lampu mati dimalam hari apalagi jika ada hujan" Lerina menceritakan traumanya. Ia lalu menepuk pundak Edward dengan lembut.
"Aku tadi dalam kondisi yang tak terkontrol. Dan aku mengerti dengam posisimu yang tak bisa menahan hasratmu. Terima kasih, Ed. Kau bisa mengendalikan dirimu untuk tidak menyentuhku disaat aku justru sedang lepas kontrol" Kata Lerina tulus. Ia tak mau Edward menyalahkan dirinya sendiri.
Edward menarik napas panjang. "Terima kasih juga karena kau tak marah padaku"
"Peluk aku, Ed"
"Apa?" Edward terkejut dengan permintaan Lerina
"Peluk aku karena Jesica sedang menatap kita" bisik Lerina.
Edward melingkarkan tangannya dibahu gadis itu dan membiarkan Lerina bersandar didadanya.
15 menit pun berlalu
"Dingin, Ed"
"Kita ke kamar saja, ya?"
Lerina mengangguk.
Keduanya melangkah memasuki Villa kembali dengan posisi tangan Edward yang masih melingkar di pundak Lerina.
Saat mereka tiba di kamar, keduanya pun langsung tidur tanpa bicara apa-apa lagi.
#makasi sudah baca part ini
#jangan lupa komentar dan jempolnya ya...
#suport aku biar lebih semangat menulisnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Rustan Sarny Apul Sinaga
penuturan ceritanya keren bnget thor... semangat
2023-01-18
0
gia gigin
Nyaris aja😄
2022-09-06
1
Yunia Abdullah
cerita y sperti anak2 main kucing2an s ed SM lerina
2021-09-22
1