"Jadi bagaimana Card, sudah ada yang pas. Saya di sini tidak tenang sama sekali. Peluncurannya dua minggu lagi tapi modelnya saja belum ditemukan."
"Tenang saja, Wa. Saya sudah temukan model itu. Saya yakin image model dan perhiasaannya akan menyatu sekali. Dia adalah model yang sudah vakum lama, kita adalah brand pertama yang menjadi come backnya. Dia model yang juga direbutkan brand sebelah, untunglah kita bisa dapatkan lebih dulu."
"Sampai diperebutkan?"
"Hmm, laris manis tanjung pinang kalau dia yang jadi modelnya. Saya jamin. Tapi sayang, manajemennya tidak mau menunggu lama untuk tanda tangan kontrak. Mereka mau hari ini juga."
"Kamu yakin menggunakan dia akan membuat produk kita melejit?"
"Sangat yakin."
"Saya percaya pada kamu. Segera berikan kontraknya, jangan sampai diambil oleh brand sebelah. Atur pertemuan untuk besok. Malam ini saya flight."
"Siap, laksanakan."
Radewa memutus panggilan. Dia sedang berada di Dubai, baru saja bertemu seorang klien yang ingin melakukan kerja sama. Dia secepatnya menghubungi Ricard yang tiga hari ini menjadi orang kepercayaannya untuk memastikan keadaan. Dia butuh secepatnya kepastian karena kliennya meminta pembuktian sekali lagi. Jika di peluncuran produk terbaru nanti sukses, mereka akan langsung menandatangai kontrak tanpa pikir panjang lagi.
"Siapapun kamu, semoga kamu membawa keberuntungan." Radewa mengepalkan tangannya. Dia percaya pada Ricard untuk mengurus kontrak bersama model. Bukan tanpa alasan Dewa begitu percaya pada pria itu. Di produk sebelumnya, Ricard telah memberikan peran besarnya. Jika bukan karena sarannya untuk menggunakan model ternama yang juga berprofesi sebagai aktris, pasti produk mereka tidak akan seterkenal sekarang.
Bukan hanya karena model itu yang cantik dan dikenal banyak orang, tapi penyatuan antara si model dengan perhiasan yang dikenakan yang membuat banyak wanita berminat. Dan kali ini Dewa ingin menggunakan trik yang sama. Karena menggunakan model nomor satu dunia pun jika produknya tidak terlihat akan percuma. Dia belajar dari beberapa perusahaan jewelry lain yang gagal meski telah melakukan promosi jor-joran.
"Kita langsung cek out, saya ada pertemuan penting besok."
"Loh, Wa. Katanya mau jalan-jalan satu atau dua hari. Aku udah bawa baju banyak juga." Sinta yang berada di belakang pria itu menggaruk pelipisnya.
Radewa mengernyit. "Siapa yang bilang akan jalan-jalan. Saya ke sini untuk bekerja."
"Loh, bukannya kamu kemaren bilang ke Kak Samuel ingin refreshing juga. Makannya aku pesan kamar untuk tiga malam."
"Jadi kamu belum pesankan flight saya malam ini?"
"Belum..."
"Saya tidak pernah mengatakan kalau saya ingin refreshing, sejak awal saya bilang saya ingin bertemu klien dan pulang secepatnya. Kenapa kamu tidak mengerti. Dengan alasan apa kamu menentukan jadwal saya tanpa persetujuan saya lebih dulu."
"Maaf, aku hanya berinisiatif saja."
"Tidak ada inisiatif dalam pekerjaan. Lain kali jangan ambil tindakan semau kamu. Profesional!"
"Oke-oke, jangan marah. Aku pesankan tiket untuk malam ini."
"Tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri. Jika kamu ingin berada di sini lebih lama, silahkan. Saya berikan kamu cuti."
"Enggak, aku ikut pulang. Biar aku yang pesan tiket kita."
"Pastikan secepatnya!"
"Iya-iya, aku pesankan sekarang." Sinta gelagapan sendiri. Sudah senang sekali dia bisa menemani Radewa terbang ke Dubai. Dia pikir dengan berinisiatif membuat jadwal tambahan, waktunya bersama pria itu akan lebih lama. Nyatanya ekspektasinya salah. Jangankan jalan-jalan berdua, nada bicara pria itu saja sangat ketus padanya.
"Kenapa sih, susah banget ambil hati kamu!" kesal Sinta dalam hati. Sudah banyak cara dia lakukan, meminta saran pada Samuel, kakanya pun sudah, tapi Dewa terus saja menganggapnya sebatas karyawan. Sedikit melembut jika di luar pekerjaan, itupun kalau ada Samuel di antara mereka.
***
"Apa kamu yakin ini akan sukses?" Amanda benar-benar ragu, dia memang ingin kembali bekerja, tapi bukan secepat ini. Dua hari setelah dia mengeluarkan unek-uneknya pada Baron dan Justin, pria yang berstatus kekasihnya itu menawarkan pekerjaan yang cukup besar.
"Kamu tidak perlu takut. Kabar kembalinya kamu sudah tersebar luas, ada sejumlah brand besar yang ingin mengajak kamu kerja sama, tapi saya tidak mau memgambil resiko besar. Jika menerima mereka dan kamu gagal, nama kamu akan langsung ikut jatuh. Tapi dengan mengambil brand yang masih baru, jika kamu sukses, nama kamu akan semakin dipandang, kamu dianggap sangat berpengaruh. Tapi kalau gagal, karir kamu tidak akan jatuh sebab brand ini belum terlalu dikenal banyak orang." Justin menggenggam tangan Amanda, meyakinkan.
"Aku tidak terpikir sampai sana. Jam terbang kamu memang luar biasa."
"Akan aku usahakan yang terbaik untuk kamu. Tegakkan tubuh kamu, orangnya datang." Justin dan Amanda berdiri, menyambut kedatangan orang yang ditunggu mereka sejak tadi. Di sebuah restaurant klasik mereka melakukan pertemuan sekaligus perjamuan.
"Long time no see, Justin dan juga Amanda." Ricard menyapa, dia adalah teman lama Justin. Mereka bertemu di beberapa pemotretan.
"Long time no see, Card. Makin gagah aja." Justin menyapa balik.
"Eits, jangan gitu. Lo nggak lihat pernak-pernik di kuku gue. Ini cantik, bukan gagah." Celotehan Ricard membuat gelak tawa, "Amanda nih yang makin cantik aja. Ke mana aja?" tanyanya.
"Maaf sebelumnya, Ricard ini kenal saya?" Amanda kebingungan sendiri. Asing sekali melihat pria di depannya itu.
"Siapa yang nggak kenal kamu, Manda. Tiga tahun lalu kamu itu model terkenal. Ya meskipun kamu nggak kenal saya, orang saya cuma perias kecil. Kamu mungkin lupa pernah satu projek dengan saya."
"Ah, saya benar-benar lupa. Maaf ya."
"Apa pula pake minta maaf, bukan lebaran. Yang jelas ke sini saya datang sebagai perwakilan dari D&A Jewelry, membawakan kontrak kerja yang kamu minta. Silahkan baca lebih dulu, jika ada yang ingin dirubah, kita bisa diskusikan."
Manda mengangguk, menerima map merah muda yang diberikan. Dia mengajak Justin untuk sekaligus membaca isi kontraknya.
Beberapa menit berlalu, keduanya saling mengangguk. "Untuk fotografer, bisa pakai saya Card. Kebetulan kita satu paket."
Ricard menyipitkan matanya. "Ulalala, kalian pacaran?" tanyanya yang hanya dibalas senyuman, "ya bagus kalau gitu. Saya percaya sama kamu juga. Hasil foto kamu nggak pernah gagal. Bagus juga kalau kalian ada hubungan, nggak ada canggung-canggung buat pengarahan gaya."
"Ini yang saya maksud, soalnya Manda agak gugup."
"Jadi bagaimana Manda, ada yang perlu diubah?"
Manda menggeleng. "Isi kontraknya sudah sesuai dengan yang saya mau. Saya langsung tanda tangani saja."
Dengan cepat Ricard memberikan pena, tidak akan dia sia-siakan kesempatan besar ini. Paket komplit, mendapatkan model terbaik, sekaligus dengan fotografernya juga.
"Besok akan ada pertemuan lagi dengan bos saya sekaligus untuk memperlihatkan produknya. Kalian bisa datang ke alamat ini." Ricard memberikan kartu nama perusahaan.
"Baik, kami akan datang." Justin setuju tanpa ragu.
***
TBC
Dukung author dengan like, komen dan follow. Jangan lupa berikan penilaian juga. Terima kasih ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments