Pertemuan Tak Disengaja

"Sudah cantik, tidak ada yang kurang sedikitpun. Kamu selalu sempurna sejak dulu sampai sekarang."

Amanda malu-malu, dia tengah berkaca untuk memastikan sekali lagi penampilannya dan rupanya Justin sudah berada di sana, melihatnya dari belakang, bersandar pada bingkai pintu. Ini adalah kencan pertama setelah tiga tahun tak menjalin hubungan dengan siapapun. Meski kerap kali pergi bersama, tapi dengan status yang berbeda, dekap jantung rasanya lebih berat.

"Sudah tau," sahut Manda mencegah pipinya semakin memerah.

"Inilah Amanda yang saya kenal, Amanda yang selalu percaya diri." Justin mengusap wajah Amanda. Terus menatap lekat wajah ayu wanita yang dia tunggu selama tiga tahun itu.

Mereka berdua saling beradu pandang, meromantisasi keheningan kamar yang dipenuhi wewangian. Pelan dan pasti, wajah Justin mendekat, matanya tertuju pada benda kenyal berona merah di atas dagu.

"Mama, Papa... kalian mau kemana. Kok pakai baju bagus!!" Buyar sudah keinginan Justin untuk mencium Amanda, Azura datang dengan berkacak pinggang. Amanda sendiri sebenarnya belum siap melakukannya, dia merasa sangat lega dengan kehadiran putrinya itu yang berhasil mencegahnya berciuman dengan Justin.

"Manda... maaf. Mama sudah bujuk dia untuk tetap di dalam kamar tapi gagal." Santika menyusul di belakang gadis kecil itu.

"Tuh kan... Mama sama Papa dan Oma pasti merencanakan sesuatu. Untung aku keluar. Zura nggak mau tau, Zura harus ikut!!"

"Sayang, Mama mau kerja. Kamu di rumah saja ya, nanti Mama pulang Mama bawakan mainan."

"Tidak mau. Aku mau ikut!!"

"Azura mau ikut, sana ganti pakaian." Justin membiarkan.

"Aku bujuk Azura sebentar ya. Aku nggak enak sama kamu." Rencana Amanda dan Justin adalah untuk makan berdua malam ini. Manda memang merasa tidak enak hati jika terus-terusan mengajak Azura saat Justin hanya meminta untuk berdua saja.

"Tidak apa. Lain kali kita bisa melakukannya. Saya tidak tega pada Azura. Dia pasti sedih sekali."

"Maaf ya."

"Tidak apa-apa." Justin menggendong gadis kecil pemilik senyum manis tersebut, "ayo Papa bantu pilih pakaiannya. Kamu harus sama cantiknya seperti Mama."

"Yeayy, terima kasih, Papa!" Satu kecupan pipi Justin dapatkan.

Inilah yang menjadi pertimbangan besar hingga akhirnya Amanda berani memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Justin. Pria itu selalu baik sejak awal. Dia lebih mementingkan orang lain dibanding egonya. Dan pria lain belum tentu juga akan menerima Azura seperti Justin menerimanya.

Menunggu lima belas menit kembali, akhirnya Azura siap. Dia memakai pakaian berwarna merah, senada dengan milik Amanda. Digendong Justin hingga ke mobil.

Justin diharuskan mengemudi lebih cepat agar waktunya tak terbuang sia-sia, dia hanya memesan meja dengan waktu satu setengah jam saja.

Di sebuah restaurant tengah kota, akhirnya mereka tiba. Berjejer puluhan mobil mewah di parkiran. Resto tersebut memanglah langganan para pengusaha dan konglomerat.

"Zura tidak boleh rewel ya. Di sini kalau berisik nanti diusir. Zura mengerti?" Amanda memberi pesan, harap putrinya akan mengerti dan terkendali seperti biasanya.

"Okay, Mama."

Azura kembali digendong Justin sementara Amanda digenggam tangannya erat-erat oleh pria itu. Mereka bertiga sudah selayaknya keluarga bahagia.

Pelayan langsung menyambut. mengarahkan pada meja yang di pesan lebih dulu oleh Justin. Seperti parkirannya, restaurant itu benar ramai. Sebenarnya ada ruang VIP agar makan malam mereka lebih privasi, namun Justin terlambat untuk memesannya. Semuanya penuh.

"Silahkan, Tuan dan Nyonya," kata pelayan begitu mereka sampai pada meja yang hanya memiliki dua kursi.

"Saya boleh meminta satu kursi lagi untuk anak saya?" Permintaan Justin dianggukan pelayan.

"Mama, aku tadi lupa ke kamar mandi dulu. Sekarang aku kebelet."

"Gara-gara Papa ya yang bikin buru-buru?"

"Tidak Papa, ini karena aku yang salah. Aku lupa."

Manda tersenyum melihat interaksi Justin dan putrinya. "Ayo Mama temani. Aku ke kamar mandi juga dulu ya."

"Hmm. Jangan lama-lama."

Azura digandeng menuju kamar mandi yang berada di ujung kanan, tersekat tembok juga taman air mancur buatan.

Azura pintar selalu mengatakan apa yang dia mau. Dia juga pandai mendepatkan diri berkat didikan yang Manda lakukan. Dengan cepat, gadis kecil itu mentuntaskan apa yang dia tahan sejak perjalanan tadi.

"Mama juga mau ke kamar mandi. Kamu sini saja ya, tunggu Mama." Azura yang sudah dibersihkan tangannya mengangguk.

Selayaknya anak kecil pada umumnya, anggukan bukan berarti dia akan melakukannya. Azura memang tidak akan pergi ke mana-mana, tapi dia penasaran pada air mancur yang sebelumnya dia lewati. Pikirnya jika dia ke sana, Mamanya tidak akan marah. Gadis itupun berlari kecil keluar dari ruangan itu.

Bugh!

Azura menubruk seseorang hingga terpental jatuh. "Maaf, Zura tidak sengaja."

"Tidak apa-apa." Pria yang ditubruk itu membantu. Dia adalah Radewa yang begitu menyadari siapa gadis yang menabraknya langsung terdiam.

"Om tidak apa-apa?" tanya Azura memastikan, dia merasa bersalah dan Radewa terus diam begitu selesai membantunya berdiri kembali.

"Eh, tidak apa-apa. Siapa tadi nama kamu?"

"Azura."

"Nama yang cantik. Azura, lain kali hati-hatinya. Jangan lari-larian apalagi di tempat umum seperti ini. Dan kamu kenapa nakal sekali, mana orang tua kamu, kenapa pergi sendirian."

"Azura, Sayang... kamu di mana?"

Radewa kembali diam. Suara Amanda, suara yang hampir dia lupakan itu kembali terdengar di telinganya. Suara yang indah, yang membuat matanya seketika berkaca-kaca.

"Zura.... Ya Tuhan sayang... Tadi Mama bilang apa?"

"Maaf Mama, tadi Zura mau melihat air mancur itu. Tapi Zura malah nabrak Om tadi." Zura menunjuk ke arah kamar mandi pria.

"Om siapa? Kamu tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa Mama. Tadi Zura juga sudah minta maaf pada Om. Kata Om tadi, Zura harus hati-hati, tidak boleh pergi sendirian lagi."

"Benar kamu sudah minta maaf?"

"Sudah Mama."

"Yasudah kalau begitu, ayo ke Papa. Papa pasti sudah menunggu." Amanda tadinya ingin bertahan dan kembali mengatakan maaf, tapi dia tidak mungkin terus berasa di sana, buku pesanan pasti sudah ada di meja, tidak enak rasanya terus membuat Justin menunggu. Pikirnya orang itu akan melewati mejanya dan nanti dia akan meminta maaf kembali.

Seperginya Amanda dan Azura, Radewa akhirnya keluar dari persembunyiannya. Di balik tembok dia mendengar lebih jelas suara Amanda yang begitu dia rindukan itu.

Sungguh tadinya dia ingin bertahan di tempat untuk kembali melihat Amanda dengan lebih dekat, tapi rasanya dia masih belum bisa. Jawaban atas rindunya sangat membahagiakan sampai dia tak bisa menahan air matanya lagi.

Radewa juga kehilangan keberanian. Dosanya di masa lalu membuatnya merasa tidak pantas untuk menunjukkan diri kembali. Dia takut akan merusak kebahagiaan Amanda. Padahal dia ingin mengutarakan maaf juga pertanyaan-pertanyaan yang sekarang semakin membuat kepalanya berisik. Tentang siapa anak bernama Azura itu dan apa hubungan Manda dan Justin sekarang.

Di balik sekat berlubang yang menjadi pembatas salah satu ruangan dan taman, Radewa berdiri. Dia pandangi dari jauh Amanda yang rupanya juga datang bersama Justin.

Radewa bisa melihat betapa harmonisnya hubungan mereka. Ternyata pilihan untuk menahan diri adalah benar, jika tadi dia memaksa untuk berhadapan dengan Amanda, bisa jadi acara makan malam mereka gagal begitu saja.

"Senyuman kamu manis sekali, Sayang. Saya merindukan senyuman itu."

"Maafkan saya yang pecundang ini. Saya akan temui kamu secepatnya. Saya harap masih ada ruang untuk saya mendapat senyuman kamu kembali."

Radewa tak kembali menuju tempat duduknya meski dia tak perlu melewati meja mereka. Dia hanya merasa tak sanggup jika harus melihat tawa mereka yang begitu bahagia, sementara dirinya masih dihanti beribu rasa bersalah dan penyesalan. Dia ingin lebih tenang sedikit saja, meski rasanya akan tidak mungkin. Sungguh dia ingin memeluk Amanda-nya kembali.

***

TBC

Dukung author dengan like, komen dan follow. Jangan lupa juga berikan penilaian pada cerita ini supaya author lebih semangat lagi updatenya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!