"Hanya karena bertemu dengan orang yang mirip dengan Dewa, kamu sampai sefrustasi ini. Bukankan tadi sebelum pergi menuju supermarket kamu sudah lebih baik. Ada apa sebenarnya?" Tak perlu diamati, sikap Amanda memang kentara sekali perbedaannya. Santika kembali bertanya karena Baron juga melihat perubahan sikap putrinya itu.
Kembali bertemu di sudut rumah yang berpemandangan taman samping, kali ini Amanda terduduk di teras dengan menggenggam segelas coklat hangat. "Hanya sedang duduk diam, belum bisa tidur saja, Mah. Mamah sendiri kenapa ke sini, nggak nemenin Papah?"
"Papah yang meminta Mamah bertanya pada kamu. Sebenarnya apa yang sedang mengganggu pikiranmu. Sejak saat kamu melamun tiba-tiba, rasanya kamu memang sudah berbeda."
"Sebenarnya aku tadi bertemu teman modelku dulu. Aku jadi kepikiran, apa aku harus terjun ke dunia modeling kembali atau belajar mengelola bisnis Papah. Satunya dirindukan, satunya lagi ditakutkan. Aku takut menghancurkan apa yang sudah Papah bangun." Amanda tidak mau membawa beban pikiran untuk kedua orang tuanya. Sudah banyak sekali dia merepotkan mereka. Namun dia juga tidak sembarangan bicara, dia memang sedang kebingungan untuk menentukan karirnya ke depan. Sebagai seorang anak tunggal, beban baginya jika tidak meneruskan bisnis yang telah membesarkan nama keluarga mereka.
"Nikmati saja dulu apa yang ada, jangan dipusingkan. Pilih yang membuatmu bahagia. Papah dan Mamah tidak akan memaksa."
"Sampai kapan Manda harus terus santai. Azura semakin besar. Jika tidak fokus pada karir, Azura takut tidak bisa membahagiakan Zura sebagaimana Papah dan Mamah membahagiakan Manda."
"Diskusikan besok bersama Papah, jangan lupa minta pendapat pada Justin. Mungkin masa depan kamu akan lebih baik jika kamu mendengarkan saran mereka."
Amanda tak mengangguk pun tidak menolak. Apakah lagi-lagi kedua orang tuanya akan melimpahkan tanggung jawab pada yang akan menjadi pasangannya. Jika Radewa, dia datang dari dunia yang sama, urusan bisnis dia bisa dipercaya. Tapi Justin, dia adalah seorang fotografer. Seseorang yang juga memilih profesi menyimpang dari profesi keluarga, sama seperti Amanda sebelumnya.
"Aku mau hubungin Justin dulu. Selamat malam, Mah." Meski di taman itu nyaman, jika Amanda tetap di sana, yang ada kedua orang tuanya tidak akan tenang.
Beban pikiran yang sedang ditanggung Amanda bukan hanya tentang siapa yang akan mewarisi bisnis keluarga, tapi juga tentang pertanggungjawabannya atas kebohongan yang dia lakukan. Dia tidak menyangka jika Sedayu akan sampai meninggal karena kehancuran perusahaannya. Andai waktu bisa diulang, tak perlu Amanda berbohong tentang rahimnya yang diangkat, tak perlu juga dia mendukung keputusan Baron menghancurkan perusahaan Dewa.
Namun semua sudah terlanjur. Yang hancur tak lagi bisa utuh, yang terkubur tak mungkin terbangun. Yang harus Amanda lakukan adalah jujur pada Radewa, agar dirinya bisa merasa tenang.
"Tolong cari tahu tentang mantan suami saya. Di mana dia dan bagaimana keadaannya. Saya ingin tahu secepatnya." Pesan dikirim pada seseorang. Percuma menanyakan pada Baron, karena mungkin pria itu memang tidak ingin dirinya tau tentang Dewa. Amanda akan bergerak sendiri untuk memastikan keadaan mantan suaminya itu.
***
"Peluncuran produk baru ini harus menggunakan model yang memiliki image mewah dan penuh karisma, tapi tidak menenggelamkan kemewahan produk ini juga. PR buat tim kreatif untuk segera menemukan model seperti yang saya mau."
"Model yang sebelummya sangat cocok dengan image produk yang lalu, apa mau mencoba memakai dia lagi, Pak?"
"Tidak. Saya tidak menemukan kecocokan antara mereka. Cari yang lain."
"Baik, Pak."
"Jika tidak ada yang bertanya lagi, kita selesaikan meeting kali ini. Minggu depan, saya harap sudah ada kandidatnya. Saya tidak mau peluncuran produk kita tidak sesuai jadwal. Mengerti?"
"Mengerti, Pak."
Satu persatu perwakilan divisi keluar dari ruang meeting yang dengan meja panjang itu. Radewa sebagai pimpinan masih terduduk di depan.
Perusahaan jewelry miliknya sedang naik daun. Produk keluaran tiga bulan lalu melebihi target dan balik modal hingga dua ratus persen. Tidak akan Dewa biarkan produksinya kali ini mengalami penurunan, dia sudah sangat selektif membuat tim rancangan dan akan melakukan yang sama untuk promosinya.
Tiga tahun lalu dia pernah jatuh, butuh dua tahun baginya hingga akhirnya bisa berada di posisi sekarang. Modal yang dulunya tak seberapa bahkan harus ditambahi dengan hutang yang cukup besar telah menemukan pasarannya. Jika sekali lagi produknya berhasil, Radewa akan membuat anak brand lagi dan akan terus mengembangkan sayap-sayap bisnisnya.
Tidak dipungkiri, didikan Sedayu menjadi bekal untuk Dewa hingga bisa menjadi pembisnis yang handal, yang paham akan permintaan pasar, yang tau celah agar bisa bangkit dengan cepat. Sekarang waktunya untuk bersinar kembali, tidak akan Radewa sia-siakan kesempatan ini.
"Ada restaurant sushi yang baru buka, kamu mau mencobanya denganku, Wa."
Radewa menoleh pada satu-satunya karyawan yang belum pergi dari ruangan itu. "Saya belum lapar."
"Tapi ini sudah siang. Jangan menunda makan takut kamu sakit. Nanti aku sekalian kenalkan beberapa teman modelku, siapa tau ada yang cocok. Atau kalau kamu mau, kamu bisa menjadikanku sebagai modelnya, aku cantik, aku berkarisma, aku yakin aku akan sangat cocok dengan perhiasan-perhiasan itu."
"Kenapa tidak mengatakannya saat meeting tadi. Kamu tau kan, saya butuh model itu secepatnya, Sin!"
Wanita bernama Sinta itu sedikit kaget. "A-aku pikir lebih baik diskusikan berdua."
"Ini adalah sebuah perusahaan, bukan sebuah kelompok belajar yang hanya mengandalkan dua orang. Kamu harusnya paham bahwa pendapat saya juga harus disetujui yang lainnya. Jika memang kamu memiliki seorang teman atau bahkan dirimu sendiri untuk ditawarkan, hubungi tim kreatif, baru saya akan diskusikan dengan mereka dan akan diadakan meeting kembali setelahnya. Paham!"
"Iya, Paham." Wanita itu meremas tangannya.
"Kenapa masih di sini?"
"Makan siang bersama?"
"Saya belum lapar. Apa kamu tidak dengar. Silahkan pergi, dan satu lagi, tolong bersikap lebih sopan, saya atasan kamu. Ini area kantor. Kamu bebas memanggil nama saya jika berada di luar."
"Iya."
Radewa menghela nafas. Sinta adalah asisten pribadinya. Seorang karyawan titipan, adik dari sahabat yang telah memberi hutangan. Jika bukan karena balas budi, Radewa sudah menggantikan wanita itu. Kinerjanya bagus, tapi terkadang dia terlalu dekat dan sok akrab, menimbulkan gosip tidak jelas di kalangan karyawannya.
Radewa sangat risih, terlebih dia sama sekali enggan untuk menjalin kasih kembali selain dengan Amanda, yang kini telah menjadi pasangan untuk pria yang telah merebut sepotong hati wanita itu saat masih menjadi istrinya dulu.
***
Tbc
Dukung author dengan like, komen dan follow supaya author lebih semangat lagi buat update ya❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments