Banyak yang berkata jika definisi sahabat dan teman itu berbeda.Sandra tidak tahu apakah ada yang menganggapnya sebagai sahabat atau tidak.Dulu,dia memiliki seorang teman.Teman yang mungkin hampir menjadi sahabat.
Kakaknya lah yang memperkenalkannya pada teman itu.Sejak dulu Sandra memang sulit untuk bergaul.Bahkan gak jarang yang menyebutnya sebagai gadis yang angkuh dan sombong.Tapi,Sandra tidak pernah peduli.Sandra tidak peduli yang dikatakan orang-orang terhadapnya,karena dirinya tahu,jika dia bisa bahagia dengan caranya sendiri,itu sudah cukup.
Teman yang di perkenalkan Bramasta adalah satu-satunya yang Sandra punya.Tapi, kepergian Bram juga yang membuatnya kehilangan teman itu.Temannya itu tidak pergi,dia ada hanya saja dirinya yang memilih pergi darinya.Sandra berlari menjauh dari temannya itu,Lari dari luka dan lari dari apapun yang menyakitinya.
"Nak,sarapan dulu sini."
Senin pagi,bersama mendung yang mendukung.Mamah duduk di meja makan.
"Aku gak sarapan dulu mah, buru-buru soalnya hari ini jadwal aku piket,"ucap Sandra sambil mengenakan sepatunya di depan pintu.
Papah dan mamahnya saling menatap.Padahal jam baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas,tapi kenapa anaknya buru-buru sekali?
"Ya sudah.Sampai sekolah nanti, sempetin buat makan dulu,ya."Ujar mamahnya yang khawatir,takut jika anaknya pingsan saat Upacara bendera.
Piket di kelas ketika hari Senin memang sangat menyebalkan, pasalnya lima belas menit sebelum upacara di mulai kelas harus sudah tertata dengan rapih dan bersih.Itulah alasan kenapa Sandra harus berangkat sepagi ini.
Sandra merasakan ponselnya bergetar,ia mengambil ponselnya.Satu pesan masuk dari Marvin.
Marvin|
San,maaf gue gak bisa jemput Lo soalnya bangun kesiangan.Tapi Lo tenang aja,gue udah minta temen gue buat jemput Lo.
Sandra menghembuskan napas kasar.Teman yang mana,yang dimaksud Marvin?
Jika itu Candra ia tidak apa-apa,karena dirinya dan laki-laki itu sudah cukup akrab sekarang.Tapi tidak dengan Rian atau Langit.Apalagi Jean, sangat tidak akrab.
Sepuluh menit,teman yang dimaksud Marvin masih belum datang.
Lima belas menit kemudian,teman Marvin masih belum juga datang.
Hampir dua puluh menit teman Marvin belum juga menunjukkan batang hidungnya.Siapa manusia yang tidak tepat waktu itu? kalau tahu begini lebih baik dia pesan ojek online saja tadi.
" Sandra?"
Saat berjalan lumayan jauh meninggalkan halaman rumah.Sandra melihat Jean dengan mobilnya.
Sial! Ternyata teman Marvin yang menjemputnya adalah Jeandra.Sandra berusaha untuk tidak peduli,ia terus berjalan berharap ada taksi atau ojek yang lewat.
"Hei!!"
Sandra menghiraukan suara itu, ia terus berjalan sampai seseorang menarik tangannya.
"Tuli lo?" Katanya.
Sandra hanya menatap datar Jean, ia tidak peduli jika laki-laki itu kesal atau marah.
"Ayo,masuk."
Jeandra menariknya, membawanya masuk kedalam mobil milik laki-laki itu.Sandra tidak protes walaupun dalam hatinya menolak untuk ikut bersama laki-laki yang menjadi ketua OSIS itu.Namun,ia berpikir lagi jika menolak ajakannya sudah pasti ia akan terlambat.Ia tidak mau membayar denda hanya karena tidak piket.
Sandra tentu memiliki uang untuk membayar denda itu,hanya saja ia malas berurusan dengan bendahara kelas yang cerewet dan banyak tingkah seperti Rahma.
"Marvin bilang Lo piket sekarang,kalau telat pasti Lo harus bayar denda.Dia yang nyuruh gue buat jemput lo." Jelas Jean,padahal tidak ada yang meminta dia untuk menjelaskan apapun.
Hening,tidak ada lagi yang bersuara setelahnya.Jean fokus pada jalanan Jakarta di pagi hari yang sudah dipenuhi polusi.Sementara Sandra hanya menatap keluar jendela.Melihat apa saja yang tertangkap oleh mata.
Hari ini langit Jakarta mendung dan mungkin nanti akan diguyur hujan.Sandra tidak suka,karena hujan selalu membuka kembali lukanya di masa lalu.Hujan selalu mengingatkannya pada peristiwa kelam dua tahun yang lalu.
Hujan selalu identik dengan kenangan dan kesedihan dan Sandra benci untuk bersedih.Tapi ketika hujan turun Sandra selalu ingin menangis.Seperti hari ini saat hujan akhirnya benar-benar membasahi jalanan,air matanya ikut serta turun membasahi pipinya.Tidaknadq alasan khusus kenapa air matanya keluar seperti ini.Sandra merasa baik-baik saja,sungguh.
Ya,dia baik-baik saja.Hanya saja ada rasa perih yang tertanam tanpa kejelasan dan menangis me jadi satu-satunya jalan agar rasa perih itu menghilang.
Di sampingnya,Jean tidak mengetahui bahwa Sandra sedang menangis.Tapi cukup aneh rasanya ketika berkendara bersama seseorang tapi tidak saling berbicara.Jadi,Jean berinisiatif untuk memutar radio,agar suasana tidak terlalu sepi.
Setelah suara penyair radio menghilang,terdengar alunan lagi yang Sandra tahu betul itu lagi apa.Lagu dari salah satu band favorit kakaknya,hampir semua lagi dari band itu selalu di senandungkan oleh kakaknya dulu.Kini,lagi dari band itu kembali ia dengar.
Sepertinya alam memang belum puas membuat suasana hati Sandra pilu.Sekarang rasanya hatinya sedikit demi sedikit meninggalkan luka yang berbekas.
Lagu itu sukses membuat Sandra menangis lebih lama tanpa di ketahui oleh laki-laki disampingnya.
____
"Sandra,are you oke?"
Terkadang Sandra ingin bertanya pada Candra,kenapa setiap kali mereka bertemu laki-laki itu selalu bertanya mengenai kabarnya,seolah pertanyaan itu adalah hal yang penting.
Dan dari sekian banyak pertanyaan kenapa Candra selalu menanyakan apakah dia baik-baik saja, memangnya wajah Sandra Sesendu itu ya?
"I'm fine,why?"
Sandra sedang duduk bersila di perpustakaan sembari membaca buku Janji yang belum selesai dia baca.
"Gak apa-apa.I thought that youre not oke"
Sandra hanya mengangguk,ia kemudian kembali membaca buku.Sandra sebenarnya tidak terlalu suka novel,tapi raganya meminta untuk melanjutkan niat sang kakak yang tidak bisa diteruskan.
"San,katanya Lo ikut jadi perwakilan kelas buat kegiatan kemanusiaan di Bandung?",tanya Candra.
Sandra mengangguk,sedetik kemudian menatap laki-laki yang kini sedang memperluas jarak diantara mereka.
"Kenapa?"
Candra menggeleng."Gak apa-apa,gue cuma mau bilang semangat,karena nyemangatin orang itu butuh tenaga.Jadi Lo harus lebih semangat dan kuat."
Ambigu sekali,pikir Sandra.Tapi,apapun maksud perkataan Candra,tapi ia tidak bisa mengelak bahwa yang laki-laki itu katakan ada benarnya.
"Gue masuk kelas duluan ya kak, permisi,"pamit Sandra pada Candra yang masih bergelut dengan tumpukan buku diatas meja.
Sepanjang koridor Sandra berjalan dengan pikiran yang penuh dengan hal-hal yang tidak perlu.Seperti; Harus makan apa dia nanti? Menimang apakah hari ini dia ke kantin atau tidak.Sebenarnya Sandra paling malas berada dalam keramaian.
Sesampainya di kelas,tidak ada satupun siswa di sana,wajar pasti sekarang mereka sedang berbondong-bondong menuju ke kantin.
Sandra duduk termenung sendiri di kelas,ia hanya di gema i oleh suara rintik hujan yang baru saja turun.Sandra kembali merasa kesepian,hujan bukanlah favoritnya.
Jika sebagian besar orang menganggap hujan sebagai pembawa ketenangan,justru Sandra menganggap sebaliknya.Suara-suara rintik hujan yang berjatuhan terkadang tidak selaras,membuat Sandra kesal sendiri.Tapi terkadang,hujan juga memberi banyak pertanyaan bagi Sandra.
Kenapa hujan rela jatuh berkali-kali? Bukankah tidak ada yang peduli dengannya? Kenapa hujan berusaha terlalu keras?
Pertanyaan acak itu kerap kali muncul di kepalanya.
Seandainya Sandra jadi hujan,apakah dia akan bersedia jatuh berkali-kali? Nyatanya jatuh sekali saja rasanya begitu sakit, dijatuhkan oleh realita membuat Sandra tidak bisa merasakan hidup bahagia yang nyata,dia merasa hidupnya selama dua tahun terakhir ini adalah palsu.
Lantas? Kapan ia akan bisa keluar dari labirin kepalsuan yang ia buat sendiri?
Entahlah,Sandra malas berpikir,dia lebih suka melamun seperti saat ini.Namun, lamunannya buyar ketika suara notifikasi terdengar dari kantong seragam sekolahnya.
08****| Laura?
Anda| Sandra bukan Laura, siapa?
08****| Iya,ini Laura Sandra kan?
Anda| Iya,siapa?
08****| Gue Jean,gue ketos kalau Lo lupa
Anda| Kenapa?
08****| Gue cuma mau kasih tau.Besok Lo ikutan ngumpul sama yang lain.Karena Lo dipilih sebagai perwakilan kelas buat ikutan volunteer bareng kita
Anda| Oke
Sandra menyimpan kembali ponselnya,ia sudah tahu tentang hal itu.Ia bingung,dari empat puluh siswa di kelasnya kenapa harus dia yang dipilih menjadi perwakilan untuk kegiatan itu? Padahal bisa dikatakan Sandra tidak aktif dalam organisasi apapun di sekolah.
Tapi,saat itu Marvin tiba-tiba meneleponnya dan mengatakan."San,gue udah rekomendasikan Lo untuk jadi perwakilan kelas buat kegiatan kemanusiaan di Bandung."
Setelah Marvin mengatakan itu,Sandra sempat protes.Yang benar saja laki-laki itu asal merekomendasikan dirinya! Tapi,pada akhirnya dia menyerah,toh tak ada salahnya ikut kegiatan seperti ini.Lumayan,itung-itung ia ia sedang mengumpulkan pahala
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments