tiga belas

Perjalanan menuju panti asuhan diramaikan dengan nyanyian random siswa selama di atas pick up. Cuaca Bandung hari ini mendung, tetapi tidak hujan. Seluruh siswa menikmati hamparan angin yang mengenai wajah mereka, menikmati alunan gitar yang dimainkan langit dan semuanya bernyanyi. Bahkan, Chandra yang awalnya dia pun ikut bergabung menyanyikan lagu yang sama.

Di Bandung, Sandra merasa lebih baik. Selain karena cuacanya yang sejuk sehingga membuat mood-nya membaik, ada Langit yang cukup membuatnya terhibur,juga ia berangkat dengan mobil yang terpisah dengan Gladis, jadi Sandra tidak perlu merasa risih berada di dekat Gladis terlalu lama.

"San,Lo seneng gak hari ini?" tanya Jean yang berada di sampingnya.

"Iya,kenapa?"ujar Sandra bertanya balik.

"Gak apa-apa, setidaknya gue bisa kasih tau Marvin kalau Lo baik-baik aja,Lo ngerasa seneng dan nggak murung lagi,"ucap Jean.

"Lo merhatiin gue?"tanya Sandra sambil memicingkan mata.

"Gak usah geer,bukan cuma Lo,gue merhatiin semua orang yang ada di sini juga kok,"kilah Jean.

Sandra berdecak,lalu memutar tubuhnya,memilih berhadapan dengan Langit yang sedari tadi asyik bermain dengan gitarnya.

Posisi Sandra saat ini berada di antara Jean dan langit,membuat beberapa siswa menatap iri Awalnya Sandra merasa risih dengan posisinya ini,tapi mereka mengatakan tidak mau diteror oleh Marvin. Maka dari itu, Sandra terpaksa tetap berada di posisinya yang sekarang.

Sampai di lokasi, semua siswa baru bergantian langsung membentuk barisan yang rapih, diharapkan oleh Langit dan satu anggota OSIS lainnya. Setelah semua siswa turun,pak Arif terlebih dahulu masuk ke dalam panti asuhan,meminta izin langsung kepada pemilik panti.

Para siswi disambut ramah oleh ibu panti.Semua siswa berjejer,mereka disambut sapaan hangat dari anak-anak panti. Di sana mereka bisa melihat ada yang masih bayi,ada yang berumur tiga,tahun tujuh tahun,bahkan ada juga yang seusia dengan mereka.

Panti asuhan yang mereka kunjungi ini merupakan tempat anak-anak berkebutuhan khusus dan juga yatim piatu.

"Ibu maaf saya mau bertanya,ibu pernah tidak mengeluh, seperti ingin berhenti mengurus panti dan menjalani hidup tanpa memikirkan mereka?",tanya Langit pada pengurus panti yang sedang menggendong anak usia tiga tahun.

"Mengeluh itu manusiawi, mas. Namanya juga manusia pasti ada saja keluhannya.Termasuk dengan saya,saya juga sering kali mengeluh,tapi namanya tanggung jawab, harus tetap di jalani. Dari dulu ibu sudah berniat untuk merawat mereka semua,jadi ibu juga tidak bisa melepaskan begitu saja tanggung jawab itu sampai mereka sudah mencapai impian mereka dan menjadi orang yang sukses. Ibu tidak akan meninggalkan mereka begitu saja,mas, "jelas ibu pengurus panti. Ekpresi wajahnya terlihat bahagia. Kentara sekali ketulusan di matanya saat bercerita tentang anak-anak panti.

"Anak ibu selalu berkata,nanti akan ada balasan besar dari Tuhan untuk orang-orang seperti kami. Baik buruknya hidup sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima saja, kalau mau bahagia Jangan lupa berdoa dan berusaha. Kalau terus mengeluh, ya nggak akan bahagia, mas,"ujar ibu panti lagi.

Memang benar, bakteri kita dapat di dunia sudah diatur oleh Tuhan.Mungkin boleh sesekali mengeluh.Tapi, jangan jadi manusia yang tidak tahu diri, yang hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Usaha dan doa juga perlu, Karena untuk bahagia, kita juga perlu berjuang untuk mendapatkannya.

Di panti asuhan ini, Sandra mendapatkan pelajaran. Bawa setiap manusia punya perkara hidup masing-masing. Kamu boleh merasa jadi yang paling menderita. Tapi, Jangan pernah lupa bahwa masih ada yang lebih tidak beruntung dari kamu.

Ketika kamu bisa makan apa saja yang kamu mau, masih ada beberapa orang yang harus menahan diri karena tidak punya rezeki lebih untuk makan apa yang mereka inginkan.

Jika kamu merasa hidup tidak adil, itu artinya kamu masih kurang membuka mata, atau bisa jadi kamu kurang bersyukur dengan apa yang kamu jalani.

Satu hal yang pasti, Tuhan tahu kemampuan setiap umatnya.Maka, jika kamu terpilih atas takdir buruk, kakak percayalah kamu bisa melewatinya, Karena Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya melebihi batas kemampuannya.

Tuhan tahu kemampuanmu.

Tuhan juga tau kekuatanmu.

___

Masih di Bandung namun ,sudah di lokasi yang berbeda. Setelah dari panti, semua siswa dibentuk beberapa kelompok untuk menuju lokasi-lokasi tertentu dan saatnya mendapat bagian ke sekolah dasar bersama dengan beberapa orang lainnya.

Walaupun ia sedikit risih kalian harus satu kelompok dengan Gladis, tapi Sandra berasal sedikit lebih aman karena ada Langit bersamanya.

"San,Lo kenapa dari tadi diem mulu si? Sakit?" tanya Langit. Pesannya dari awal sampai sekarang Sandra hanya diam saja.

Sandra menggelengkan kepalanya."Enggak kok,"jawab tanda dengan jujur, Kenapa memang dia merasa baik-baik saja.

Di depannya ada bu Lina yang sedang berbincang dengan salah satu pengajar di sekolah dasar itu. Sementara Jean dan Tiana menyebabkan beberapa siswa dan berbincang-bincang ringan dengan mereka.

"San, lucu-lucu ya mereka,"ujar gadis saat setelah menyesuaikan duduknya dengan Sandra.

"Biasa aja,"jawab Sandra dengan nada datar.

Gladis sadar bahwa keberadaannya tidak bisa Sandra terima dengan baik.Tetapi, Gladis masih tetap berusaha untuk dekat kembali dengan kawan lamanya itu walaupun harus ditolak berkali-kali.Bahkan,Gladis menerima walaupun ia dikatain pembunuh atau lebih parah dari itu.

"San, Lo ingat gak sih, dulu pertama kali Bramasta kenalin Lo sama gue,lo juga dicuekin ini." Ujar mencari topik untuk dibicarakan.Namun, Sandra hanya diam.

Sandra hanya sibuk memperhatikan siswa yang belajar dengan aman dan tenang.

"Dulu kamu halo akhirnya mau menyambut dengan gue,di saat semua orang berusaha keras mendorong gue buat jatuh,"ujar Gladis masih bercerita tentang masa lalu yang kembali ia ungkit.

"Gue bakal bikin lo ikut di bully juga.Harusnya lo nggak perlu nolongin gue waktu itu,"ucapnya.

"Iya, memang harusnya gue nggak nolongin lo waktu itu,"ucap Sandra sambil menatap balik Gladis.

"Harusnya gue tinggalin lo dan nyuruh Kak Bramasta buat jauhin lo!",ujar Sandra lagi semakin menatap plakat mata coklat wanita di depannya."kalau aja dulu Gue ninggalin lo, Kak Bramasta masih hidup sampai sekarang,"ujar Sandra sebelum ia memilih pergi begitu saja meninggalkan Gladis yang tak bergeming.

Gladis tahu bahwa melupakan tidak semudah mengatakan. Apalagi melupakan seseorang yang sedang menjadi bagian dari hidup kita, tentu itu sangat sulit.

Tapi, takdir nyatanya tidak berpihak.Gladis juga turut kehilangan. Bramasta adalah orang yang ia cintai sejak awal pertemuan mereka. Walaupun saat itu Gladis masih terlalu muda untuk mengutarakan sebuah rasa. Tapi, Iya cukup paham jika dirinya mencintai sosok Bramasta.

Kepergian Bramasta juga membuat Gladis terpukul, apalagi kepergian laki-laki itu juga membuat Sandra menjauh dan Gladis kembali merasa kesepian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!