Dua belas

Setibanya di Bandung semua siswa turun dan membentuk barisan dengan rapih. Di depan ada pak Arif dan Bu Lina.Di samping ada Jean,Langit,Tiana dan beberapa pengurus OSIS lainnya.

"Anak-anak, Saya ucapkan selamat datang di Bandung!!"sambut pak Arif dengan semangat.

Semua orang bersorak dan bertepuk tangan.

"Sekarang kita menunggu mobil pick up yang akan membawa kita ke panti asuhan.Jadi, untuk yang mau beli cemilan atau makanan lain boleh saja,tapi jangan terlalu jauh dan berpencar supaya kami tidak kesan mengatur kalian nanti.Mengerti?"

"Iya pak!"jawab para siswa serentak sebelum menghamburkan diri mencari makanan dan berfoto di berbagai spot.

"San,mau beli makanan?" tanya Langit mencoba menyelaraskan langkahnya dengan Sandra.

"Makanan apa?" tanya Sandra.

Langit terlihat berpikir sambi mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Kita beli makanan khas Bandung aja, tapi apa aja si jajanan khas Bandung? Gue baru pertama kali ke sini soalnya."

"Gue juga kurang tau,kak",jawab Sandra.

"Yaudah,kita ke sana aja, kayaknya makanan yang di jual enak,rame banget soalnya,"ucap Langit sambil menunjuk salah satu warung di seberang jalan yang terlihat cukup ramai pengunjung.

Keduanya memutuskan ke warung tersebut. Rupanya itu adalah tempat makan biasa yang menyediakan makanan berat seperti sate dan nasi campur. Warung yang ada berantakan tenda biru serta ada beberapa kursi plastik di sana. Tidak jauh berbeda dari warung pedagang kaki lima yang ada di kotanya.

"Suasana kota Bandung ternyata gini ya,sejuk,"WhatsApp langit saat keduanya duduk di kursi yang beru saja diberikan oleh sang pemilik warung.

"Kebetulan aja, kayaknya kak.Dulu waktu pertama kali gue ke Bandung cuacanya panas banget. Mungkin emang kebetulan lagi musim hujan kali,"sahut Sandra.

"Iya,neng. Sudah tiga hari di sini hujan terus. Ini saya aja baru sempat jualan sekarang,"ujar pemilik warung yang baru saja mengantar sate pesanan mereka.

Keduanya menikmati makanan masing-masing dalam hening,tidak ada yang berbicara. Mereka fokus pada sate kacang yang wanginya sangat sedap selaras dengan rasanya yang enak.

"Sandra,maaf nih,gue boleh tanya sesuatu?",tanya Langit saat satenya sudah ia habiskan.

Sandra mengangguk."Boleh."

"Sama Gladis sebenarnya kenapa? Ada hubungannya ya sama kasus bunuh diri dua tahun yang lalu?"

Seketika Sandra menghentukan aktivitas makanya lalu menatap mata langit yang cukup lama."Lo tau kejadian itu,kak?"

Langit meminum air putih miliknya dengan perlahan sebelum akhirnya dia kembali berbicara."Gue anggota OSIS, secara gak langsung gue tahu hal-hal yang terjadi dulu. Apalagi kalau itu ada sangkut pautnya sama OSIS."

"Yang lebih bicarain itu kakak gue dan itu bukan kasus bunuh diri tapi pembunuhan,"ujar Sandra mantap masih menatap lekat mata Langit.

"Kakak lo? Bramasta yang dulu katanya akan jadi ketua OSIS tapi belum sempat karena dia sudah meninggal?Itu kakak Lo,San? serius?!",ujar Langit dengan nada suara yang meninggi, membuat beberapa pengunjung lain menatap heran ke arahnya.

Sandra mengangguk mantap,sementara Langit terlihat syok sampai iamenutup mulut dengan tangannya sendiri.

"Lo tau sesuatu tentang kejadian itu, kak? Tolong kasih tahu gue!",ucap Sandra. Mata gadis itu terlihat memohon, berharap Langit bisa memberi sedikit petunjuk padanya.

"Yang gue tahu itu kasus bunuh diri. Seperti yang sudah beredar diberitakan, Bramasta dikatakan punya penyakit mental sehingga membuat dia bunuh diri,"ujar Langit memberi informasi sejauh yang ia tau.

"Gue emang gak percaya.Rasanya seperti ada yang mengganjal dalam kejadian itu.Setelah gue sama Jean cari tahu,kita mendapatkan fakta bahwa kasus itu ditutup tanpa ada penjelasan lebih dari pihak kepolisian dan katanya dari pihak keluarganya juga tidak ada yang protes.Memangnya kalian menerima keputusan polisi begitu saja?",tanya Langit.

Mendengar penjelasan itu, sabar menghabiskan nafas frustasi."Papah yang menerima itu. Papa ya setuju buat menutup kasusnya, gue? Bahkan sampai sekarang gue masih berusaha buat mencari tahu kebenaran tentang kematian kakak gue,"terang Sandra.

"Maaf,San.Gue gak bisa bantu banyak.Tapi,kalau aku cari informasi lebih,Lo mungkin bisa tanya sama Jean.Dia tau lebih banyak soal kasus itu daripada gue.Apalagi dia dulu pacaran sama Sherly,anak kepsek.Jadi..coba tanya aja sama dia langsung."

Satu fakta baru yang sastra tahu.Rupanya Sherly,mantan Jean merupakan anak dari kepala sekolah SMANSA.

"Gue pikirin dulu.Gue males berurusan sama cowok kaya dia.Lagipula gue gak akrab juga sama dia."

Langit terkekeh."Yaudah kita balik ke tempat tadi, kayaknya mobil sebentar lagi datang deh."

Setelah membayar makanan masing-masing, keduanya kembali berkumpul bergabung bersama rombongan siswa lainnya,karena sebentar lagi kegiatan akan segera dilaksanakan.

___

Di saat semua siswa berkumpul melingkar di bawah pohon besar, Jean memisahkan diri. Memilih duduk di trotoar taman.

Sejujurnya Jean merasa sangat lelah, semalam ya tidak punya banyak waktu untuk tidur karena harus menemani adiknya tidur dengan tenang, ditambah ada perdebatan kecil antara ia dan ayahnya.Jean juga diharuskan bangun lebih pagi dan berangkat ke sekolah lebih cepat dari biasanya untuk melihat perlengkapan dan hal lain yang diperlukan selama perjalanan dan kegiatan ke Bandung.

"Sendirian aja?Awas kesambet,"ujar Tiana yang baru saja kembali entah darimana.

"Capek gue,Tiana,"ujar Jean.

"Iya,gue tau Lo capek,sama kok gue juga."

Tiana memberikan sebotol minuman berupa kopi instan dingin pada laki-laki itu."Nih,biar Lo fokus nantinya,"ujarnya.

Minuman itu diterima oleh Jean,lalu laki-laki itu mengucapkan terima kasih.

"Jean, hubungan lo sama Sherly itu gimana sih?",tanya Tiana.

"Kita gak ada hubungan apa-apa,gue udah lama putus,"jawab Jean.

"Tapi Sherly masih sering telepon dan minta tolong sama Lo,kan? Gue juga masih sering denger dia manggil Lo dengan sebutan sayang."

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia,Lo kayak gak tau aja gimana Sherly."

Tiana mengangguk,ia juga tau betul dengan sikap Sherly yang angkuh dan selalu terobsesi dengan suatu Sherly adalah perempuan yang selalu ingin mendapatkan segala hal yang inginkan dengan cara apapun.

Tiana cukup paham karena sejak awal masuk sekolah ini, ia dan Sherly selalu berada di kelas yang sama. Terkadang mereka juga pergi hadir bersama, walaupun sebenarnya dia malas meladeni anak itu. Meski begitu, jika Sherly meminta tolong kepadanya ia akan tetap membantu perempuan itu. Bukan apa-apa, Saya hanya malas memiliki masa lalu dengan perempuan seperti Sherly, apalagi mengingat dia adalah anak dari kepala sekolah. Bisa saja kan Sherly melakukan hal yang di luar dugaannya.

"Lihat deh,Jean.Sandra sama Langit cocok,yah. Kapan ya gue bisa kayak gitu sama Candra?",ujar Tiana sambil menunjuk ke arah Sandra dan Langit yang berjalan beriringan.

"Daripada Candra,kenapa Lo gak nerima Sandi aja si? Dia udah secara terang-terangan menyatakan perasaannya sama lo. Secinta itu lo sama Candra?"

Sandra mengangguk mantap.

"Memang mencintai seseorang yang berbeda keyakinan itu sulit ya,masalah kita cuma di sana aja,"ujar Tiana.

"Udah jangan memaksakan kepercayaan buat alasan cinta.Daripada pusing mikirin yang beda iman,mending Lo terima yang jelas seiman."

"Ya sebenarnya gue nggak pernah menaruh harapan besar pada Candra. Dari awal catra juga kelihatan gak Wellcome sama gue. Mending gue nunggu jodoh dari Tuhan aja deh."Ucap Tiana, hari ini ia terlihat lebih percaya diri dengan apa yang ia ucapkan.

"Udah yuk ah kita gabung sama yang lain, mobilnya udah datang,"ucap Tiana sambil menarik tangan Jean.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!