"Loh Sandra? Mamah kira kamu ada di kamar dari tadi,"ujar mamahnya sambil menatap Sandra yang terlihat kelelahan."Sini,makan dulu."
Sandra berjalan gontai ke arah meja makan.
"Lihat deh mamah masak apa?Mama masak sayur kesukaan kamu loh,"ujar mamahnya begitu bahagia,nampak dari senyumannya yang merekah kepada Sandra.
Sandra lalu duduk."Ma,ayo ke kantor polisi,"ucapnya sembari menunduk tak berani menatap sang ibu.
"Kantor polisi?",tanya mamahnya bingung.
"Iya,ayo ke kantor polisi dan minta mereka buka kembali kasus kematian kakak."
Mamahnya menghela napas lalu ikut duduk di depan Sandra."Sandra, apalagi yang mau diselidiki? Sudah jelas kan kalau kakak kamu itu bunuh diri,San."
Sandra menggeleng kuat."Gak mah.Gak mungkin,Kak Bram gak punya alasan untuk bunuh diri,Sandra yakin kalau dia di bunuh.Aku juga udah bilang kan sama mamah,Sandra sama Marvin lihat Gladis lari ninggalin kak Bram.Waktu itu kak Bram kesakitan.Gak mungkin dia bunuh diri tapi malah minta tolong,kan?"
"Sandra cukup! Mamah gak mau terus bahas masa lalu!",ujar mamahnya dengan suara tinggi membuat Sandra tersentak.
"Apa salahnya mah?Sandra cuma mau tau kejadian yang sebenarnya.Sandra capek beranggapan kalau Gladis itu pembunuh."
"Kenapa kamu masih mikirin itu?Kamu itu terjebak sama prasangka kamu sendiri Sandra! Jadi sudah cukup,jangan bahas soal kematian kakak kamu lagi!"
"Ma,,Sandra mohon...",ujar Sandra memohon pada sang mamah agar mau membuka kembali kasus sang kakak.
Dua tahun yang lalu, saat kematian Bramasta, kepolisian mengatakan bahwa Bramasta melakukan bunuh diri menggunakan pistol dan pisau.
Mereka menjelaskan bahwa Bram menembak dan menusuk dirinya sendiri. Tentu saja Sandra tidak menerima keterangan dari polisi. Bagaimana mungkin kakaknya melakukan itu? Bramasta adalah anak yang baik, laki-laki itu sudah cukup dewasa untuk mengetahui hal apa yang pantas untuk dia lakukan dan hal apa yang tidak boleh ia lakukan.
Lagi pula, tidak ada hal atau alasan apapun yang bisa membuat Sandra percaya bahwa kakaknya melakukan bunuh diri. Apalagi semasa hidup, kakaknya menjalani hidup dengan baik. Laki-laki itu memiliki banyak teman, kakaknya tak pernah mencari masalah dengan siapapun.Bahkan Sandra juga bisa menjamin jika kakaknya tidak memiliki musuh.
Dalan rumah,keadaan keluarganya juga baik-baik saja.Orang tua mereka rukun dan keluarga mereka harmonis.Papah dan mamah juga tidak pernah mengekang kakaknya,jadi sejauh ini Sandra tidak menemukan hal yang pasti untuk menjadi alasan kenapa kakaknya melakukan bunuh diri.
Dengan fakta serta keyakinannya, cara berpikir bahwa kakaknya itu dibunuh. Bukan bunuh diri seperti yang dikatakan para polisi.
"Terserah kalau mamah gak mau buka kasus itu lagi,tapi aku akan cari tahu sendiri.Aku yakin ada dalang di balik kenapa kasus kak Bramasta ditutup semudah itu sama aparat penegak hukum,"ucapnya.
"Sandra! Beraninya ya kamu gak dengerin ucapan mamah!"
Sandra menatap mamahnya."Mamah hanya minta orang-orang mendengar ucapan mamah,tapi mamah sendiri gak pernah mau mendengar ucapan orang lain.Mamah sayang gak si sama kak Bram? Kenapa mamah dengan mudahnya ikhlas dan menerima keterangan polisi yang ganjil begitu saja?!"
"Semua yang ada di rumah ini sudah ikhlas Sandra,cuma kamu yang masih belum ikhlas atas kepergian kakak kamu,"ujar mamahnya kembali bicara dengan nada lembut.
"Ikhlas?" Sandra menatap mamahnya."Papah gak pernah ikhlas,Sandra tahu itu."
"Jangan sok tau kamu Sandra!"
"Tapi faktanya seperti mah,kalau papah ikhlas gak mungkin papah masih masin game dengan karakter kak Bram sampai jam tiga pagi",ucap Sandra dengan nada menggebu-gebu.Ia berusaha mengontrol emosinya agar tetap tenang.
"Mamah bilang ikhlas? Tapi kenapa mamah masih menghabiskan waktu sendirian di kursi taman belakang?"Kanaya menghela napasnya."Mamah bilang cuma aku yang belum ikhlas? Mamah salah,papah masih terpukul atas kejadian itu begitu juga dengan mamah.Papah dan mamah adalah hanya dua orang yang merasa kuat dan ikhlas,padahal nyatanya jauh lebih parah dari Sandra!"
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Sandra membuat gadis itu terkejut bukan mainan. Untuk pertama kalinya dalam hidup Sandra, Ia merasakan perih ditambah oleh mamanya.
Atau pertama kalinya Sandra merasa ingin menjauh dari mamanya. Dan untuk pertama kalinya Sandra merasa sakit sedalam ini.
Mamahnya terkejut."Ma-maaf nak..mamah g-gak bermaksud-"
Belum selesai mamahnya berucap,Sandra segera pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Rasanya begitu sakit, emangnya apa yang salah dari ucapan Sandra? Dia hanya ingin keadilan untuk kakaknya.
Mamanya tidak mengerti bahwa Sandra hanya ingin tahu kebenaran tentang kematian sang kakak. Anda juga galau harus terus seperti ini.
Sandra lelah kecewa pada dirinya sendiri, dia juga lelah terus membenci dirinya sendiri.Sandra ingin semua rasa bimbang yang berkecamuk di dasar hatinya hilang dan ia ingin merasa bebas seperti dulu.
Lantas apa yang salah?Kenapa Sandra di tampar? Apa yang salah dari seorang adik yang berusaha untuk mendapatkan keadilan untuk sang kakak?
Sandra yakin,jika Bram berada di posisinya saat ini,maka Bram akan melakukan hal yang sama.
Mamahnya kini tak hentinya mengetuk pintu kamar Sandra, bersamaan dengan itu papahnya baru saja pulang dari perjalanan jauh,papahnya mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah.
Papah Sandra merasa bersalah atas pertengkaran kedua wanita yang ia sayangi itu.Papahnya memilih untuk kembali pergi, kemanapun untuk menenangkan diri.
____
Di sebuah apotek besar,Jean tak hentinya memilin ujung seragamnya menunggu giliran obat untuk Dania.
"Kamu kan sudah besar,rawat dulu adik kamu ya.Ibu gak bisa izin mendadak begitu saja dari kantor nanti atasan ibu marah."
"Ayah gak bisa,ada rapat penting sebentar lagi."
Jean tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya.Mereka masih saja mementingkan pekerja disaat Jean memberi kabar jika sang adik tengah demam tinggi dan harus di bujuk untuk ke rumah sakit.Bukan apa-apa,tapi Dania tidak suka suasana rumah sakit dan yang mampu membujuk adiknya itu hanya ayah dan ibunya.Jean tau Dania tidak akan berani membantah kedua orangtuanya.
Tiba gilirannya,Jean memesan segala obat untuk pemulihan sang adik."Mbak,saya mau obat demamnya, alat penurun panas,juga obat muntah dan batuk untuk usia tiga belas tahun."
"Sebentar ya,saya cari dulu obatnya."
Tak lama obat yang ia pesan datang."Terima kasih mbak",ujar Jean setelah membayar obat itu,ia segera melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah.
Di tengah jalan menggerutu sendiri pasalnya jalanan yang ia lalui semakin padat dan tentunya ia merasa khawatir dengan keadaan Dania yang ia tinggal sendiri di rumah.
Kemarin asisten rumah tangga keluarganya mengambil cuti selama beberapa hari untuk pulang kampung,jadi sudah dipastikan tak ada siapa pun di rumah sekarang selain adiknya.
Melihat jalan cukup longgar,Jean meninggikan laju mobilnya menerobos padatnya kendaraan lain di jalan.
Sesampainya di rumah,Jean tidak langsung masuk ke rumah, pasalnya ia melihat laki-laki paruh baya yang tengah mondar-mandir di sekitar rumahnya.Melihat itu Jean mencoba mendekat.
"Pak,lagi cari siapa?"tanyanya pada pria paruh baya itu.
"Saya lagi nunggu taksi nak,tadi bapa jalan aja gak taunya udah sampai sini,"kata bapak itu sambil tertawa.
"Loh?bapak nyasar ya?"
Bapak itu menggeleng."Ya sudah,bapak masuk mampir dulu ke rumah saja dulu aja.Udah mau gelap pak,nanti setelah magrib bapak bisa pergi,"tawar Jean yang malah di balas gelengan oleh laki-laki tua itu.
"Tidak usah,saya lihat kamu seperti buru-buru,lagipula saya gak mau mengganggu."
Seketika Jean lupa adiknya sedang membutuhkannya."Ah iya pak,adik saya lagi sakit.Saya habis dari apotek tadi."
Bapak itu lagi-lagi tersenyum."Jaga adikmu ya,jangan sampai kamu jauh dari dia.Kalian terus sama-sama terus. Karena saya tahu bagaimana seorang adik perempuan kehilangan kakak laki-lakinya,"ujar laki-laki tua itu.
Jean tersenyum lalu mengangguk.
"Anak saya juga laki-laki dan perempuan, dan saat anak laki-laki saya pergi, adiknya sangat kehilangan seolah separuh nyawanya ikut terbawa oleh kakaknya. Jadi kamu jangan seperti itu."
Memang benar pria tua di hadapan Jean bukan siapa-siapa, Iya bapak tidak tahu apa-apa tentang laki-laki tua itu . Tapi dari cara tersenyum dan bercerita tentang kedua anaknya.Jean merasa iri kepada anak dari laki-laki itu, karena selama ini Ayahnya mungkin tidak pernah tersenyum ketika menceritakan dirinya dan sang adik.
Tak lama, sebuah taksi mendekat."Saya permisi, Terima kasih sudah menawarkan saya untuk bertemu ya nak. Alangkah sembuh untuk adikmu",ujar bapak itu sebelum naik ke taksi dan menjauh dari tempatnya berdiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments