"Sandra!! Sandra tunggu!"
Dari kejauhan Gladis terus memanggil Sandra berharap gadis itu akan berhenti dan berbalik.
"Laura Sandra tunggu!",panggil Gladis dengan suara nyaring,suara gadis itu penggema di seluruh aula membuat beberapa siswa yang masih ada di sana berbalik arahnya.
Sementara Sandra sama sekali tidak ingin berhenti. Ia terus berjalan dengan pasti tidak peduli bagaimana tatapan orang-orang terhadap dirinya.
"Sandra,mau sampai kapan Lo giniin gue terus?! Gue capek,San!",teriak Gladis,kali ini suara gadis itu terdengar bergetar.Mungkin sebentar lagi gadis itu akan menangis.
Tiba-tiba Sandra menghentikan langkahnya,ia berbalik menatap Gladis dalam jarak yang cukup jauh."Gue jauh lebih capek! Lo capek apa?! Sembunyikan dari kesalahan dan rasa bersalah Lo?Lo capek karena itu kan?!"
Emosi Sandra semakin membuncah, suaranya bergetar hebat namun ia tetap berdiri tegak.
"Apa lo gak pernah mikir seberapa capeknya gue?!"ucapnya sambil melangkah perlahan mengukir jarak antara keduanya.
Kini,Sandra tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang terhadapnya.Hari ini,Sandra ingin Gladis sadar dan paham bagaimana Sandra berjuang meninggalkan luka yang belum sembuh sepenuhnya.
"Lo tau gak seberapa penatnya gue mengubur duka dua tahun silam?Lo ngeti gak si gimana sakitnya gue menutup paksa luka yang ternyata masih menganga?!"
Kini jarak antara keduanya semakin menipis.
"Lo capek apa,Gladis?",tanya Sandra dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
Sandra tersenyum ke arah Gladis,senyum yang tidak berarti apa-apa.
"Lo capek kan? Capek lari dari bayang-bayang kak Bram yang Lo tinggal sendirian dalam keadaan kesakitan dua tahun yang lalu...."Ia menatap tajam Gladis."...di sini!!",ujar Sandra lagi sembari menunjuk pada lantai yang ia pijak.
"Dia tahun yang lalu,di aula ini...gue nemuin Kak Bram lemas tak berdaya.Gue juga lihat Lo yang lari ninggalin kak Bram dan gak balik lagi!! Lo jahat Gladis!!",ujar Sandra dengan air mata yang sudah mengalir tanpa bisa ia cegah.
Sakit sekali rasanya harus mengingat kembali kejadian dua tahun lalu zang sudah berusaha Sandra lupakan itu.
Kenapa Gladis tidak pernah paham dengan posisinya?
Kenapa gadis itu selalu mengingatkannya kembali kepada kejadian itu,di saat ia sudah susah payah untuk mengubur kenangan itu dalam-dalam?
"San,bukan gue penyebab Bram meninggal,percaya sama gue.Sampai kapan Lo akan berpikir kalau gue ini adalah pembunuh,San?!"ucap Gladis,membuat beberapa siswa tercengang termasuk dengan Jean yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Gue akan terus menganggap lo sebagai pembunuh,sampai gue mendapatkan bukti yang jelas siapa dalang dibalik kematian Kak Bram.Sebelum semuanya terungkap,jangan harap kita akan baik-baik aja,"ucap Sandra.
Dengan sisa-sisa air matanya,Sandra melangkah pasti meninggalkan Gladis di sana dengan perasaan nelangsa.
____
Pukul sembilan lebih dua puluh menit. Masih ada sedikit waktu untuk Sandra menangis lebih lama. Di sini, di sebuah kursi kayu taman sekolah, Sandra menangis sejadi-jadinya. Dalam dekapan Marvin, gadis itu terserah-sedu dengan susah payah mengatur nafasnya.
"Nangis aja sampai Lo ngerasa puas.Ingat ada gue yang akan selalu sediakan bahu buat Lo,jangan lupa kalau gue juga masih kakak Lo,"ucap Marvin,mencoba menenangkan Sandra sebisanya.
Setiap kali Sandra menangis, Marvin tidak akan pernah memintanya untuk berhenti. Laki-laki itu akan membiarkannya menangis selama apapun yang ia mau, sampai nanti yang isinya berhenti sendiri.
Bagi Marvin, dengan menangis semuanya yang tertahan akan bisa lepas setelahnya. Maka dari itu, Ia berharap setelah Candra menangis seperti ini, tidak ada lagi hal yang tertahan dalam hatinya. Tidak akan ada lagi kesedihan yang tersisa untuk menangis di hari berikutnya.
"Sandra,lo udah tahu mau ngelakuin apa buat nemuin pembunuh Bram?"
Masih dalam rangkulan Marvin,Sandra menggeleng."Gue belum nemuin apapun, lagi pula gue kan belum lama sekolah di sini. Sejauh ini,yang gue lihat belum ada hal yang mencurigakan,"ucap Sandra dengan suara parau,namun kalimatnya masih bisa didengar dengan jelas.
"Apa yang akan lo lakuin, saat lo mendapatkan kebenaran bahwa Gladis enggak ada hubungannya dengan kematian Bram?"
"Gue belum tau,kak",jawab Sandra.
"San, apapun keputusan dan apapun tindakan yang akan Lo ambil nantinya,gue gak akan larang. Tapi tolong, jangan tidak diri lo dan jangan memaksa jika memang Lo nggak bisa menemukan apapun,"ucap Marvin sambil menatap lekat mata Sandra yang sembab karena habis menangis.
"Iya,kak", jawabannya seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kak,gue harus balik ke aula sekarang, sebentar lagi gue berangkat.Doain gue ya semoga selamat sampai tujuan,"ujarnya.
Marvin mental Sandra khawatir."Lo yakin akan tetap ikut kegiatan ini?"
Sandra mengangguk dengan semangat.
Walaupun matanya sayu, Sandra tetap tersenyum di hadapan Marvin. Berharap kakak sepupunya itu tidak khawatir akan keadaannya.
Sebenarnya Sandra dilema antara ikut atau tidak dalam kegiatan ini. Pada akhirnya Sandra ,memilih untuk tetap ikut karena merasa memiliki tanggung jawab sebagai perwakilan kelas.
Dengan menyampaikan Eko dan rasa kesalnya terhadap Gladis. Candra berharap suasana Bandung dapat mengubah hatinya menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
Dalam hati Sandra berdoa, Semoga di sana ia akan merasa bahagia. Semoga ekspektasinya sesuai dengan realita yang akan dihadapi nanti di sana.
_____
Ketika dalam perjalanan menuju ke Bandung,Sandra memilih duduk di bangku paling belakang bersama dengan tumpukan barang-barang teman-temannya.
Selama di dalam bus,Sandra sadar bahwa beberapa siswa sering kali menatap ke arahnya. Mungkin ada yang penasaran tentang kejadian di aula tadi, atau mungkin ada yang ingin bertanya mengenai hubungan nya dengan Gladis di masa lalu. Mungkin ada beberapa juga yang berpikiran buruk tentangnya, terlihat dari beberapa tatapan tidak enak dari siswi yang duduk tak jauh dari bangkunya. Sandra yakin, perempuan itu berpikir hal yang buruk mengenainya.
"Sandra, lo gak gerah duduk di belakang? Ini masih ada bangku kosong di samping Tiana,"ujar langit menawarkan bangku yang ia rasa lebih pantas untuk diduduki, pengingat tempat tujuan mereka masih cukup jauh dan cuaca kota juga sangat panas hari ini.
"Engga kak,gue cukup nyaman duduk di sini,"tolak Sandra.
Tiana yang dari tadi tidur dengan nyaman,berdiri dengan langkah gontai menuju ke arah Sandra.
"Sini,duduk di samping gue.Jangan nolak!"ujarnya sambil menarik tangan Sandra.
Sandra tidak melakukan penolakan atas perlakuan Tiana.Ia malas berdebat lagi,sudah cukup tadi tenaganya habis karena berdebat dengan Gladis.
"Jangan pikir yang aneh-aneh. Gue sengaja nyuruh lo duduk di sini biar gak dilihatin terus sama mereka. Gue risih, nanti mereka pikir gue nggak ngizinin lo di sini."jelas Tiana terdengar kesal.
"Iya,makasih",balas Sandra.
Perjalanan menuju Bandung sangat membosankan pasalnya siswa-siswi hanya sibuk pada telepon genggam mereka masing-masing.
Di depan sana 4 siswa asik bermain game online. Di samping mereka posisi berkacamata asik berfoto. Sementara Sandra hanya menatap keluar jendela, lirik apa saja yang bisa ditangkap oleh mata. Karena jika Sandra nekat memainkan ponselnya, yang ada 5 menit setelahnya ia akan muntah karena pusing. Jadi dia hanya memilih untuk menatap keluar saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments