Dua tahun sebelumnya....
Sore hari di kota yang selalu sama. Kemacetan dan polusi,suara klakson,juga teriakan para pengendara yang saling bersahutan karena sudah tidak sabar untuk sampai di tempat tujuan masing-masing.
Di saat itu, Bramasta mengajak Sandra keluar untuk mencari makan. Dan di sinilah mereka sekarang. Berada di tengah-tengah kemacetan.
"Kak,kita mau ke mana si?" tanya Sandra dengan sedikit berteriak. Ia bahkan harus menaikkan volume suaranya agar terdengar jelas oleh kakaknya.
Dari pantulan kaca spion, keduanya beradu tatap. Bramasta hanya menggerakkan mulut tanpa bicara ia mengatakan "Sabar" lalu tersenyum.
Sandra menarik nafas jengah,ini sudah sangat sore dan keduanya masih terjebak di tengah-tengah kemacetan.
Memang,Bram dan kebiasaan yang tidak bisa diubah. Sedari dulu, kakaknya itu selalu mengajak Sandra keluar setiap sore, selepas magrib barulah mereka pulang ke rumah. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan kakaknya yang tidak ia sukai.
Saat jalanan mulai melonggar, Bramasta segera melajukan motornya, mengedar bersama pengguna jalan lainnya.
Dari kaca spion, Iya bisa melihat kakaknya itu tersenyum bahagia. Ia dan kakaknya sama-sama penyuka senja.Jadi itulah alasan kenapa sedari tadi Bramasta tidak berhenti tersenyum.
Dari bawah sini, Sandra bisa melihat berwarna jingga yang indah diatas sana. Warnanya yang khas memiliki daya tarik sendiri.
"Laura, kenapa ya langit sorry selalu seindah ini?"tanya Bramasta.
"Gak tau,kak,"sahut Sandra.
Laki-laki kakaknya itu tersenyum lalu berucap."Kita mampir ke warung mbah Agus yuk,nanti setelah itu kita pulang."
Dari kaca spion, Bramasta bisa melihat adiknya itu mengangguk dengan semangat.
Warung Mbah Agus memang tempat yang paling disukai oleh Sandra dan sesampainya di sana mereka disambut dengan senyuman lebar Mbah Agus.
"Mau pesan yang kayak biasa,nak?"tanya Mbah Agus pada mereka berdua.
Baik Sandra maupun Bramasta mengangguk.
Warung yang mereka singgahi sekarang, merupakan warung sederhana. Beratapkan tenda biru besar, serta beberapa meja dan kursi yang terbuat dari plastik menjadi pelengkap warung Mbah Agus.Di sana,terdapat berbagai macam makanan berat yang sederhana namun begitu enak.
"Silahkan,nak.Selamat menikmati."ucap Mbah Agus sebelum kembali bergelut membuat pesanan pelanggan lainnya.
"Setelah ini, kamu mau langsung pulang atau mau mampir ke tempat lain dulu?", tanya Bramasta di tengah-tengah kegiatan makan mereka.
Sandra yang dari tadi menikmati makanannya, kini mendongak menatap kakaknya."langsung pulang aja, kak. Laura capek, soalnya besok mau ada ujian lagi,"ujarnya diakhir dengan helaan napas.
Melihat adiknya yang seketika murung, Bramasta tersenyum lalu berkata,"semangat dong! Nanti kita belajar bareng,oke?"
Chandra membalas perkataan kakaknya dengan angkutan semangat.
____
Malam sudah tiba, kini Sandra dan keluarganya sedang berada di ruang keluarga. Setiap malam akan selalu ramai dengan cerita masa remaja mamanya. Dan satu-satunya manusia yang bersemangat mendengarkan cerita itu hanyalah Bramasta.
Sayangnya sinetron yang bersambung, cerita mamanya itu akan terus berlanjut. Seperti malam ini, mamanya menceritakan bagaimana dua pria tampan di sekolahnya semasa itu menyatakan cinta di hari yang sama.
Bramasta sudah stand by memegang toples keripik yang ia beli tadi sore setelah dari warung Mbah Agus.
"Iya mamah gak nyangka dua cowok tampan dia sekolah mamah itu,ternyata suka sama mamah,"ujar mamanya dengan antusias.
Sandra dan papanya yang mendengar itu hanya saling memandang. Kedua orang itu jika sudah bercerita tentang masa lalu tidak akan berhenti.
"Terus mah? Mamah pilih siapa dari dua cowok itu?" tanya Bramasta dengan antusias yang sama. Terlihat dari bagaimana ia menarik kursi untuk lebih dekat dengan sang mama.
"Mama juga bingung waktu itu, Babakan gak suka sama dua cowok itu!"
"Terus mamah bilang apa ke mereka?" tanya Bramasta penasaran.
"Mamah nolak mereka dengan baik-baik.Setelah mamah nolak mereka,gak ada yang merasa marah,bahkan setelah itu kita bersikap seperti biasa."
Cerita Mama berhenti di sana, karena jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Dua anak itu sudah harus tidur mengingat besok harus bersekolah.
"Mah, ceritanya lanjut lagi besok ya,"ujar Bramasta.
Mamahnya mengangguk sambil mengangkat jempolnya.
____
Seharusnya Jean tidak berkunjung ke rumah ini lagi. Rumah yang terakhir kali ia kunjungi setahun yang lalu. Rumah besar bernuansa putih ini masih terlihat sama, seperti terakhir kali ia melihatnya
Bahkan sama seperti pertama kali Ia datang ke sini, Jean disambut suara bentangkan seseorang yang ia kenal sangat berwibawa. Orang yang tadi memintanya untuk datang,hanya agar anak perempuannya tidak mengurung diri atau bahkan melukai dirinya sendiri.
"Loh,nak Jean sudah sampai?sini masuk,nak,"Jean di sambut suara lembut Tante Rina dan senyuman hangatnya.
Saat melangkah masuk,Jean menelisik setiap penjuru ruangan, rupanya tidak banyak yang berubah.Dan seperti terakhir kali ia berada di sini,ia menemukan Raihan terduduk lemas dilantai,dengan wajah babak belur,hidung berdarah serta pipinya memerah.
"Pah,ini Jean sudah datang,"ucap Tente Rina.
Laki-laki berjas hitam itu berbalik,lalu tersenyum.Dia adalah orang membuat Jean kembali menginjakkan kaki di rumah ini.
Dia adalah Kusuma,kepala sekolah SMANSA. Orang itu berhasil membawa Jean kembali ke pelukan Sherly, anaknya.
"Kangen kamu,Sa,"ucap Sherly melingkarkan tangannya di pinggang Jean.
"Sherly, lepas dulu.Lo belum makan apapun, jadi Lo makan dulu,"ujar Jean sembari berusaha melonggarkan pelukan gadis itu dari pinggangnya.
Tadi,setelah mandi,Pak Kusuma menelepon Jean dan mengatakan Sherly mogok makan.Sherly punya riwayat penyakit maag dan jika gadis itu terlambat makan,ia bisa langsung dilarikan ke rumah sakit.
Sebenarnya Jean tidak peduli,bahkan jika gadis itu sekarat pun Jean masa bodo.
Tapi sekali lagi, Sherly adalah anak dari kepala sekolah SMANSA. Bagaimana bisa Jean menolak ketika yang memintanya adalah kepala sekolahnya sendiri? Dengan perasaan tidak senang,ia duduk sambil menampilkan senyum yang sangat dipaksakan, menunggu Sherly selesai menyantap makan malamnya.
"Jean jangan langsung pulang ya, ngobrol-ngobrol dulu di sini, tante akan buatkan cemilan."
Jean hanya bisa mengganggu pasrah. Iya tidak tahu bagaimana caranya menolak permintaan Ibu Sherly,apalagi ketika melihat cara menatap wanita itu. Mata wanita itu salah menunjukkan bahwa Jean harus lebih lama di sini. Dari sekian banyak alasan, kehadiran Jean setidaknya bisa membuat Raihan berarti dipukuli. Kemungkinan besarnya adalah ketika Jean beranjak,maka Raihan akan dilarikan ke rumah sakit karena pingsan akibat dipukuli oleh ayahnya sendiri.
Setelah makan,Jean benar-benar tinggal.Meski sebenarnya dalam hati ia sudah tak tahan ingin segera beranjak Dari sana.Tapi kenyataannya Jean masih berada di sini.Duduk bersama Sherly di depan teras rumah,Hanya memandang langit yang kosong,tidak ada satupun bintang,bahkan bulan pun enggan menunjukkan cahayanya,ia memilih bersembunyi di balik awan.
"Kak Raihan di D.O dari kampus,dia ketahuan bawa alkohol ke kampus, nilainya juga anjlok semua,"ucap Sherly akhirnya membuka suara.
Jean hanya mengangguk,ia sudah terbiasa mendengar cerita bagaimana amburadulnya seorang Raihan.
"Jean,kamu cuma pura-pura kan sama Sandra?" Ayah Sherly sambil menatap lekat mata Jean.
Jean tertawa ringan mendengar ucapan gadis itu."Buat apa gue pura-pura? Bukannya waktu di sekolah udah jelas,ya? Kenapa Lo masih gak percaya?"
Sherly tersenyum kecil, matanya terlihat teduh tapi di sana,Jean dapat merasakan kebencian yang mendalam.
"Kenapa kita gak balik kaya dulu lagi si,Jean.Aku masih sayang sama kamu,"ujarnya.
Jean menghela napasnya lalu ia bersandar pada kursi sambil menatap langit malam.Dalam pikirannya,Jean sudah mati-matian ingin membentak Sherly,menyadarkan gadis itu atas situasi yang dia buat sendiri.
"Sherly, jangan buat gue makin nggak suka sama lo. Berhenti bersikap kayak anak kecil dan berhenti narik kue ke dalam kehidupan lo.Ingat! Lo yang memilih buat mutusin gue waktu itu,terus kenapa sekarang Lo minta balik?"
Jean berdiri, diambilnya jaket yang ia simpan diatas meja,lalu ia segera mengenakannya.
"Gue pulang, sampaikan salam gue buat orang tua Lo,maaf karena gue gak bisa pamit secara langsung.Salam buat bang Raihan juga,"ucap Jean,ia lalu beranjak dari sana.
Sherly hanya bisa mengalah nafas, sekarang ia sangat emosi,namun apa yang ia rasakan hanya bisa ia tahan.Rasanya ia ingin berteriak meminta agar Jean tetap tinggal lebih lama dan mendengarkan penjelasannya. Tapi saya hanya bisa diam saat ini, dengan emosi yang masih tersisa yang kembali masuk ke dalam rumah.
Sherly adalah Sherly, ketika menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkannya.
Malam ini, Sherly bersumpah pada diri sendiri, ayah akan merebut kembali miliknya.
Jeandra Mahardika,itu miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments