Sandra baru bisa istirahat dan makan di jam kosong seperti ini.Rasanya lebih tenang karena tidak banyak siswa si sana.Tidak ada Farhan yang selalu mengoceh ini itu dan tidak ada Galih yang berisik dengan game online di ponselnya.
Ketenangan itu tiba-tiba buyar ketika kedatangan seseorang yang Sandra sendiri tahu betul siapa dia.
Dia adalah teman lama,teman yang memberi banyak luka pada Sandra.
Gladis namanya.
"Gue boleh duduk di sini?",ujarnya yang masih berdirinya dengan menenteng beberapa makanan ringan dan juga sebotol air minum.
Sandra hanya mengangguk.Sekarang ini,ia malas untuk menghindar.Ia cukup tidak perduli dan menganggap tidak ada orang yang duduk di depannya.
"San,Lo masih marah sama gue?"
Apa-apaan dengan pertanyaan itu? Sudah terlihat jelas bukan? Sandra diam karena tidak suka,ia masih marah dan tidak ingin melihat kehadiran gadis itu.
"San,gue mau kita bicara baik-baik,bukan musuhan kayak gini,"ujar gadis itu.
Sandra menatap malas ke arah Gladis.Lihat! Lihat bagaimana wajah itu begitu menyebalkan di mata Sandra.Sok melas seakan meminta untuk dikasihani.
Dasar sampah.
Sandra mendumel dalam hari.Pasalnya dari sekian banyak orang di kantin,kenapa harus Gladis? Kenapa harus perempuan yang tidak berperasaan ini yang harus dihadapinya ketika perutnya merasa kelaparan?
"Gak ada lagi yang perlu dibicarain,gue gak punya urusan sama Lo,"sarkas Sandra.Ia lalu berdiri meninggalkan gadis itu di sana.
Sandra berjalan dengan tergesa-gesa.Ia malas berurusan dengan Gladis.Lagipula,kenapa gadis itu mengikutinya? Tidak ada kerjaan saja.
"San! Sandra tolong dengerin gue kali ini aja!"
Sepanjang koridor suara manusia itu menggema.
"Sandra!"
Langkah kaki Sandra terhenti,ia lalu berbalik menatap Gladis dari jarak yang cukup jauh.
Oh, ayolah! Sandra malas berurusan dengan masa lalu.Apakah Gladis tidak tau seberapa jauh Sandra lari saat ini?
Harusnya,Gladis bisa melihat betapa kuatnya usaha Sandra untuk mengubur masa lalu.
"Denger gue baik-baik!"
Dalam jarak yang begitu ketara,Sandra mengeraskan suaranya agar bisa di dengar baik oleh Gladis.
Gladis masih terdiam di tempatnya.
"Gak ada yang perlu di bicarain lagi! Apa? Penjelasan?",Sandra menarik napasnya sebentar."Gak ada yang perlu di jelasin karena...gue merasa semuanya sudah jelas."
Kini tatapan Sandra berubah menjadi sendu.Barangkali dari kejauhan Gladis dapat merasakan kesedihan yang terpancar dari tatapannya.
"Gue ada di sana hari itu! Hari dimana kak Bram pergi.Gue ada di sana,kalau Lo lupa."
Napas Sandra menggebu-gebu.Dalam jarak ini ia seperti ingin melompat ke arah perempuan di hadapannya dan menerkamnya seperti harimau yang kelaparan.
"Kita ini bukan siapa-siapa.Kita hanya teman lama yang sekarang jadi orang asing! Jadi,jangan sok tau tentang gue.Jangan sok akrab!"
Sandra menunjuk Gladis dari kejauhan,seolah telunjuknya bisa kapan saja menusuk dia mata Gladis yang menyala terang di sana.
"Lo dan gue cuma orang asing! Kita gak saling kenal!",ujar Sandra,lalu berlari menjauh dari sana.
Tanpa Sandra sadari,ada Jean yang melihatnya sedang menangis tersedu-sedu.
_____
Bagi sebagian orang,rumah adalah tempat istirahat yang paling nyaman,tapi bagi Jeandra rumah adalah tempat yang paling tidak ia sukai,rumah baginya bagaikan neraka dunia.
Jeandra,merupakan definisi laki-laki yang nyaris sempurna.Selain karena paras tampan dan juga terlahir dari keluarga kaya,Jean itu pintar,Ketua OSIS yang memiliki segudang prestasi dan juga banyak teman.Tapi semua itu tidak ada artinya ketika Jean masuk ke dalam rumahnya sendiri.
Di rumah,Jean hanya dianggap sebagai figuran.Lihat,bahkan ketika dirinya membuka pintu rumah dan mengucapkan salam,yang dia dapatkan bukan senyuman atau sambutan hangat dari kedua orang tuanya.Yang ia temui kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat,bahkan figura foto keluarga mereka sudah pecah karena di lempar,entah siapa pelakunya.
Jean sudah merasa biasa dengan pemandangan ini,bahkan sudah teramat terbiasa dengan keadaan seperti ini.Dia mengabaikan orang tuanya yang sedang bertengkar dan lanjut berjalan menuju ke kamar sang adik.Jean sangat yakin,jika sekarang adiknya sedang menangis sendirian.
"Udah,sini ke kamar kakak,"ujar Jean ketika mendapati adiknya tengah meringkuk sambil menangis di samping meja belajar.
"Kak,Dania capek,"keluh Dania.
Jean menghela napas frustasi.Jika boleh jujur ia juga lelah,lelah dengan kondisi keluarganya yang sangat kacau.Tiada hari tanpa pertengkaran di rumahnya.
Yang bisa Jean lakukan sekarang adalah mendekat erat sang adik ke dalam pelukannya.Ia juga menutup telinga adiknya,berharap adiknya itu tidak mendengar teriakan serta caci maki diantara ayah dan ibunya.
____
Jam tiga pagi, seperti biasa Sandra akan terbangun karena suara berisik yang bersumber dari ruang keluarga.Disana,ada papahnya dengan kebiasaan lamanya yang tak pernah berubah.
"Pah.." Sandra merasa hatinya sakit melihat pemandangan ini.Papahnya bermain dengan two player,padahal sedang bermain sendiri.Papahnya menjadi dua orang dalam satu waktu.
Lebih sakit lagi ketika dia mendekat,ia menemukan nama player disana adalah "Bram tampan",nama itu selalu kakaknya sematkan di setiap karakter yang dia mainkan dulu.
"Sandra,jam segini udah bangun aja?",tanya papahnya.
Memang papahnya tidak pernah tahu jika setiap jam tiga,anaknya selalu terbangun karena ulahnya.
"Papah berisik! Makanya aku bangun,"protes Sandra,ia lalu duduk di samping papahnya.
Papahnya sendiri hanya tertawa menanggapi protesan anaknya."Nanggung ini,sekalian papah mau main sampai subuh,"kata papahnya.
Saat seperti ini,Sandra cukup menyesal.Kenapa dulu ia tidak mau diajari untuk main PS saat Bramasta masih ada.Supaya ketika kakaknya pergi,Sandra bisa menggantikan kakaknya.Jadi,papah tidak perlu repot memainkan two player dan bermain dengan dirinya sendiri.
Lagipula,siapa yang akan menyangka jika Bramasta akan pergi secepat itu?
"Pah,subuh masih lama.Katanya besok papah harus pergi dinas ke Kalimantan.Harusnya papah istirahat lebih awal,"ujar Sandra mengingatkan, barangkali papahnya itu lupa jika ada tugas yang menunggunya di kampung orang.
Papahnya hanya tersenyum."Iya nanggung nih,nunggu game over dulu,baru setelah itu papah tidur."
Sandra tidak bisa berkata lagi selain pasrah dan mengangguk.Menyetujui papahnya, walaupun dalam hati ia tidak setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments