delapan

"Kak,Lo gila ya?!",ucap Sandra tak terima.

Dengan langkah cepat Sandra menyusul Marvin yang berlari kecil menuju ke parkiran.

"Maaf,San.Gue harus susul dia,ini kesempatan terakhir gue,tolong ngertiin gue,"ujar Marvin dengan wajah yang sengaja di buat melas, laki-laki itu memohon agar Sandra mau pulang menggunakan kendaraan umum.

Tadi pagi,cinta pertamanya Marvin yang telah lama hilang kembali lagi,Nina namanya.Gadis itu merupakan pindahan dari luar kota dan kini menjadi teman sekelas Marvin.

Melihat gadis yang di cintainya itu,Marvin tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.Laki-laki itu bahkan rela menjadi tour guide Nina agar tahu mengenai tempat-tempat yang ada di sekolah ini.

Marvin juga tidak lupa mengajak Nina berkeliling kota sepulang sekolah,tanpa mengingat ada sepupunya yang harus diantar pulang.

"Terus gue pulang sama siapa?",tanya Sandra dengan wajah kesal,gadis itu mengangguk Marvin agar tidak meninggalkannya.

Marvin berpikir sebentar,tak lama kebetulan Candra lewat dengan motornya sendirian.

"Candra!",teriak Marvin untuk memanggil Candra yang sudah agak sedikit menjauh.

Candra yang merasa ada yang memanggil namanya, berhenti lalu menoleh ke belakang,lalu memutar balik ke arah mereka.

"Kenapa,Vin?",tanya Candra yang berhenti tepat di samping Sandra.

"Tolong anterin dia pulang ya,gue ada urusan penting,"ujar Marvin sembari mengedipkan sebelah matanya, laki-laki itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Sandra dan Candra.

Sandra menatap kepergian sepupunya,ia mengepalkan tangan kuat karena menahan kesal.Apa-paan?!Kok jadi Candra yang anterin pulang? Dasar sepupu laknat!

Sandra lalu menatap Candra yang tengah berdiam di motornya.

"Ayok naik! Mau pulang kan?",tanya Candra.

Sandra mengangguk pasrah, akhirnya mau tidak mau dirinya pulang diantar oleh Candra.Bukannya tidak suka jika ia diantar oleh Candra.Hanya saja,ia cukup tau diri.Ia dan Candra tidak se-akrab itu dan pada kenyataannya sekarang mereka harus menghadapi kecanggungan diatas motor berdua.

"Kak,nanti depan pertigaan belok kanan ya,"ujar Sandra memberitahu takut laki-laki itu lupa dimana rumahnya.

"San,mau temenin gue dulu gak?"

"Kemana kak?",tanya Sandra.

Candra tidak menjawab, laki-laki itu malah melakukan motornya lebih cepat dari sebelumnya,sehingga Sandra dapat merasakan terpaan angin lebih kencang di wajahnya.

Tidak ada yang berbicara.Di belakang,Sandra masih bertanya-tanya kemana laki-laki ini akan membawanya.Karena semakin melaju motor,jalan yang ia lewati semakin asing.

Saat motor sudah terparkir dengan sempurna,Sandra masih enggan untuk turun,gadis itu melihat sekeliling.

"Sandra?"

Sandra sontak menoleh."Eh,iya maaf kak", ujarnya lalu segera turun dari motor Candra.

Masih berada di tempat parkir,Sandra mengamati tempat asing ini.

"Baru pertama kali ke sini?",tanya Candra ketika melihat gerak-gerik gadis itu.

"Iya kak,"jawab Sandra dengan jujur.

Kini keduanya sedang berada di sebuah taman besar yang indah,taman ini terletak agak jauh dan hampir berada di perbatasan kita sebelah.Tempat ini,adalah tempat pelarian Candra jika laki-laki itu sedang malas pulang.

"Di sini gak lama kok,gue cuma mau beli buku titipan kakak gue,"ujar Candra menjelaskan,sambil menelusuri taman yang cukup ramai ini.

Sandra cukup bingung, memang di taman ada yang jual buku? Tapi gadis itu hanya mengangguk saja.Tak lama berjalan di ujung taman tepatnya di sebrang jalan beraspal yang tidak terlalu besar ada jajaran toko buku di sana.

Sandra melihat-lihat buku yang berada di salah satu toko yang di kunjungi.

"Disini,bukunya bajakan ya,kak?",tanya Sandra sambil berbisik.

Candra tertawa renyah,entah apa yang laki-laki itu tertawakan,tapi dia tertawa cukup keras.

"Engga dong,yakali bajakan.Ini memang toko buku bekas,yang Lo liat bukan buku bajakan tapi kertasnya memang sudah agak berwarna kuning karena di makan umur.Kalau Lo mau buku baru juga ada kok."

Candra mengajak Sandra untuk menelusuri toko buku yang cukup besar itu.

___

Menghabiskan sore bersama Candra ternyata cukup melelahkan,berjalan mengelilingi taman itu membuatnya ingin cepat-cepat segera sampai rumah.Tapi Sandra lupa,jika ada kemacetan yang menghalangi keinginannya untuk segera sampai di rumah.

Dan sekarang di sinilah mereka,terjebak diantara kerumunan orang-orang dengan stok kesabaran yang tipis,saling berteriak dan menekan klakson kendaraan mereka.Sandra menghela napas,ia menahan kesalnya dalam hati.

"Macet San,maaf harusnya gue gak ngajak Lo ke taman kota tadi,"ujar Laki-laki itu merasa menyesal.

"Gak apa-apa kak,gue senang bisa diajak main sama Lo,"ujar Sandra.

Candra mengangguk, menghabiskan waktu cukup lama bersama Sandra hari ini,membuat Candra sadar bahwa omongan dan gosip mengenai seberapa cuek dan dinginnya Sandra ternyata tidak sepenuhnya benar.

Sandra akan bersikap dingin pada orang yang tidak ia kenal,tapi jika sudah merasa akrab dia akan sedikit bersikap hangat.

Terlepas dari padatnya kota,pada pukul lima sore akhirnya mereka bebas dari jebakan macet jalan raya.Kini mereka sudah sampai di depan rumah Sandra.

"Makasih kak,gue seneng hari ini,"ucap Sandra sembari turun dari jok motor Candra.

"San,rumah Lo sepi banget kayaknya,"ucap Candra seraya mengamati rumah Sandra.

"Oh,papah gue lagi dinas ke luar kota,mamah kayaknya ada di dalam,"jawab Sandra seadanya.

"Kakak Lo?"

Sandra terdiam sebentar,pada waktu seperti ini ia memutar otak,apakah Candra harus tau sejauh ini atau kembali berbohong seolah kakaknya masih berada di perantauan.

"Belum balik dari perantauan?",tanya Candra lagi.

Candra bertanya seperti ini bukan tanpa alasan,tapi ketika pertama kali mengantar gadis itu pulang.Sandra bilang sendiri jika kakaknya sedang merantau.

"Gak akan pernah balik,kak",jawab Sandra pada akhirnya.

"Kenapa?ada masalah keluarga?"

Sandra menatap sebentar Candra,ia bertanya-tanya sejak kapan laki-laki ini kepo terhadap kehidupannya?

"Sebab dia merantau ke rumah Tuhan,kak."

Ekspresi Candra seketika berubah menjadi sendu,ia menatap Sandra dengan tatapan yang paling Sandra benci.Tatapan kasihan dan iba.

"Gua masuk dulu kak,makasih dan hati-hati."

Sandra kemudian masuk dan mempercepat langkahnya,ia paling tidak bisa membahas soal kakaknya,karena bisa jadi pertahanan Sandra runtuh dan berakhir menangis di hadapan Candra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!