enam

Pagi sudah menyapa,Dania masih tenggelam di dalam pelukan sang kakak.Setelah pertengkaran hebat kedua orang tuanya semalam,Dania menjadi demam.Adiknya itu pasti sangat lelah dengan keadaan rumah yang selalu dihiasi oleh pertengkaran yang tidak ada habisnya.

Orang-orang mengira jika keluarga Jean merupakan keluarga harmonis,tapi kenyataannya justru sebaliknya.

Keluarga Jean hanya keluarga yang kacau,dia memiliki orang tua lengkap tapi peran mereka seakan tidak ada sebagai orang tua.Lihat saja,bagaimana Jean kelelahan karena mengobati adiknya sepagi ini.

"Dania,kakak harus sekolah,"ujar Jean lembut pada adiknya.

Kewajiban harus tetap dilaksanakan,Jean bukan tipikal siswa yang mudah membolos.Sebagai ketua OSIS,Jean merasa harus menjadi teladan bagi murid yang lain dan juga ia merasa memiliki tanggung jawab atas jabatannya dalam organisasi.Jadi,Jean harus tetap berusaha agar menjadi siswa yang taat pada aturan.Tak jarang,Jean melakukan hal yang bukan menjadi kebiasaannya.Tapi,demi nama baiknya dan semata-mata untuk menjaga image-nya yang baik sampai masa jabatannya berakhir.

Di lain tempat, pagi-pagi Sandra harus rela berhimpitan dengan ibu-ibu yang akan pergi ke pasar di dalam angkutan umum.Semua ini gara-gara Marvin yang lupa menjemputnya.

Padahal semalam Marvin sempat datang ke rumahnya dan mengatakan akan menjemputnya di pagi hari,nyatanya laki-laki itu meneleponnya dan mengatakan jika dia lupa menjemputnya juga menyuruhnya untuk datang sendiri ke sekolah.Dan yang lebih membuatnya kesal adalah laki-laki itu malah tertawa renyah,seakan menertawakan kesialannya.

"Makasih,bang",ujar Sandra sembari memberikan ongkos pada supir angkot itu.

Sandra turun dari angkutan umum,ia melangkah dengan tergesa ke area sekolah agar tidak terlambat.Sandra takut terlambat, terlebih hari ini guru yang piker adalah pak Dandi,guru berwajah lugu tapi galaknya melebihi sesepuh.

Waktu terasa melambat seiring jatuhnya daun dari pohon besar yang ada di sekitarnya bersamaan dengan angin yang menghembus,membawa rasa dingin kedalam sel tubuh.

Sandra hampir berteriak ketika merasa kakinya seperti tercekal oleh sesuatu,dan hampir saja dia jatuh.Untung saja dengan cekatan Jean menangkap tubuhnya.

Sekarang Jean sedang berada di posisi dimana satu tangan laki-laki itu melingkar di pinggang Sandra,lalu tangannya yang lain menahan bahu gadis itu.Sementara kedua tangan Sandra melingkar sempurna di leher Jean.Posisi keduanya persis seperti adegan yang ada di film-film romantis yang sering Sandra tonton.

Namun sayangnya dalam ceritanya tidak seromantis film yang Sandra tonton.

"Gak usah repot-repot geer,niat gue cuma nolongin Lo,bukan mau PDKT,"kata Jean dengan wajah datarnya.

Sandra segera berdiri lalu ia dengan sengaja menginjak kaki laki-laki itu.Sandra menatap nyalang Jean yang masih menatapnya datar.

"Makasih,"ujar Sandra dengan ketus sebelum tubuh gadis itu menjauh.

Jean hanya menggeleng, walaupun gadis itu tidak tahu diri,tapi setidaknya dia masih mengucap terima kasih.Jean melangkahkan kakinya masuk ke dalam area sekolah.

Tanpa mereka sadari,sedari tadi Sherly melihat adegan barusan dengan tangan yang terkepal karena emosi.

Sepanjang perjalanan menuju kelas,Sandra tidak henti-hentinya mendumel dalam hati.Kejadian pagi ini bisa terjadi karena karena sepupu laknatnya.

Coba saja jika tadi pagi Marvin menjemputnya.Ia tidak perlu repot menunggu angkutan umum dan berhimpitan dengan ibu-ibu di dalam angkot.Ia juga tidak sengaja bertabrakan dengan Jean di momen yang sangat tidak ia sukai.Terlebih ketika sampai di kelas,ia mendapati Pak Dandi sudah duduk manis di sana.

Harusnya Sandra membawa stok jantung lebih supaya ketika jantungnya melompat karena omelan pak Dandi,ia masih bisa hidup dengan jantung cadangan.

"Laura Sandra?",tanya Pak Dandi dengan tatapan horor.

Sandra hanya bisa mengangguk lemas ketika guru itu menatapnya tajam.

"Ini sudah kedua kalinya kamu telat saat kelas saya."

Sandra kembali mengangguk.

"Sebagai hukumannya,kamu harus mengerjakan tugas rumah yang berbeda dengan teman-teman kamu yang lain."

Sandra mengangguk untuk ketiga kalinya bersamaan dengan helaan napas yang keluar dari mulutnya.Sandra sebenarnya tidak terima,ia hanya terlambat sepuluh menit di jam pelajaran guru itu,bahkan beliau juga belum memulai pembelajarannya,sungguh tidak adil menurutnya.

___

"San,kok Lo bisa telat lagi?", tanya Farhan ketika jam pelajaran Pak Dandi telah selesai.

"Gue gak di jemput sama Marvin,Han",jawab Sandra seadanya.

Kelas terlihat sepi,padahal masih ada satu mata pelajaran lagi.Di kelas hanya ada dirinya dan Farhan saja.Galih seperti biasa,dia sudah duduk manis di kantin sembari menikmati teh manis dan juga gorengan mbok Ina.

"Lo gak ke kantin,Han?",tanya Sandra.Bukan maksud apa-apa,dia hanya tidak nyaman dengan suasana seperti ini.Sandra yang diam dan Farhan yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Gak deh,nanti aja se-sialan!"

Farhan tersentak, pasalnya dia hampir menang dalam permainan di ponselnya,tapi Galih malah mengejutkannya.

"Kok ngumpat si,Han? Gak baik tau!",ujar Galih, laki-laki itu lalu duduk di samping Farhan.

"Gak baik pala Lo!",ujar Farhan emosi.Tangannya memukul udara karena kesal,namun Galih terlihat cuek saja.

Beberapa menit kemudian ketiganya hanya diam,tidak ada yang berbicara sama sekali.

"Kalian tau kak Tiana,gak?",tanya Farhan tiba-tiba.Laki-laki itu meletakkan ponselnya lalu menatap kedua temannya dengan lekat.

Sandra dan Galih saling menatap heran."Kenapa?"tanya keduanya secara bersamaan.

"Dia nyatain perasaan ke kak Candra lagi,loh!"

Sandra dan Galih kembali saling menatap.Lagi?itu artinya ini bukan pertama kalinya kak Tiana menyatakan perasaannya pada kak Candra.

"Tadi gue gak sengaja ngeliat kak Candra ditarik paksa sama kak Tiana.Sumpah,gue liat tatapan Kak Tiana tuh kayak kesian benget",jelas Farhan,sementara kedua temannya masih menyimak ceritanya.

"Lah?Gue kira Kak Tiana suka sama Kak Jean,"ujar Galih.

Sandra terdiam saat nama Jean di sebut.Ia jadi teringat,jika nantinya dia harus berurusan lebih lama dengan laki-laki itu,mengingat ia dan Jean akan melakukan kegiatan di Bandung.Lagi penyebabnya adalah Marvin sepupu laknatnya.

Lama-lama gue bunuh juga Lo,kak.

Farhan masih bercerita soal bagaimana Tiana ditolak oleh Candra.Laki-laki itu bilang Candra menolak Tiana karena suatu alasan,meski belum jelas alasannya apa,tapi Farhan meyakini alasan yang di maksud Candra adalah perbedaan agama antara keduanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!