Satu bulan telah berlalu. Ella belum pernah bertemu dengan Andra sejak kejadian hari itu.
Ella sering menelfon, dan mengiriminya pesan chat. Namun tak ada jawaban dari Andra. Ella juga pernah mendatangi rumahnya, namun tidak bertemu dengan Andra.
Menurut Bik Surti waktu itu Andra sedang pergi.
Ella gelisah menatap sambil ponselnya. Berharap ada satu saja pesan chat dari Andra.
Buku-buku yang dipelajarinya masih terbuka, dan berserakan di atas meja. Lama ia membaca, namun tak ada satupun yang masuk ke dalam otaknya. Hanya nama Andra yang memenuhi isi kepalanya.
"Ah kenapa harus kepikiran dia terus sih." teriak Ella frustarsi sambil mengacak-acak rambutnya.
"Gue gak boleh mikirin dia lagi, dia saja gak peduli sama gue. Buktinya sekarang dia menghilang begitu saja. Gak ngerti apa kalau gue khawatir. Apa waktu itu dia benar-benar kecewa ya, Tante Mirna juga sih bandingin gue sama dia disaat yang tidak tepat. Tapi biasanya Tante Mirna juga sering bandingin kita dan dia biasa saja.
Andra...lo kenapa sih ?
Gue pengen tahu keadaan lo, lo udah baik-baik saja atau belum. Lo jadi nikah atau enggak. Nikah..." Ella terdiam saat mengatakan kata nikah, pikirannya mulai menerawang jauh.
"Apa karena lo mau nikah, jadi lo ngindarin gue. Apa seperti itu Ndra?"
Luka dihatinya kembali menganga. Membayangkan Andra yang sebentar lagi akan menikah. Matanya mulai berkaca-kaca. Mungkin Andra memang bukan jodohnya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, ada Mbak Garnis yang berdiri di sana.
"Hai El, lagi apa?"
"Ini lagi belajar Mbak."
Garnis mendekat, dan duduk di depan Ella.
"Kamu nangis El?" tanya Garnis sambil menatap Ella lekat-lekat.
"Enggak Mbak, cuma ini tadi terlalu lama membaca, jadi rasanya agak pedes gitu." jawab Ella berbohong.
"Kamu yakin El, wajah kamu juga kusut begitu. Ada masalah apa, cerita saja sama Mbak."
"Gak ada apa-apa kok Mbak. Cuma capek saja."
"Kalau begitu istirahat saja.
Belajar memang bagus, tapi kalau terlalu dipaksakan kasian otak kamu."
"Iya Mbak." jawab Ella sambil tersenyum.
"Kata Ibu kamu mau kuliah ke London?"
"Iya Mbak, mengejar mimpi, siapa tahu bisa diraih."
"Itu bagus, Mbak kagum sama kamu. Mbak sangat bangga punya adik seperti kamu."
"Belum juga apa-apa Mbak.
Kalau nanti aku gagal, Mbak masih bangga gak sama aku." kata Ella menggoda kakaknya.
"Tentu saja Mbak bangga.
Kamu berhasil atau enggak, yang jelas kamu jauh lebih baik dari pada Mbak. Benar kan?"
"Enggak juga lah Mbak. Kita sama kok."
"Oh ya nanti kamu tinggal dimana?
Cari kos sendiri atau tinggal di rumahnya Dimas?" tanya Garnis.
"Untuk sementara di rumahnya Kak Dimas. Tapi nanti aku akan cari tempat kos, gak enak kalau numpang terus." jawab Ella.
"Dimas itu baik ya. Dia banyak bantuin kamu." ucap Garnis.
"Ya begitu lah Mbak."
"Kenapa kamu gak pacaran saja sama dia. Mbak lihat kalian dekat, umurnya juga gak jauh-jauh amat dari kamu El." ucap Garnis sambil tersenyum.
"Mbak ini apaan sih. Kak Dimas itu cuma anggap aku seperti adiknya sendiri."
"Terus kalau kamu anggap Dimas apa?" tanya Garnis menggoda Ella.
"Orang lain." jawab Ella sewot.
"Yang gue suka itu Andra. Kenapa gak ada yang paham sih.
Gak Mbak Garnis, gak Andra, kenapa mereka ngiranya yang gue suka itu kak Dimas. Ah, jadi ingat Andra lagi kan." batin Ella.
Garnis tertawa saat melihat Ella yang manyun.
"Jangan ngambek gitu dong, jelek tau."
"Gak lucu." ucap Ella.
"Sudah dong El, Mbak cuma bercanda. Mmmm tapi El, Dimas itu sangat perhatian sama kamu, kamu yakin dia cuma anggap kamu adik?"
"Yakin lah Mbak. Kak Dimas itu sudah punya pacar, sudah hampir lima tahun mereka pacaran.
Kak Dimas memang perhatian. Tapi bisa jadi itu karena perasaan bersalah saja." ucap Ella sambil menunduk.
"Ya mungkin juga sih El.
Oh ya ini ada sedikit dari Mbak, kamu simpan ya, mudah-mudahan bisa berguna saat kamu di London nanti." ucap Garnis sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Mbak ini terlalu banyak, aku tidak bisa." tolak Ella.
"Gak papa Ella, kamu terima ya. Ini dari Mbak dan Mas Ariel, jangan ditolak ya."
"Makasih ya Mbak, tapi kalau orang tuanya Mas Ariel tahu bagaimana?"
"Mereka gak akan tahu. Ini uangnya Mas Ariel sendiri. Mmmmm, apa Mbak Nina jadi ke Hongkong El?"
"Iya Mbak, mungkin sebulan lagi berangkat. Mas Gilang akan tinggal di sini sama Arga dan Ardi.
Aku jadi lebih tenang, ada yang menemani Ibu."
"Iya, nanti Mbak juga akan lebih sering kesini. Kita doain saja ya El, semoga rencana Mbak Nina lancar."
"Iya Mbak."
***
Di rumah Andra. Vino dan Riky sedang berkunjung kesana.
Meraka duduk bersama di kursi, di belakang rumah. Menghadap kolam renang besar yang jernih dan tenang.
Menikmati camilan kue kering dan ice coffe.
"Sampai kapan lo menghindar dari dia?" tanya Vino saat melihat Andra memainkan ponselnya.
Vino tahu apa yang sedang Andra pikirkan.
"Gue gak menghindar." jawab Andra.
"Terus...?"
"Gue belum siap saja ketemu sama dia."
"Kenapa?"
"Hari itu gue sudah ngecewain dia, nanti gue akan menemui dia, saat masalah gue udah clear." jawab Andra.
"Apa bedanya menemui sekarang atau nanti?" tanya Vino.
"Entahlah, gue merasa gak nyaman saja ketemu sama dia kalau masalah gue belum tuntas." jawab Andra.
"Itu karena perasaan lo sudah berubah, lo udah nganggap dia lebih dari sahabat." ucap Vino.
"Gak mungkin lah, perasaan gue tetap sama kok. Gue tetap anggap dia sebagai sahabat terbaik gue." kata Andra.
"Dia siapa sih?" tanya Riky penasaran.
"Ella." jawab Vino
"Lo suka sama Ella Ndra?"
"Enggak lah dia sahabat gue, Vino saja yang sembarangan." jawab Andra.
"Kalau dia yang suka sama lo.
Lo gimana?" tanya Vino.
"Gak mungkin. Lagian sebentar lagi dia juga pergi ke London kok." jawab Andra.
"Apanya yang gak mungkin. Dari sekian banyak cewek yang kenal sama lo, cuma dia dan Nadhira yang peduli sama lo disaat lo sedang terpuruk.
Para cewek yang dulu mengidolakan lo, ikut tertawa saat melihat lo jatuh.
Lagian dia ke London itu untuk kuliah, bukan ikut kontes pencarian jodoh." kata Vino dengan sedikit jengkel.
"Peduli disaat gue terpuruk bukan berarti karena dia cinta Vin.
Buktinya Nadhira juga peduli.
Jelas dia peduli lah, karena kita sahabatan." jawab Andra masih tetap pada pendapatnya.
"Terserah lo deh. Yang penting gue sudah ingatin lo. Jangan sampai lo menyesal saat dia sudah bahagia sama orang lain." kata Vino.
"Gue ikut bahagia, kalau nanti dia bisa jatuh cinta, dan bahagia dengan orang yang di cintainya." ucap Andra.
"Itu bagus. Smoga ucapan itu bisa lo pegang sampai nanti."
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Tini Laesabtini
Andra ga bisa bedain mana sayang sebgai teman atau sayang terhadap lawan jenis karena udh biasa ke mana2 bareng, nanti.... Setelah Ella pergi kamu baru merasa sakitnya tuh disini💔💔
Maaf thor aku baru mampir🙏🙏
2022-07-30
0
Lina rambe
masa Indra gak peka sih sama Ella...
lanjut Thor...
jgn lupa mampir ya Thor
2020-10-17
1
IG : anissah_31
Semangat trs ya 😊
salam dr Sang Pemuda 😁
2020-10-03
1