Andra terdiam sejenak. Ada jeda sebelum ia menjawab pertanyaan Ella.
"Sebenarnya gue kemarin cuma mengajak Vani makan sebentar.
Tapi waktu gue pulang, gue ketemu Suci di jalan, dia kurang sehat. Jadi gue nganterin dia pulang, dan menemaninya sebentar. Gue sampai rumah sudah malam." kata Andra.
Ella menatap Andra sekilas. Ada perasaan kecewa di dalam hatinya. Namun sebisa mungkin ia sembunyikan.
"Suci mantan lo?" tanya Ella.
Suci adalah mantan Andra. Mereka putus sejak setahun yang lalu. Suci sekarang menjadi mahasiswi di Universitas Trijaya. Umurnya dua tahun lebih tua dari Andra.
Andra mengangguk, mengiyakan pertanyaan Ella. Lalu ia berdiri, dan berjalan mengambil ponselnya yang berada di atas ranjang. Andra menelfon seseorang.
"Bik tolong bawakan makanan ke atas ya." ucap Andra pada seseorang di seberang sana. Lalu ia kembali duduk di sebelah Ella.
"Lo sampai rumah saat Tante Mirna sudah pulang?" tanya Ella lagi.
Andra kembali mengangguk.
"Ckk...pantesan Ndra Tante Mirna marah. Lo masih pakai seragam, dan pulang larut malam. Gitu katanya lo tadi tidak bersalah." kata Ella.
"Lo juga nyalahin gue El?" tanya Andra sambil memanyunkan bibirnya.
"Ya memang lo salah. Lo berubah dong Ndra, kalau gak mau Tante Mirna marah-marah. Lo berusaha jadi lebih baik gitu lho, biar Tante Mirna bisa sayang sama lo." ucap Ella sambil menatap Andra.
"Hah, sulit El. Oh ya tadi di sekolah baik-baik saja kan. Vani gak cari gara-gara kan sama lo?" tanya Andra mengalihkan pembicaraan.
"Ha, kok Vani?" tanya Ella dengan heran.
"Ya mungkin saja." jawab Andra.
"Gak ada. Gue gak ketemu sama Vani, tapi tadi Felisya yang nyariin lo." ucap Ella.
Andra terdiam, dia tidak menanggapi ucapan Ella.
Namun dia mengernyit heran saat Ella mendorong nampan bekas makanannya ke hadapan Andra.
"Kenapa El?" tanya Andra dengan bingung.
"Jaga image lah Ndra. Biar yang dikira makan itu lo, bukan gue.
Malu dong kalau Bik Surti tahu gue yang makan, padahal tadi gue bilangnya mau bawain buat lo." ucap Ella sambil tertawa renyah.
Andra tertawa lepas. Dekat dengan Ella memang membuatnya merasa nyaman. Tingkahnya yang terkadang konyol, juga terkadang sangat lugu membuat Andra betah menjadi sahabatnya.
Ella selalu bisa menghiburnya saat sedih, dan selalu memberikan dukungan, serta solusi disaat dia sedang ada masalah.
"Reseh lo." kata Andra sambil mengacak rambut Ella.
Ella ikut tertawa. Dia bahagia bisa membuat Andra kembali tersenyum.
Jujur hatinya terasa sakit bila melihat Andra dalam keadaan kacau.
Tak lama kemudian Bik Surti datang sambil membawa nampan yang berisi makanan. Beliau meletakkannya di depan Andra, dan kemudian pamit undur diri.
"Ndra, gue bingung deh." ucap Ella seraya menatap Andra yang sedang makan.
"Kenapa?"
"Gue belum kasih keputusan apa-apa sama kak Dimas." jawab Ella sambil menyodorkan ponselnya.
Andra meraih ponsel Ella, dan membaca satu pesan dari Dimas.
Dari Dimas :
# El aku sekarang sudah berada di London. Tidak usah terburu-buru dalam mengambil keputusan, pikirkanlah baik-baik.
Apapun pilihan kamu, aku selalu mendukungmu. Baik-baik ya di sana.
Semangat terus belajarnya#
"Dimas nembak lo?" tanya Andra sambil meletakkan ponsel Ella, dan kembali menyuap makanannya.
"Ckk, apaan sih. Bukan Ndra, Kak Dimas itu nawarin gue kuliah di London. Katanya Mbak Yura yang akan bantuin daftar. Gue masih bingung harus terima atau enggak. Menurut lo gimana Ndra?" tanya Ella meminta pendapat Andra.
"Lo sedih atau enggak ya Ndra, saat tahu gue ada rencana pergi ke London. Gue berharap lo menahan gue Ndra." batin Ella.
"London itu jauh banget lho El.
Lo yakin mau kesana, kenapa gak kuliah di sini aja sih?" tanya Andra.
"Kalau gue kuliah di sini kerjanya sulit Ndra. Perusahaannya Om Bram kan bergerak dibidang industri, gue gak cocok kerja di sana, mau kerja di perusahaan lo juga sama saja." jawab Ella.
"Ya sih, tapi perusahaan lain yang bergerak dibidang properti kan banyak El. Yang sesuai dengan skill lo. Lo bisa kok ngelamar kerja di sana." ucap Andra.
"Bisa sih bisa Ndra. Tapi kalau cuma modal ijazah terkadang sulit. Kalah sama yang punya kenalan orang dalam." jawab Ella.
"Ya juga sih. Tapi walaupun lo kuliahnya di sini, nanti juga bisa kan kerja di London, di kantornya Dimas." kata Andra.
"Bisa saja sebenarnya. Tapi gue takut kesulitan kalau belum terbiasa.
Di sana kan pakai bahasa Inggris, gak sama dengan bahasa kita di sini." ucap Ella.
"Iya juga sih. Mmmm El, Dimas perhatian banget ya sama lo." kata Andra.
"Ya gitu deh. Keluarga kita kan punya hubungan baik, terus Kak Dimas juga anggap gue seperti adiknya sendiri." jawab Ella.
"Lo cinta gak sama Dimas?
Atau setidaknya ada rasa tertarik gitu?" tanya Andra.
"Ck, sembarangan lo. Enggak ada, gue itu minta pendapat sama lo, bukannya kasih solusi, malah tanya yang aneh-aneh." ucap Ella dengan kesal.
Andra terdiam mendengar jawaban Ella. Dia bingung harus menjawab apa. Pikirannya mulai menerawang jauh. Kata-kata Vino waktu itu terngiang jelas dalam ingatannya.
"Kayaknya Vino salah deh. Gak mungkin kalau Ella suka sama gue.
Disampingnya ada Dimas, dia perhatian banget sama Ella.
Dimas punya kepribadian yang baik, pekerjaanya sudah mapan, bisnisnya juga semakin berkembang, masa depannya cerah banget.
Sedangkan gue, kepribadian buruk, duit masih minta Mama, keluarga juga berantakan. Jangankan kerja, sekolah aja kurang pecus, masa depan juga masih surem banget.
Ya walaupun kadar ketampanan jauh lebih banyak gue, dari pada Dimas.
Memang sih Dimas sudah punya pacar, tapi gue juga punya, lebih banyak malah.
Kalau memang jatuh cinta, pasti Ella akan jatuh cinta sama Dimas bukan sama gue. Vino ada-ada saja deh, ngarang banget. Tapi syukur lah kalau Ella gak ada rasa sama gue.
Karena gue juga gak punya rasa apa-apa sama dia, sekedar nyaman jadi sahabat saja." kata Andra dalam hatinya.
"Andraaaaa!" teriakan Ella membuyarkan lamunan Andra.
Suaranya yang melengking terdengar begitu nyaring di telinga Andra.
"Apaan sih El lo teriak-teriak." jawab Andra.
"Salah sendiri lo ngelamun. Gue pamit pulang lo diam saja." gerutu Ella.
"Sorry." kata Andra sambil tersenyum miring.
"Gue mau pulang sudah sore."
"Mau gue antar?" tanya Andra.
"Gak usah gue bawa motor. Lo buruan mandi saja, bau tahu gak.
Gak usah sok-sokan ngurung diri lagi, kelihatan banget childis nya." kata Ella sambil berdiri.
Andra mengangguk, dan kemudian ikut berdiri.
"Terima kasih ya El, sudah peduli sama gue." kata Andra dengan senyum manisnya.
"Oke, tapi gak gratis." jawab Ella menggoda Andra.
"Minta imbalan apa?" tanya Andra sambil mencubit pipi Ella.
"Turutin satu permintaan gue." jawab Ella.
"Memang mau minta apa, ngomong aja." ucap Andra.
"Yakin bakal lo turutin?"
"Iya."
"Serius?"
"Iya."
"Janji?"
"Iya. Sudah buruan ngomong, sebelum gue berubah pikiran." jawab Andra.
"Oke kalau begitu. Gue mau lo jatuh cinta sama gue, jadi pacar gue, dan jangan pernah tinggalin gue."
Bersambung.....
Jangan lupa tekan like dan favoritnya ya readers.
Juga tinggalkan jejak dikolom komentar.
Biar authornya makin semangat.
Terima kasih untuk yang sudah mampir dan memberi dukungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
kerennn
2021-04-16
0
Nayla Ramadhani
wooowww permintaannya lgsung frontal
2020-12-20
2
Naila Zakhwan
wehhh... keren lu El....gadis jaman now 👏👏👏
2020-12-09
2