Ella berjalan menuju ke kelasnya, hatinya masih sedikit sakit mendengar kata-kata Felisya.
"Emang susah ya jadi oarang miskin." gumamnya. Miris, satu kata yang melukiskan perasaannya saat ini.
Karena pertemanannya dengan Andra, dan Nadhira yang notabennya orang kaya membuat ia sering dianggap matre.
Belum lagi kakak perempuannya, Garnis Stefani yang menikah dengan Ariel Sanjaya yang juga dari kalangan atas. Membuat banyak orang menganggap, jika mereka memang memanfaatkan kecantikan untuk mencari uang.
"Ell sini." ucap Nadhira sahabatnya, sambil melambaikan tangannya saat melihat Ella memasuki ruangan kelas.
"Tumben lo berangkat pagi." sindir Ella pada Nadhira yang memang sering telat.
"Udah kangen sekolah, libur trus gak asyik." jawab Nadhira sambil tertawa.
"Modus lo." cibir Ella sambil duduk di bangku, di sebelah Nadhira.
Andra, Vino, dan Riky memasuki ruangan kelas, banyak para siswi yang senyum-senyum melihat kedatangan Andra.
Memang banyak para siswi yang mengidolakan Andra, walaupun mereka tau jika sifatnya jauh dari kata baik. Bergonta-ganti pacar, melanggar peraturan, dan prestasi yang dibawah standart adalah ciri khas dari seorang Andra Dwi Anggara.
"Ell lo gak papa?" tanya Andra sambil mendekati Ella.
"Bukan Ella namanya kalau denger kayak gitu aja langsung nangis." jawab Ella dengan senyum manisnya.
"Emang ada apa sih Ndra?" tanya Nadhira.
"Tadi ketemu Felisya." jawab Andra.
Tak perlu dijelaskan dengan detail, Nadhira sudah bisa menebak apa yang terjadi, karena memang Felisya seperti itu, kata-katanya selalu pedas dan sering memojokkan Ella. Terkadang rasa cemburu memang bisa merubah kepribadian seseorang.
***
Jarum jam menunjukkan pukul 13.10, mobil ferari milik Andra melaju keluar dari gerbang sekolahnya.
Kala itu langit terlihat sedikit gelap, namun sepertinya hujan masih enggan untuk turun.
"El bantuin gue nyari hadiah buat Vani dulu ya." ucap Andra.
"Tapi janji nanti lo bantuin Ibu ya." jawab Ella.
"Harus banget ya El, kalau gue gk bisa gimana.'' ucap Andra sambil menaikkan alisnya.
"Ya bantu sebisa lo, nanti malem gue harus privat, cuma ada sedikit waktu buat bantu Ibu.'' kata Ella.
"Ya udah deh gue bantu, tapi jangan marah ya kalau nanti kuenya Bude jadi hancur." ucap Andra sedikit manyun.
"Lo jelek kalau ngambek." kata Ella sambil mencubit tangan Andra.
Di depan pusat perbelanjaan mobil Andra mulai menepi, lalu mereka berdua turun dan memasuki toko boneka.
Beraneka macam boneka berjajar rapi di rak toko, dari yang sebesar kepalan tangan sampai yang sebesar kingkong, dengan bermacam warna, dan beraneka ragam bentuk.
"Kira-kira selera Vani yang kayak gimana ya El?" tanya Andra sambil melihat-lihat boneka yang berjajar rapi di sana.
"Warna pink mungkin, dia kan cewek yang feminim banget." jawab Ella.
"Gitu ya. Lo pilihin deh, gue tunggu di mobil." ucap Andra.
"Gak mau, enak aja lo ninggalin gue sendirian, yang mau pacaran siapa." tolak Ella sambil menahan tangan Andra.
"Di sini itu rame El, ribet banget gue gak suka, lo aja yang pilih gue tunggu di mobil, nih uangnya! Kalau lo mau, lo pilih aja gue bayarin sekalian." kata Andra sambil memberikan dompetnya ke tangan Ella.
"Lo kebiasaan deh Ndra, awas aja ya gue sumpahin lo ditolak." teriak Ella dengan kesal.
"Sumpah lo gak pernah mempan, secara gue kan tampan." ucap Andra sembil melangkah pergi meninggalkan Ella.
Sesampainya di mobil, Andra langsung mengeluarkan ponselnya. Ia mulai melancarkan gombalan maut lewat chating dengan para gadis cantik. Hal itu adalah salah satu kebiasaannya.
Cukup lama Andra tenggelam dalam dunia maya, hingga tak lama kemudian suara nyaring Ella mengusik ketenangannya.
"Andraaaaa...." teriak Ella di dekat telinga Andra.
"Sialan lo El, sakit telinga gue." ucap Andra sambil memegang telinganya.
"Lagian lo juga sibuk banget, sampai gak lihat gue masuk, nih bonekanya sama uang lo." kata Ella sambil memberikan dompet dan paper bag yang berisi boneka.
Andra melihat sekilas kedalam paper bag.
"Lo cuma beli satu?" tanya Andra sambil menatap Ella.
"Beli setengah juga gak boleh." jawab Ella dengan memanyunkan bibirnya.
"Kan gue suruh beli dua, satunya buat lo." ucap Andra.
"Gue lebih suka duit daripada boneka." jawab Ella dengan asal.
"Ya udah lo ambil aja mau berapa.'' ucap Andra sambil menyodorkan dompetnya.
"Duit masih minta mama aja sombong." sindir Ella.
"Lo beneran reseh ya El." jawab Andra sambil mengacak rambut Ella.
"Andra jangan, kalau berantakan gak cantik lagi gue, udah buruan jalan keburu sore." ucap Ella sambil merapikan rambutnya.
"Emang lo pernah cantik, perasaan dari dulu juga kayak gini." kata Andra sambil melajukan mobilnya, dan meninggalkan pusat perbelanjaan.
"Yang jelas gue lebih cantik dari pada lo, paham." jawab Ella.
"Iyain aja deh biar diem, capek telinga gu Awww...sakit Ell." teriak Andra saat Ella mencubit lengannya dengan sedikit keras.
"Lebay." jawab Ella sambil menatap Andra.
*****
Di dalam rumah yang sederhana, tampak seorang wanita paruh baya sedang sibuk membuat kue.
Tangannya yang keriput terlihat lincah bekerja... lelah... mungkin memang lelah yang dirasakannya, namun kebutuhan hidup yang memaksanya untuk bekerja keras.
"Aku ingin Ella bahagia." satu keinginan yang membuatnya tetap semangat meski terkadang fisiknya terasa sangat lelah.
Ketegaran hati, dan kerja keras Ella membuat ibunya merasa tersentuh.
Gabriella Tamara memang berbeda dari kedua saudaranya.
Gilang Pradana, saudara tertua telah mengecewakan orang tuanya. Dia yang seharusnya menyelesaikan kuliahnya dengan baik karena saat itu ayahnya masih ada, tetapi harus putus kuliah disemester pertama karena kekasihnya hamil, Nina yang sekarang menjadi istrinya.
Garnis Stefani anak nomor dua, selalu mengeluh dengan keadaan hidupnya.
Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia lahir ditengah keluarga yang sederhana. Sejak kematian ayahnya sewaktu ia duduk dikelas 3 SMP, ia tak mau lagi meneruskan pendidikannya hingga SMA. Menikah dengan orang kaya untuk merubah hidupnya adalah satu hal yang sangat dia impikan.
Tiga tahun berselang dari kelulusannya, dia menikah dengan Ariel Sanjaya, pria dewasa yang kaya raya. Usia keduanya terpaut cukup jauh, namun Garnis tak mempedulikan hal itu. Bahkan sikap keluarga Ariel yang jelas-jelas menolaknya saja, tak membuat Garnis mengundurkan diri.
"Yang penting mas Ariel mencintaiku, dan bisa membahagiakan aku." itulah ucapan Garnis yang masih terngiang jelas di ingatan ibunya.
"Assalamualaikum Bu, Ella pulang."
teriak Ella sambil membuka pintu rumahnya. Ia berjalan masuk, dan mencium tangan sang ibu.
"Waalaikumsalam nak, eh ada Nak Andra, masuk Nak." ucap Bu Halimah sambil menatap Andra dengan senyuman.
"Ya Bude, maaf ya tadi Ella pulangnya telat, masih nganterin saya Bude." jawab Andra sambil membalas senyuman Bu Halimah.
"Ya gak papa Nak, silakan ke dapur, makan dulu tadi Ella masak tumis kangkung." ucap Bu Halimah.
"Ya Bude nanti dulu Andra masih kenyang, Bude lagi sibuk apa, boleh Andra bantu?" tanya Andra.
"Lagi bikin kue, ada orang hajatan, sudah Nak Andra duduk saja pasti capek." jawab Bu Halimah.
"Gak papa Bude, Andra pengen bantu.'' ucap Andra sambil meletakkan tasnya di atas kursi, dan melepaskan baju sekolahnya. Kini hanya kaos oblong warna putih yang menutupi dadanya. Dengan sedikit bingung ia mendekati bu Halimah.
"Gue mesti ngapain ya, Ella lama banget sih ganti bajunya." batin Andra.
Entah kenapa Andra merasa rumah Ella jauh lebih nyaman, dibandingkan dengan rumahnya sendiri.
"Ah andai saja Papa dan Mama bisa mengerti gue, pasti gue juga merasa nyaman dirumah." fikir Andra.
Detik berikutnya rasa sesak kembali merasuki relung hatinya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Lolita Sanum
bude aku minta kuenya dong
2021-07-16
1
mama Al
keren mbak
2021-04-04
0
Cicik Imut
asyik
2021-03-29
0