"Lo ada rencana nyari bokap lo gak?" tanya Ella hati-hati.
Andra diam sejenak. Lalu ia tersenyum sambil memainkan jarinya di atas pasir.
"Gue sudah ikhlas El. Gue sudah mulai menerima kenyataan.
Papa pergi itu adalah pilihannya. Aku tidak punya hak untuk mengusiknya. Jika memang Papa masih sayang, dan peduli sama gue, suatu saat pasti akan pulang." jawab Andra.
Ella tersenyum mendengar jawaban Andra. Pemikiran yang sangat dewasa pikir Ella kala itu.
"Gue salut sama lo. Lo sekarang sudah banyak berubah Ndra, lo bisa bersikap dewasa, dan berpikir positif. Suatu saat lo pasti jadi orang yang hebat." ucap Ella sambil menepuk bahu Andra dengan pelan.
Andra meraih tangan Ella, dan menggenggamnya dengan erat.
"Bukan gue tapi kita.
Suatu saat lo, dan gue akan menjadi orang hebat. Gue yakin usaha lo ke London gak akan sia-sia." kata Andra.
Ella tersenyum lepas.
Matanya menatap lurus ke arah lautan. Rasa bahagia yang menjalar di hatinya, membuat dirinya seolah terbang bebas di awang-awang.
Beban dan kesulitan dalam hidupnya seakan tiada arti apa-apa. Ia merasa enggan meninggalkan tempat ini.
Entah karena tempat ini yang terlalu indah, atau karena ia tidak ingin jauh dari Andra.
"Apa kita sedang berkhayal Ndra?" tanya Ella sambil berdiri.
"Kita sedang membicarakan masa depan El. Satu minggu lagi kita mulai meniti jembatan ke arah sana.
Kita mulai merintis untuk menjadi orang hebat." jawab Andra sambil berdiri, dan merangkul Ella dari belakang.
Ella mendongak, menatap wajah Andra yang menempelkan dagunya di atas kepala Ella.
Tubuh Ella yang mungil, hanya sepadan dengan bahu Andra.
"Omongan lo kayak orang bener saja deh Ndra." ucap Ella sambil tertawa.
Dia mencoba menguasai dirinya yang sedang gugup. Debaran jantungnya kian menjadi-jadi.
"Memang lo pikir gue bukan orang bener, kenalin nih, calon pembisnis besar dimasa depan." kata Andra sambil melepaskan rangkulannya, dan menjajarkan dirinya di samping Ella.
"Aamiinn." jawab Ella dengan tawanya.
"Pulang yuk El, sudah malam." kata Andra kemudian.
Dalam hati Ella merasa sangat berat. Sejujurnya dia masih sangat betah di sini.
Namun apa bisa dikata, jarum jam sudah menunjukkan angka 10 malam. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.
"Yuk." jawab Ella.
Andra dan Ella berjalan bersama menuju mobilnya.
Meninggalkan sang ombak yang tetap bergulung berkejaran.
Meninggalkan sang purnama yang mulai merangkak naik.
Membiarkan angin malam menyentuh tubuhnya, dan memberantakkan rambutnya.
Mereka meninggalkan tempat itu dengan membawa rasa yang begitu bahagia.
***
Hari ini adalah hari Kamis.
Hari terakhir siswa kelas Xll masuk ke sekolah sebelum ujian.
Jum'at dan Sabtu mereka libur, para guru memberikan hari tenang bagi seluruh siswanya, agar mereka mempersiapkan diri untuk menempuh Ujian Nasional.
Saat jam istirahat, Ella, Andra, Vino, Riky, dan Nadhira sedang duduk bersama di bawah pohon rindang, di taman sekolah.
"Gue bisa gak ya ujian nanti." ucap Andra sambil memainkan bunga mawar yang tadi sempat dia petik.
"Penting yakin." jawab Vino.
"Penting usaha, dan berdoa, untuk hasilnya, serahin saja sama yang di Atas." Nadhira ikut menyahut.
"Kalian saja pada gak yakin, apalagi gue." timpal Riky sambil tertawa lebar.
Memang diantara mereka berlima, nilai Riky selalu yang paling bawah.
"Lo pasti bisa Ndra, gue percaya sama lo." kata Ella sambil tersenyum manis ke arah Andra.
"Egheemmm, Egheemmm." kata Riky menggoda Andra.
"Sudah disemangatin tuh." imbuh Vino.
"Sebentar lagi ada yang gak jomblo nih." sindir Nadhira.
Ella tersenyum malu-malu mendengar godaan dari teman-temannya.
"Kalian apaan sih, kayak gak pernah lihat gue sama Ella saja.
Kita sahabatan sudah dari dulu, sejak dari jaman batu." kata Andra.
"Tapi kayaknya sekarang beda deh Ndra, lo jadi lebih gimana gitu." ucap Vino.
"Perasaan lo saja kali." jawab Andra.
"Perasaan gue saja, atau memang perasaan lo yang mulai berubah." kata Vino.
Hati Ella kembali berdebar.
Dia penasaran bagaimana reaksi Andra, dan apa jawabannya.
Namun belum sempat Andra menjawab, seseorang datang menghampiri mereka.
Seorang wanita cantik, tinggi, langsing, kulitnya putih mulus tanpa cela. Hidungnya mancung dengan bibir tipis merah merona.
Memakai dress selutut warna biru, dan sepatu hak tinggi dengan warna yang senada. Rambut hitamnya yang lurus dengan curly dibagian bawah dibiarkan tergerai begitu saja.
"Andra." panggi wanita itu.
Andra menoleh, dia sempat kaget melihat kedatangan Suci.
Mereka sudah berpisah, untuk apa dia masih mencarinya. Bahkan sampai harus datang ke sekolah.
Ada hal penting apa gerangan?
Hati Andra mulai tidak tenang. Entah kenapa dia merasa sangat gelisah. Seolah kedatangan Suci membawa firasat buruk bagi dirinya.
Teman-temannya juga bingung, termasuk Ella.
Mereka memandang Andra, seakan meminta penjelasan. Namun yang dipandang hanya meggelengkan kepalanya.
"Suci, ada apa?" tanya Andra sambil berdiri.
"Aku mencari kamu. Aku perlu bicara sama kamu." jawab Suci.
"Bicara saja." ucap Andra dengan cuek.
"Tapi gak bisa di sini." kata Suci sambil memandang teman-teman Andra.
"Mereka teman-temanku.
Tidak apa-apa bicara saja." ucap Andra.
"Kamu yakin?" tanya Suci.
"Tentu saja." jawab Andra dengan mantap.
Lalu Suci mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan benda pipih panjang, dan memberikannya pada Andra.
"Aku hamil. Aku mengandung anak kamu." kata Suci dengan santainya.
Bagaikan petir ditengah badai.
Kata-kata Suci benar-benar membuat tubuh Ella bergetar. Kakinya seakan melemas. Pelupuk matanya mulai memanas, ia merasakan pandangannya menjadi buram, rupanya air mata telah menggenang di sana. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Menyisakan rasa yang teramat sakit di dalam dadanya.
"Tapi itu gak mungkin Suci." jawab Andra tidak percaya.
Jujur hatinya sangat takut.
Dia tidak ingin kecerobohannya merampas masa depannya.
"Gak mungkin kamu bilang Ndra.
Kita sudah melewati banyak malam bersama, dan kamu bilang gak mungkin, berengsek kamu Ndra." Jawab Suci mulai marah.
"Tapi, tapi..." ucap Andra dengan gugup.
"Tapi apa Ndra, hheehhh.
Sekarang aku tahu kenapa kamu mulai jauhin aku, kamu mulai menghindari aku. Karena kamu mau lari dari tanggungjawab. Pengecut kamu Andra." Suci mulai berteriak.
"Suci, kamu tenang dulu, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Kita melakukannya suka sama suka, aku gak pernah maksa kamu.
Jadi tolong kamu juga ngertiin aku.
Sebentar lagi aku ujian, kamu jangan bikin ulah di sini, kita bicarakan ini nanti saat aku sudah selesai ujian."
kata Andra sambil memegang kedua bahu Suci, dan mencoba menenangkannya.
Suci melepas tangan Andra dengan kasar.
"Aku gak percaya sama kamu. Aku tahu kamu hanya berniat mengulur waktu, setelah itu kamu akan pergi meninggalkan aku.
Lagipula sudah terlambat Ndra, aku sudah ngomong sama kepala sekolah, juga sama ibu kamu.
Aku mau kamu tanggungjawab.
Aku mau kamu segera nikahi aku." kata Suci sambil berlalu pergi meninggalkan Andra.
Andra masih terpaku.
Dia masih diam mematung bahkan sampai Suci tak terlihat lagi.
bersambung.....
**Jangan lupa vote like dan favoritnya ya readers.
Juga tinggalkan jejak dikolom komentar
Terima kasih
Happy reading yeach**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
wadaw..... ternyata Andra seperti itu
2022-02-28
1
sastra dendra
ohhhhh noooo🙅
2021-07-01
0
Masriokah
aduh. .andraaa.... koo.... bisa... kamu ngecewain ella....
2021-01-30
0