"Tante benar-benar gak tahu, sekarang harus bagaimana lagi Ella.
Tante benar-benar pusing." ucap Bu Mirna sambil memegangi kepalanya.
"Tante yang sabar ya, semua masalah pasti ada jalan keluarnya." jawab Ella sambil menggenggam tangan Bu Mirna.
"Andra adalah satu-satunya harapan Tante, dan sekarang Tante gak bisa berharap lagi sama dia.
Andra benar-benar bodoh. Tante merasa sangat marah padanya. Tante sangat kecewa Ella."
"Saya tahu Tante sangat kecewa. Saya juga tahu Tante sangat sedih.
Tapi sekarang Andra sedang kacau Tante, hatinya sedang hancur.
Dia butuh dukungan kita.
Kita tidak boleh menyudutkannya, dia akan semakin terpuruk.
Kalau boleh saya memohon, tolong jangan marahi dia Tante, dia sudah cukup sedih dengan masalah ini.
Tante bantu Andra ya, biar dia bisa mencari jalan keluarnya dengan baik. Saya mohon Tante." ucap Ella dengan lembut.
"Terima kasih sudah mengingatkan Tante. Dan terima kasih juga sudah mau menjadi teman Andra. Tante akan berusaha."
"Saya bahagia bisa menjadi teman Andra Tante. Saya rasa Tante sudah lebih baik, saya akan pamit pulang Tante."
"Baiklah, biar pak supir yang mengantarmu."
"Saya bisa pulang sendiri Tante."
"Jangan, supir Tante juga tidak sibuk kok. Biar dia mengantarmu."
"Baiklah Tante, terima kasih ya. Saya pamit dulu."
"Hati-hati ya."
Ella mengangguk, dan tersenyum.
Lalu ia melangkah keluar rumah.
Pak supir sudah menunggu di sana.
Bu Mirna menatap kepergian Ella dengan sendu.
"Kamu gadis yang sangat baik Ella.
Mudah-mudahan aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki masa depan Andra." ucap Bu Mirna seorang diri.
***
Setelah sampai di rumah, Ella langsung masuk ke dalam kamarnya. Kebetulan saat itu ibunya sedang tidak ada di rumah.
Beliau berkunjung ke rumah Mas Gilang. Mumpung hari ini tidak ada pesanan.
Ella terduduk lesu di lantai. Menyandarkan tubuhnya di tepi ranjang. Tanpa mengganti baju seragamnya terlebih dahulu. Dia meraih foto di atas meja, foto dirinya dan Andra.
Air mata kembali mengalir di pipinya. Rasa sakit menyayat perih didalam hatinya.
"Kenapa harus berakhir seperti ini Ndra." ucapnya sambil meraba foto Andra dan dirinya.
"Gue tulus sayang sama lo.
Gue sabar menanti cinta lo Ndra.
Tapi kenapa lo tega, gue kecewa sama lo Ndra.
Sebentar lagi lo nikah, gue udah gak ada harapan lagi sama lo. Gue gak boleh nunggu lo lagi."
Air matanya masih terus menetes.
Bahkan kini pigura foto yang ia pegang, telah basah karenanya.
Namun sejenak kemudian dia berdiri. Ia meletakkan kembali pigura foto di atas meja.
Dia melangkahkan kakinya mendekati jendela. Menatap kosong rerumputan yang tumbuh di samping rumahnya.
"Jalan gue masih panjang.
Waktu gak akan berhenti hanya karena patah hati. Gue masih punya mimpi yang lain. Gue harus membahagiakan Ibu, gue harus membuat Ibu bangga.
Lo sendiri yang mendorong gue untuk pergi Ndra." gumam Ella di sela-sela tangisnya.
Lalu ia merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.
"Hallo Assalamu'alaikum El." jawab seseorang di seberang sana.
"Waalaikumsalam Kak Dimas." jawab Ella dengan serak. Khas orang habis menangis.
"Kamu apa kabar El, suara kamu beda."
"Aku baik Kak. Kak Dimas sibuk gak?"
"Enggak, ini lagi di kantor tapi sudah mau pulang. Ada apa El ?"
"Kak Dimas aku..."
Ella masih menggantungkan kalimatnya. Dimas menunggu Ella berbicara. Namun hingga beberapa detik Ella masih diam.
"Ella, ada apa katakan saja.
Kamu lagi ada masalah?"
"Gak ada apa-apa Kak.
Aku hanya berubah pikiran, apa sudah terlambat?" tanya Ella.
"Maksud kamu?"
"Aku ingin kuliah di London Kak."
"Ohh itu. Bisa El, masih ada cukup waktu untuk mengurus surat-surat kamu, dan keperluan-keperluan lainnya. Kamu belum ujian kan El?"
"Belum Kak, Senin aku baru ujian."
"Oh bagus lah. Kamu belajar saja yang rajin. Persiapkan diri kamu sebaik-baiknya.
Nanti soal pendaftarannya, biar aku dan Yura yang mengurus. Nanti juga ada beberapa tes yang harus kamu ikuti."
"Makasih ya Kak. Sudah banyak membantu aku."
"Jangan terlalu sungkan, itu sudah seharusnya. Tapi kamu baik-baik saja kan El. Kamu berubah pikiran bukan karena ada masalah kan. Aku dengar suara kamu kayak beda, kamu gak lagi nangis kan."
"Enggak Kak, aku gak papa, aku hanya baru bangun tidur.
Maaf ya, nanti aku tidak bisa menemani Albert privat lagi."
"Tidak apa-apa jangan terlalu difikirkan. Masa depan kamu jauh lebih penting. Kejar cita-cita kamu, mumpung ada kesempatan."
"Makasih ya Kak."
"Iya. Aku juga senang bisa bantu kamu."
"Iya Kak. Ya sudah aku tutup ya Kak.
Assalamu'alaikum."
"Iya, hati-hati di sana.
Waalaikumsalam Ella."
***
Di waktu yang sama di rumah Andra.
Andra duduk di bawah jendela kamarnya.
Memeluk lututnya, dan menatap kosong lantai kamarnya.
Fikirannya kacau, dan hatinya kalut.
Dia menerawang jauh ke waktu-waktu yang telah lalu.
Kata-kata Ella saat itu terngiang kembali diingatannya.
"Jangan sampai kecerobohan lo yang tidak seberapa, menjadi bomerang besar untuk diri lo sendiri.
Jangan sampai kesalahan lo di masa lalu, menjadi penyesalan terbesar seumur hidup lo." kata-kata Ella waktu itu.
"Lo bener El. Sekarang kecerobohan itu benar-benar menjadi bomerang untuk diri gue. Dan mungkin juga akan menjadi penyesalan yang gak akan pernah bisa gue lupakan.
Gue bener-bener bodoh.
Bahkan mendapatkan ijazah SMA saja gue tidak bisa. Gue memang gak berguna." gumam Andra sambil merenungi nasibnya.
Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka. Ibunya yang datang.
Andra menoleh ke samping, dia membuang pandangannya, dia tidak ingin bertatap muka dengan ibunya.
Rasa kecewa masih terasa dalam hatinya. Mama pasti mau marah lagi, pikir Andra saat itu.
"Andra." panggil ibunya pelan sambil duduk di depan Andra.
"Maafkan Mama, tadi Mama terlalu emosi." sambung Bu Mirna sambil memeluk Andra.
Andra masih tidak percaya dengan perlakuan ibunya.
Tadi dia mengira ibunya akan marah lagi, meneriakinya, dan mungkin juga menamparnya.
Apa yang tadi Ella katakan?
Kenapa ibunya sampai bisa selembut ini.
"Sekarang jawab pertanyaan Mama dengan jujur, benarkah itu bukan anak kamu?" tanya Bu Mirna sambil melepas pelukannya, dan menatap Andra dengan lembut.
"Mungkin bukan Ma, aku memang melakukannya, tapi aku tidak seceroboh itu, maafin aku Ma." jawab Andra pelan.
Bu Mirna menghela nafas panjang, dan membuangnya dengan kasar.
Lalu ia kembali menatap Andra, dan mengusap kepalanya dengan lembut.
"Jangan larut dalam kesedihan.
Mungkin sekarang kamu kehilangan pendidikan, tapi bukan berarti kamu tidak punya masa depan. Kamu masih bisa memperbaikinya. Mama akan selalu ada untuk kamu. Bangkitlah, selesaikan masalah kamu dengan baik. Selidiki dengan pasti, jika memang itu anak kamu, nikahi dia, Mama tidak mau kamu lari dari tanggungjawab. Jika itu bukan anak kamu, cari ayah kandungnya untuk tanggungjawab.
Jangan mau dijadikan kambing hitam oleh oran lain."
Andra seakan tersadar dari lamunannya. Dia membenarkan perkataan ibunya.
Dia memang harus bangkit. Dia harus meluruskan masalah ini secepatnya.
"Mama benar, aku akan segera menyeleseikan masalah ini Ma.
Maaf sudah memberikan aib, dan beban untuk Mama." ucap Andra.
"Selama ini Mama juga salah.
Mama kurang memperhatikan kamu. Seleseikan masalah ini sebaik mungkin, jadikan ini sebagai pelajaran.
Jangan mengulang kesalahan yang sama di masa depan. Beri tahu Mama jika kamu mengalami kesulitan, dan butuh bantuan."
"Baik Ma." jawab Andra sambil tersenyum.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Jong Nyuk Tjen
andra itu kebangetan banget deh , masa sih ga bs ngerasain perasaan cinta ella ke dirinya? mana ad persahabatan antara pria n wanita begitu lama tnpa ad rasa apa2 ? nah itu bodoh ny andra, terlalu sibuk am celap celup ny selama ini am cewek2 pacarnya. Ella mending am pria lain deh yg lbh bersih
2023-05-12
0
Sufisa ~ IG : Sufisa88
Ella... lop yu😘😘
2021-01-23
2
Tarie Maryadi
Andra mungkin akan terpuruk setelah kepergian Ella, serba salah sih
2020-11-22
1