Ella tertegun di teras rumahnya.
Matanya memandang heran ke arah taxi yang berhenti di depannya.
Hatinya masih terganggu. Dari kemarin siang tak ada kabar dari Andra. Mereka bertemu terakhir kali di sekolah.
Lalu Andra seolah menghilang. Beberapa pesan chat Ella kirimkan, namun tak ada balasan dari Andra. Beberapa kali Ella menelfon, namun juga tidak ada jawaban.
"Maaf apa benar Anda Nona Ella?"
tanya supir taxi.
"Benar, ada apa ya Pak?" Ella balik bertanya.
"Kalau begitu silakan masuk Non.
Saya akan mengantar Anda ke sekolah." jawab supir itu.
"Tapi saya tidak pesan taxi Pak." ucap Ella.
"Pemesannya atas nama Tuan Andra Nona. Dia menyuruh saya mengantarkan Anda ke sekolah, ini bukti orderannya." kata supir taxi sambil menunjukkan ponselnya.
Dan Ella dapat melihat jika memang Andra pemesannya.
"Tidak biasanya Andra memesan taxi untukku tanpa memberi kabar.
Lo baik-baik aja kan Ndra?" batin Ella.
Tanpa pikir panjang Ella masuk ke dalam taxi, dan dia duduk di bangku belakang.
Lalu Ella mengeluarkan ponselnya, dan mencoba menghubungi Andra.
Satu kali, dua kali, tiga kali masih tidak ada jawaban. Ella membuang nafasnya dengan kasar. Marah, kesal, sedih, dan khawatir bercampur menjadi satu mengacaukan perasaannya.
***
Bel istirahat berbunyi sejak beberapa waktu lalu. Namun Ella masih diam di tempat duduknya. Tangannya membolak-balikkan ponsel, mengharap ada notif pesan dari Andra.
Sesekali matanya menatap ke arah bangku kosong di barisan samping. Tempat duduk Andra, hari ini tak disentuh sama sekali oleh sang empunya.
"Ell, kantin yuk, gue laper nih."
ucap Nadhira untuk yang kesekian kalinya.
"Gue lagi males Nad. Sorry ya." jawab Ella dengan lesu.
"Bareng kita saja yuk." sahut Riky mengajak Nadhira.
"El, lo gak papa gue tinggal.
Gue laper." kata Nadhira sambil memegangi perutnya.
"Gue gak papa, lo ke kantin saja.
Sorry ya gue gak bisa nemanin lo." jawab Ella.
"Ya sudah gue tinggal sebentar ya.
Lo mau nitip sesuatu gak, gue beliin?" tanya Nadhira.
"Enggak usah, gue kenyang." jawab Ella.
Lalu Nadhira, Riky, dan Vino pergi meninggalkan kelas. Sesampainya di depan pintu, Vino menoleh. Pandangannya sendu menatap Ella, ada sesuatu yang mengganjal didalam hatinya.
Beberapa menit setelah Nadhira, dan teman-temannya pergi. Felisya masuk kedalam kelas, bersama dua orang temannya, Sandra dan Dinar.
Felisya langsung mendekati Ella, ia berdiri didepan Ella sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Andra kemana?" tanya Felisya tanpa basa-basi.
"Gue gak tahu." jawab Ella dengan singkat.
Suasana hatinya sedang buruk, ia tak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk Felisya.
"Lo jangan belagu ya. Lo pasti tahu kenapa Andra gak masuk sekolah." kata Felisya dengan ketusnya.
"Gue gak tahu." jawab Ella singkat.
"Lo jangan bohong ya. Lo takut kan saingan sama gue.
Jangan mentang-mentang Andra dekat sama lo, lo bisa bermimpi memiliki Andra, ngaca dong, lo gak pantas buat dia." ucap Felisya sambil menunjuk nunjuk wajah Ella.
"Gue lagi gak mood ngobrol sama lo, mendingan lo pergi saja deh." jawab Ella
"Lo berani sama gue. Lo pikir gue suka ngobrol sama lo.
Kalau bukan karena Andra, gue gak sudi ngomong sama lo." ucap Felisya sambil melotot.
"Lo bertanya ke orang yang salah. Gue beneran gak tahu Andra kemana. Kenapa lo gak tanya saja ke Vani. Dia pacarnya pasti dia lebih tahu." ucap Ella.
Dan ucapannya sukses membuat Felisya marah. Dia benar-benar benci jika ada gadis lain yang menyandang status pacar Andra. Mendengar nama Vani, hatinya terasa panas.
Menurut rumor yang beredar Andra memang sempat dekat dengan Vani.
Namun Felisya tak menyangka jika mereka sudah benar-benar pacaran.
Tanpa berkata apa-apa Felisya, dan kedua temannya melangkah pergi, kelas Vani adalah tujuannya.
Ella memandang mereka tanpa peduli. Mau kemana mereka, apa yang akan dilakukannya, terserah.
Mau menemui Vani atau tidak, juga terserah. Mereka mau bertengkar juga biarlah.
Toh sudah sama-sama besar, pasti sudah bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah.
***
Ella berjalan keluar dari gerbang sekolah. Mengayunkan kakinya selangkah demi selangkah sambil menunggu angkot yang lewat.
Sejujurnya ia ingin berkunjung ke rumah Andra. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya, sekaligus pujaan hatinya.
Namun hari ini ada banyak orderan, jadi Ella harus secepatnya pulang, dan mengantarkan pesanan.
"El."
Ella menoleh kala mendengar namanya dipanggil.
Dan tampak di sana Vino sedang tersenyum dari dalam kemudinya.
"Masuk gih, gue anter." ucap Vino.
"Gue gak mau ngrepotin lo." jawab Ella
"Gue gak merasa repot El." kata Vino.
"Tapi gue bisa pulang sendiri Vin."
Ella memang sengaja menghindari Vino. Dia tidak mau Vino kembali mengorek tentang perasaannya.
"Apa cuma Andra yang lo anggap sahabat?" tanya Vino.
Ella yang tadi sudah bersiap untuk pergi. Sontak menoleh saat mendengar pertanyaan Vino.
"Maksud lo?'' tanya Ella bingung.
"Gue cuma pengen jagain lo, sesulit itukah dekat sama gue.
Seburuk itukah gue dimata lo El?"
Kata-kata Vino membuat Ella tertegun. Dia tidak mengerti dengan maksud Vino.
Semilir angin bertiup menerpa rambut Ella, yang waktu itu sekedar digerai.
Vino keluar dari dalam mobil. Ia mendekati Ella, dan merapikan rambutnya yang berantakan di area wajahnya.
"Gue pengen gantiin Andra, saat dia tidak ada." ucap Vino dengan pelan, dan tersenyum lembut di depan wajah Ella.
Ella masih tidak bicara, tapi dia tidak menolak saat Vino menuntunnya masuk ke mobil.
Ella duduk di samping Vino. Membiarkan Vino memasangkan sabuk pengaman padanya. Lalu ia melihat Vino yang mulai menghidupkan mesin mobilnya.
Dan ia merasakan mobil yang perlahan mulai bergerak.
"Hemmhhh, harus pakai drama gitu ya, baru lo nurut El. Lo gak tahu sih, gimana mencak-mencaknya Andra kalau gue gak nganterin lo, dan membiarkan lo naik angkot. Please deh jangan tempatkan gue diposisi yang sulit." ucap Vino dalam hatinya.
Satu menit, dua menit, sampai lima menit masih hening. Baik Vino maupun Ella tidak ada yang berbicara. Ella membuang pandangannya kesamping. Menatap gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan lewat kaca mobil.
"Apa gedung-gedung itu lebih menarik dari pada gue El?" tanya Vino tiba-tiba.
"Haahhh...a...apa..." jawab Ella sambil menoleh.
"Lo dari tadi cuma melihat kesamping, gak ikhlas banget ya pulang bareng gue." gerutu Vino.
"Sorry, bukan begitu Vin, gue cuma gak tahu saja mau ngomong apa, lo dari tadi juga diam." ucap Ella.
"Lo bisa kok ngomongin Andra." ucap Vino sambil tersenyum jahil.
"Maksud lo?" tanya Ella bingung.
Vino tersenyum. Ia memandang Ella yang telah memasang wajah kesal.
Dan dapat Vino lihat dengan jelas jika pipinya mulai memerah.
"Bukan apa-apa, cuma pengen bilang, kalau gue juga bisa jadi tempat curhat lo.
Gue bisa jadi pendengar dan pemberi solusi yang baik." kata Vino sambil tersenyum lebar.
"Gue tahu lo cinta sama Andra El, kenapa gak jujur aja sih." batin Vino.
Ella menoleh kaget.
Apa sebenarnya maksud Vino.
Apa dia benar-benar tahu tentang perasaannya.
Di tunggu saran dan dukungannya ya readers.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
duh perhatian banget si ndra .... gini bilang g cinta
2022-02-28
1
Naila Zakhwan
beda kelas emang ya kalo orang berpendidikan ngomong bisa alus pisan euy 🤭🤭
2020-12-09
2
Sheren Monica Febrin
beda ya sekolah anak orang kaya, datangnya pkek mobil semua 🤪
2020-11-22
1