Andra dan kedua temannya keluar dari ruangan kepala sekolah.
Raut sedih, dan kecewa terpancar jelas di wajah mereka. Dan belum jauh mereka berjalan, tiba-tiba Vino dan Ella sudah datang.
"Bagaimana Ndra?" tanya Ella.
Andra tidak menjawab, dia hanya menyodorkan kertas putih yang sedang dipegangnya. Hanya melihatnya sekilas saja Ella sudah paham. Andra sudah dikeluarkan dari sekolah. Dia bukan lagi siswa di SMA Harapan.
"Gue gak akan pulang dulu hari ini.
Gue belum siap menghadapi Mama." ucap Andra.
"Lo jangan gila Ndra. Lo harus selesain masalah lo secepatnya." kata Ella.
"Gue belum siap ketemu Mama El,
Mama pasti marah banget, gue butuh waktu." jawab Andra.
"Sampai kapan ? Dengan lo menghindar, itu malah membuat Tante Mirna semakin marah. Lebih baik lo segera pulang, dan lo ngomong baik-baik."
"Tapi Mama pasti marah El."
"Lebih baik marah sekarang dari pada nanti, lo gak mungkin kan selamanya sembunyi terus, jika lo ngomong sama Tante Mirna sekarang, mungkin Tante Mirna masih bisa mengerti, dan bisa bantu lo. Tapi jika lo sembunyi, menghindari Tante Mirna, dia akan semakin murka Ndra." terang Ella.
"Tapi gue yakin, itu bukan anak gue."
"Anak lo atau bukan sekarang lo gak punya bukti. Suci anak orang kaya, tanpa punya bukti yang jelas lo gak bisa lari begitu saja dari dia. Dan gue rasa dia juga gak bodoh, dia pasti punya alasan yang kuat sebelum meminta pertanggungjawaban dari lo.
Apalagi lo sendiri sudah mengakui, kalau lo pernah tidur dengan dia, lo fikir posisi lo mudah." jawab Ella.
"Gue setuju sama pendapat Ella." ucap Vino.
"Lebih baik lo segera pulang, lo bicarakan masalah ini baik-baik, gue akan temani lo, gue bantu lo ngomong sama Tante Mirna." sambung Vino.
"Lo jangan gila Vin, gue gak mau Mama ngelibatin lo dalam hal ini.
Gue gak mau lo dapat masalah cuma gara-gara gue, ingat Vin, di keluarga lo, posisi lo itu sulit."
"Tapi lo juga teman gue Ndra, gue gak mungkin diam saja saat lo ada masalah." jawab Vino.
Dan Riky juga mengangguk membenarkan kata-kata Vino, dia juga ingin membantu Andra.
"Kalian di sini saja. Biar gue yang menemani Andra, gue akan bantu dia ngomong sama Tante Mirna.
Hubungan gue, dan Tante Mirna cukup baik, jadi gue rasa gak akan ada apa-apa." kata Ella.
"Tapi El." ucap Vino.
"Gue dan Andra akan baik-baik saja Vin. Lo percaya saja sama gue." jawab Ella sambil tersenyum.
Ella berusaha setegar mungkin. Dia tidak boleh terlihat sedih apa lagi menangis. Karena itu akan membuat Andra semakin hancur.
Seperti yang dikatakan Vino, yang dibutuhkan Andra sekarang adalah dukungan, agar dia tidak semakin terpuruk. Agar dia bisa bangkit, dan menyelesaikan masalah ini dengan baik.
"Baiklah, gue akan pulang sama Ella." kata Andra.
"Tunggu sebentar, gue akan minta ijin dulu ke ruang guru." ucap Ella.
***
Di garasi rumahnya, Andra memarkirkan mobilnya.
Nyalinya menciut menatap pintu rumah yang terbuka lebar. Seolah memang menunggu kedatangannya. Entah kenapa waktu serasa berjalan lebih cepat. Sepertinya baru beberapa menit yang lalu dia masih menatap pintu gerbang sekolahnya.
Ah ternyata itu adalah terakhir kalinya ia keluar melewati pintu gerbang itu. Untuk selanjutnya dia tidak akan lagi datang ke tempat itu. Tempat yang menyimpan banyak kenangan. Tempat yang menjadi saksi bagaimana nakalnya dia, bagaimana playboynya dia, bagaimana pusingnya dia saat ujian. Dan tempat yang menjadi saksi betapa dekatnya dia dengan Ella.
Banyak hal yang telah dia lalui bersama Ella di tempat itu.
Bercanda bersama, makan bersama, dan masih banyak lagi lainnya. Dan sekarang dia telah mengecewakan sahabat baiknya itu.
Pikiran Andra menerawang jauh ke masa-masa dulu. Dari mulai pertama kali ia menginjakkan kakinya di sekolah itu, hingga hari kemarin. Dia masih bisa tertawa di tempat itu.
Andra tiba-tiba merasa tangannya menghangat. Rupanya Ella yang menggenggamnya.
Dia menatap wajah gadis itu, dia melihat gadis itu tersenyum. Rasa hangat menjalar di hati Andra, memberikan kekuatan untuk dirinya. Dia merasa perasaannya sedikit membaik.
"Lo pasti bisa. Gue yakin." ucap Ella meyakinkan Andra.
Andra mengangguk, dan tersenyum.
Lalu mereka keluar dari mobil, dan mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah.
Baru beberapa langkah mereka masuk, seorang wanita datang menghampiri mereka.
Dia adalah Bu Mirna, ibunya Andra.
PLAAKK.
PLAAKK.
Dua kali tamparan keras mendarat di pipi Andra. Tubuhnya terhuyung ke samping dan nyaris terjatuh, namun Ella menopangnya, dan membantunya tetap berdiri tegak.
"Mama kecewa sama kamu Andra.
Mama sangat kecewa!" teriak Bu Mirna, dadanya terlihat naik turun menahan amarah.
"Maafkan Andra Ma, Andra salah."
ucap Andra sambil menunduk.
Jika memang ibunya akan menampar lagi ia terima. Dia memang pantas mendapatkannya.
"Setelah seperti ini , kamu baru bisa mengucapkan kata maaf.
Kemarin-kemarin kesadaran kamu dimana, kamu fikir nasihat Mama itu hanya lelucon Andra. Kamu benar-benar keterlaluan. Mama sangat kecewa dengan kamu." kata Bu Mirna berapi-api.
Andra diam, tidak berani menjawab perkataan ibunya.
Ella mendekati Bu Mirna, membimbingnya untuk duduk di sofa. Dan Ella juga ikut duduk di sebelahnya.
"Tante tenang ya, semua akan baik-baik saja."
"Mana mungkin Tante bisa tenang Ella. Sekarang masa depan Andra sudah hancur, sebentar lagi dia akan menikah, dan Tante tidak tahu tentang wanita itu, entah dia pantas atau tidak untuk Andra. Dia sudah membuat aib besar untuk keluarga ini." jawab Bu Mirna.
"Kita pasti punya jalan keluarnya Tante, kita berusaha bersama-sama." ucap Ella menenangkan Bu Mirna.
"Kamu lihat, kamu lihat Andra.
Ella begitu baik, kamu berteman dekat dengan dia, kenapa kamu tidak bisa belajar dari dia.
Kenapa kamu sampai bisa menghamili anak orang Andra.
Apa yang sebenarnya ada di fikiran kamu." kata Bu Mirna sambil menunjuk-nunjuk ke arah Andra.
"Itu bukan anakku Ma, aku yakin itu." jawab Andra.
"Lalu kenapa dia bisa minta pertanggungjawaban kamu?"
"Maaf Ma." jawab Andra sambil menunduk.
"Karena kamu pernah tidur dengan dia. Iya Andra? Jawab!"
"Maaf Ma." lagi-lagi hanya kata maaf.
"Kenapa kamu bisa cari pacar yang seperti itu. Setidaknya kamu cari dong yang seperti Ella. Yang punya kepribadian baik, dan juga punya harga diri. Yang bisa menjadi pengaruh positif untuk kamu."
Andra tidak menjawab. Dia terpaku menyesali kesalahannya. Bu Mirna sudah mulai tenang. Ella mengambilkan segelas air putih, dan membantunya minum.
"Kenapa kamu tidak bisa seperti dia." ucap Bu Mirna sangat pelan, namun masih bisa di dengar oleh Ella maupun Andra.
Mendengar kalimat ibunya, Andra mendongak. Lalu ia melangkahkan kakinya. Ia hendak pergi ke kamarnya. Namun sebelum kakinya meyentuh anak tangga pertama, ia menoleh menatap ibunya.
"Karena aku bukan dia Ma.
Aku tahu, aku mengecewakan dan tidak berguna, tapi aku bangga menjadi diriku sendiri." jawab Andra. Nada suaranya terdengar sangat berat.
Lalu Andra berlalu pergi begitu saja.
Ella menatap Andra tidak mengerti.
Kenapa dia begitu marah saat Bu Mirna membandingkannya dengan dirinya.
"Kenapa Andra sangat marah.
Bukan hanya kali ini Tante Mirna membandingkannya dengan gue.
Tapi biasanya Andra hanya tertawa. Kenapa kali ini beda, apa karena dia sedang ada masalah." batin Ella.
bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Dewi Sariyanti
Itu si maknya andra mungkin gk punya kaca, gimana anak nya mau bener, lha wong ibunya aja gk bener, punya suami tp punya anak dr pria lain. ini aq bacanya cerita ghani dan bylla dulu, makanyq sedikit banyak tau kisah keluarga andra.
2022-10-14
0
Miss asthura
dia tu spa sich
2021-05-24
0
Kendarsih Keken
dia di sini apa kah bpk nya Bylla
2021-04-16
0