3. Kericuhan Karena Kaivan

Kaivan, mengernyitkan keningnya saat Airin tak merespon ucapannya, tapi malah menyinggung soal bajunya. "Ada apa dengan bajuku?" tanyanya, suaranya datar tapi tegas.

Airin menggigit bibir bawahnya, sedikit gelisah. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Ah, itu... sebaiknya kamu lepaskan kemejamu. Kami perlu membersihkan tubuhmu dan memastikan tidak ada luka yang terlewat, karena... bajumu sudah banyak yang sobek dan kotor," akhirnya Airin berkata, suaranya lirih namun terdengar tegas.

Nenek Asih menimpali, nada bicaranya penuh kelembutan. "Benar, Nak. Luka kecil pun harus kami periksa, siapa tahu ada yang kotor atau mulai infeksi. Jangan khawatir, kami hanya ingin membantu."

Kaivan terdiam sejenak, merasakan kehangatan di balik nada suara mereka. Meskipun ia masih diliputi kecurigaan, tidak ada alasan logis untuk menolak bantuan mereka dalam kondisi seperti ini. Akhirnya, dengan sedikit menghela napas, ia mengangguk kecil. "Baiklah," jawabnya singkat, lalu mulai melepaskan kemejanya perlahan.

Entah mengapa jantung Airin mulai berdegup kencang saat jemari Kaivan mulai melepas satu per satu kancing kemejanya. Ia menelan ludah dengan kasar ketika dada bidang dan perut sixpack pria itu terpampang jelas di hadapannya. Napasnya tertahan sesaat. Baru kali ini ia melihat bentuk tubuh pria yang, dalam pikirannya, nyaris sempurna.

Airin mencoba memalingkan pandangan, tetapi matanya kembali terpaku tanpa bisa ia cegah. Pipi gadis itu perlahan memerah, membuatnya tampak gugup.

Sementara itu, Nenek Asih yang mengamati dari dekat mengulum senyum kecil. Ia jelas melihat betapa cucunya terpesona oleh penampilan pria asing itu. Namun, dengan suara lembut, ia berusaha mengembalikan fokus Airin. "Airin, cepat ganti airnya dengan yang baru. Jangan terlalu lama melamun."

Airin tersentak mendengar teguran neneknya. "Ah, iya, Nek!" Ia cepat-cepat mengambil baskom yang airnya sudah kotor, hampir tersandung kakinya sendiri. Saat ia menjauh untuk mengganti air di baskom, wajahnya benar-benar merah, campuran antara malu dan gugup,

Kaivan, yang tidak bisa melihat, hanya diam, tidak menyadari kericuhan kecil yang disebabkan oleh tubuh atletisnya. "Apa ada luka di tubuhku, Nek?" tanyanya dengan nada datar, membuat Nenek Asih tersenyum tipis.

"Ada beberapa luka kecil, Nak," jawab Nenek Asih, masih dengan kelembutan khasnya.

Tak lama, Airin kembali dengan baskom berisi air bersih. Nenek Asih menoleh dan berkata dengan lembut, "Airin, kamu yang menyeka tubuh Nak Ivan. Nenek akan menyiapkan bubur hangat untuknya."

Airin mematung sejenak, memegang baskom dengan erat seolah itu menjadi tempat bersandarnya keberanian. "A-aku, Nek?" tanyanya ragu.

"Ya, siapa lagi? Jangan terlalu dipikirkan. Dia juga butuh dirawat," ujar Nenek Asih, tersenyum tipis sebelum meninggalkan ruangan.

Kini hanya ada Airin dan Kaivan. Gadis itu duduk perlahan di samping Kaivan, menatap pria itu yang duduk diam dengan wajah datarnya. Airin menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan debaran jantung yang semakin liar. Tangannya mulai mencelupkan kain bersih ke dalam air, namun sedikit gemetar saat mengangkatnya.

Saat kain itu menyentuh bahu Kaivan, Airin menarik napas dalam-dalam. Kaivan adalah pria pertama yang begitu dekat dan bersentuhan langsung dengannya. Meskipun masih dibatasi kain, tubuh atletis di depannya membuatnya sulit berkonsentrasi. Dada bidang, otot lengan yang kokoh, dan kulit putih hangat yang terasa di bawah sentuhannya benar-benar membuatnya grogi.

Kaivan yang duduk diam mulai menyadari keraguan Airin. "Apa aku menyulitkanmu?" tanyanya tiba-tiba, dengan nada datar namun penuh perhatian.

Airin tersentak. "T-tidak. Aku hanya... belum pernah melakukan ini sebelumnya. Aku tak pernah sedekat ini dengan seorang pria," jawabnya terbata, tapi jujur, berusaha menghindari tatapan Kaivan, meskipun pria itu tak bisa melihat.

Kaivan tersenyum tipis, nyaris tak kentara. "Terima kasih, Airin. Aku tahu ini pasti tidak mudah bagimu," ucapnya dengan nada tenang, namun tulus.

Airin tertegun sejenak. Suara Kaivan yang biasanya terdengar datar, bahkan terkadang terkesan dingin, kini terasa lebih hangat, seperti percikan kecil yang menenangkan kegugupannya. Ia mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil. "Nggak apa-apa. Hitung-hitung latihan mengurus suamiku nanti," selorohnya, meski ada nada malu-malu dalam suaranya.

Kaivan mengangkat sedikit alisnya, tapi tak menanggapi. Ia hanya diam, membiarkan Airin melanjutkan tugasnya.

Dengan hati-hati, Airin kembali mencelupkan kain ke dalam baskom, lalu menyeka tubuh Kaivan. Namun, matanya tak bisa sepenuhnya berpaling dari tubuh pria itu. Dada bidang dan otot-ototnya yang terlihat jelas membuat wajahnya merona semakin dalam. Ia berusaha keras menjaga fokusnya, meski jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya.

Untuk sejenak suasana menjadi hening. Kaivan memiringkan kepalanya sedikit, sedari tadi mencoba membaca nada suara gadis itu dan neneknya. Batin kecilnya berkata untuk menaruh kepercayaan, tapi sisi lain dari dirinya masih bertahan. "Apa aku bisa percaya pada mereka?" Namun, untuk saat ini, ia memilih untuk tetap diam dan menerima kebaikan mereka.

Kendati demikian, setiap gerakan lembut Airin dan neneknya membuatnya sulit mempertahankan dinding emosinya yang dingin. Sentuhan tangan Airin yang hati-hati dan kelembutan suara Nenek Asih perlahan melunturkan kecurigaannya. Dalam kegelapan yang menyelimuti penglihatannya, setiap sentuhan Airin dan neneknya membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

Kaivan menghela napas pelan. "Kita tak saling mengenal, mengapa kamu berusaha payah menolongku? Kenapa kalian begitu peduli padaku?” Suaranya serak dan berat, tapi tetap terdengar penuh ketegasan.

Airin yang masih membersihkan tubuh Kaivan, menatap pria itu dengan tatapan tenang. "Kenapa kamu menanyakan itu lagi? Jika aku melihat kucing terluka di pinggir jalan, aku pasti menolongnya, apalagi kamu manusia, mana mungkin aku membiarkan kamu mati begitu saja. Itu saja.”

Kaivan menunduk, sejenak merenung. Sesuatu dalam kata-kata Airin membuatnya terdiam, meski ia tak ingin mengakui ada sedikit rasa hangat yang muncul dari perlakuan Airin dan neneknya. Setelah beberapa saat, Kaivan menatapnya dengan pandangan kosong, meskipun ia tak dapat melihat. “Baiklah, sekali lagi terima kasih,” katanya pelan, tanpa ekspresi, namun jelas ada perubahan dalam nada suaranya.

"Hum," sahut Airin seraya meletakkan kain basah yang baru ia peras di baskom, memandang Kaivan yang kini sudah bersih dari lumpur sungai. Airin memperhatikan pria yang duduk di sampingnya dengan cermat. Meski wajahnya penuh goresan dan sebagian besar tertutup oleh brewok yang lebat, namun semua itu tidak bisa menutupi wajah tampannya. Hidungnya yang mancung, mata hitam legam dengan sorot yang tajam meski kini terlihat lelah, alisnya yang tebal, serta bibirnya, ah, bibir itu. Ada sesuatu yang membuatnya terlihat... seksi.

Airin menunduk cepat, menyadari pikirannya mulai melantur. Ia menggelengkan kepala kecil-kecil, mencoba mengalihkan perhatian pada luka-luka di tubuh pria itu. "Apa yang sedang kupikirkan? Fokus, Airin," gumamnya dalam hati sambil mengambil kain bersih untuk menyeka luka di pelipisnya. Namun, mata itu... meski tertutup sesaat, seperti memiliki daya tarik yang tak bisa ia abaikan.

"Siapa sebenarnya pria ini?" pikir Airin sambil melirik sekilas ke arah Kaivan. Tubuhnya putih bersih dan nampak terawat, terlalu kontras dengan keadaan yang ditemuinya di pinggir sungai. "Apa dia orang kaya? Tapi, meski tidak kaya, orang kota memang biasanya kulitnya putih, 'kan? Lalu kenapa dia bilang tak ada yang bisa dihubungi? Apa dia sebatang kara?" gumamnya dalam hati, rasa penasaran menguasai dirinya.

Ia menggigit bibir bawahnya pelan, mencoba mengabaikan pikiran-pikiran itu. Namun, tatapan kosong pria di depannya, meski tak bisa melihat, seolah menyimpan sesuatu yang ingin ia ketahui lebih dalam.

Airin, nenek Asih dan Kaivan tak menyadari, sejak Airin membawa Kaivan pulang tadi, sepasang mata tajam terus mengawasinya dari balik rerimbunan pohon. Sosok itu berdiri diam, membaur dengan bayang-bayang mentari yang sedikit tertutup awan. Sebuah senyum tipis namun penuh arti terukir di wajahnya.

Sosok itu melangkah mundur perlahan, menjauh tanpa suara, bayangannya menghilang di antara pepohonan.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

apa mungkin orang yang mengintip Airin anak buah atau orang suruhan juragan Wongso . kebiasaan mah kak Nana selalu bikin penasaran di akhir bab .
kira-kira kalau mereka si Airin dan Ivan nanti menikah , Ivan unboxing gak ya , kan dia gak bisa lihat kan harus meraba-raba dulu 🤭🤣🤣🤣 . kenapa ya belum apa-apa otakku udah ngeres aja dulu . 🤣🤣🤣

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-11-29

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

siapakah gerangan orang yg sedang mengawasi mereka bertiga,jgn sampai orang² jahat yg akan mencelakai Kaivan ato orang lain yg akan memanfaatkan Kaivan...semoga mereka bertiga di lindungi...sepertinya Airin jg anak dari org kaya..yg hilang trs di temukan oleh si Nenek..mungkin sj itu jodohnya Kaivan

2024-11-29

2

septiana

septiana

siapa orang yg sedang mengintai kaivan????🤔 apakah orang2 yg telah mencelakai kaivan atau malah yg lain. sungguh penuh misteri.. di tunggu kelanjutannya kak Nana,masih penasaran sama alur ceritanya..💪💪💖

2024-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!