16. DSSD

Hari ini, Kaivan merasa lebih baik. Meskipun penglihatannya masih kabur, ia merasa ada perubahan kecil. Sejak pagi, ia merahasiakan kondisinya kepada Airin, berusaha agar istrinya tidak khawatir lebih dari yang sudah ada.

Airin, yang penuh perhatian, memutuskan untuk membawa Kaivan ke kota. Ia berharap perjalanan ini bisa sedikit mengalihkan perhatian suaminya dari perasaan kesulitan yang terus mengganggu mereka.

Beberapa menit setelah Airin dan Kaivan meninggalkan desa itu, Supar berdiri di depan Wongso, wajahnya tampak cemas. "Juragan, tadi saya melihat Airin keluar desa bersama suaminya, naik ojek," lapornya dengan suara pelan.

Wongso, yang sedang duduk di teras rumahnya, langsung bangkit berdiri. "Kenapa kau baru bilang sekarang?!" bentaknya dengan nada penuh amarah.

Supar menunduk, mencoba menjelaskan. "Saya bingung harus bagaimana, Juragan. Saya tak punya kendaraan untuk menyusul mereka. Jadi, saya mencari tahu dari warga dan akhirnya tahu mereka naik bus menuju kota."

Wongso mendengus kesal, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Dasar tidak berguna! Cepat kumpulkan anak buahku sekarang juga!" perintahnya dengan suara tegas.

Supar mengangguk cepat, wajahnya semakin tertunduk. "Baik, Juragan," jawabnya sebelum berbalik untuk melaksanakan perintah. Namun, saat langkahnya menjauh, ia mendengar Wongso bergumam pelan tapi penuh dendam.

"Pria buta itu... aku akan menghajarnya saat dia kembali nanti."

Supar berhenti sejenak, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tak berani menoleh, tapi hatinya bergolak. "Kenapa Juragan begitu kejam? Kenapa bersikeras menginginkan Airin? Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya dalam hati, sebelum melangkah pergi dengan berat.

***

Setelah menempuh hampir tiga jam perjalanan, akhirnya Kaivan dan Airin tiba di kota, Kaivan dengan lembut memintanya, "Airin, bawa aku ke toko jam tangan terbesar di sini."

Airin hanya mengangguk dan membawanya tanpa banyak bertanya, meski dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Kaivan begitu ingin ke sana.

Mereka memasuki toko jam tangan yang mewah, dan pelayan toko dengan ekspresi datar melihat mereka berdua.

"Kak, kami ingin menjual jam tangan," ucap Airin seraya berdiri di depan etalase.

Mendengar perkataan Airin, ekspresi pelayan itu berubah. Ada tatapan meremehkan yang tak bisa disembunyikan.

“Maaf, tapi hanya jam tangan berkelas yang bisa kami terima di sini," kata pelayan itu dengan nada tidak ramah. Ia melirik Kaivan yang tampak buta dan Airin yang sederhana. "Mungkin kalian lebih baik mencari tempat lain."

Kaivan terdiam sejenak, wajahnya sedikit mengerut menahan amarah. Dengan suara yang tetap tenang namun penuh tekanan, ia mendengus kesal. "Beritahu pemilik toko ini," katanya dengan nada yang sedikit lebih tinggi, "Saya ingin menjual jam tangan DSSD (Deepsea Sea-Dweller) saya."

Pelayan itu mengangkat alis, tak percaya, lalu tertawa kecil. DSSD? Kamu pasti bercanda. Jam tangan seperti itu tidak mungkin milik orang seperti kalian," katanya, meremehkan.

Sedangkan Airin nampak mengernyitkan keningnya, ia merasa tak pernah mendengar merek jam tangan yang disebutkan Kaivan.

Namun, Kaivan yang masih bisa melihat samar mulai menatap pelayan itu dengan tatapan tajam yang cukup untuk membuat siapa pun merasa tidak nyaman. Dengan suara yang dingin, ia berkata, "Panggil pemilik toko. Saya ingin bicara dengannya."

Airin yang berdiri di samping Kaivan menatap pria itu dengan mata yang sedikit terbelalak, terkejut dengan perubahan sikap suaminya. Ia merasa jantungnya berdebar cepat. Ia tahu, meskipun Kaivan hanya bisa melihat sedikit, ekspresinya yang dingin dan sikap tegasnya cukup untuk membuat siapa saja merasa terintimidasi. Rasa hormat dan ketegasan yang terkandung dalam suara Kaivan mengalahkan ketidakpastian yang ia rasakan sebelumnya.

Pelayan lain dan semua orang yang ada di tempat itu menoleh ke arah Kaivan, merasakan aura intimidasi yang menguar kuat dari pria itu.

Pelayan itu, yang semula meremehkan mereka, terdiam sejenak, merasa tidak enak. Matanya melirik sekilas ke arah Kaivan dan Airin yang masih berdiri dengan wajah penuh ketegasan. Setelah beberapa detik, ia memutar tubuhnya dan pergi untuk memanggil pemilik toko.

Setelah pelayan itu agak jauh, Airin menatap Kaivan. "Kak Ivan…" kata Airin dengan nada khawatir, "Kenapa kamu harus begitu?"

Kaivan hanya tersenyum tipis, meskipun masih terkesan dingin. "Kadang kita harus bertindak untuk mendapatkan apa yang seharusnya kita terima."

Pelayan toko berjalan cepat menuju pintu belakang toko, tempat pemilik toko biasa berada. Begitu tiba di ruang pemilik, ia mengetuk pintu dengan gugup.

"Masuk," suara tegas dari dalam memecah keheningan.

Pelayan itu membuka pintu dan masuk, menutupnya dengan hati-hati. Pemilik toko, seorang pria paruh baya yang tampak elegan, sedang duduk di belakang meja besar dengan segelas kopi di sampingnya. Ia menatap pelayan itu dengan tatapan tajam.

"Kenapa kamu masuk tergesa-gesa seperti itu? Ada masalah?" tanya pemilik toko, suaranya penuh kewaspadaan.

Pelayan itu mengeluarkan napas pelan, merasa cemas. "Pak, ada pasangan yang datang. Mereka ingin menjual jam tangan di sini... tapi, saya merasa ragu. Mereka... tidak seperti pelanggan biasa," ujarnya, matanya tidak bisa lepas dari pikirannya yang kacau.

Pemilik toko menaruh gelas kopi dan menatap pelayan itu serius. "Pasangan? Apa yang membuatmu merasa ragu? Jam tangan seperti apa yang mereka bawa?"

Pelayan itu mengangkat bahu. "Itu... katanya mereka ingin menjual jam tangan DSSD, Pak. Namun, mereka... mereka tampaknya bukan orang yang datang dengan niat membeli atau menjual barang mewah. Pria itu... dia buta. Dan wanita di sampingnya tampaknya mengurus semuanya untuknya. Saya takut jika mereka hanya mencari tempat untuk menjual barang dengan harga rendah."

Pemilik toko terdiam sesaat, mendengarkan dengan seksama. Lalu, ia tersenyum tipis dan mengangguk. "Bawa mereka ke sini. Jangan terlalu terburu-buru menilai berdasarkan penampilan mereka. Kita tidak tahu apa yang mereka miliki sampai kita melihatnya." Dalam hati pemilik toko itu bergumam, "Tidak semua orang mengetahui kode DSSD (Deepsea Sea-Dweller) karena istilah ini lebih umum digunakan oleh kolektor dan penggemar jam tangan. Jam tangan dengan kode ini dikenal sebagai jam tangan yang dirancang khusus untuk penyelaman."

Pelayan itu terkejut mendengar keputusan itu. Ia tahu pemilik toko sangat selektif dan hanya menginginkan barang-barang berkualitas tinggi, namun ia juga tahu jika ada sesuatu yang bisa mengubah penilaiannya. "Baik, Pak. Saya akan memanggil mereka," katanya, merasa sedikit lega.

Pelayan itu kembali ke ruang depan toko dan melihat Kaivan dan Airin masih berdiri di sana, tidak terganggu oleh tatapan pelayan lainnya dan orang-orang di sekitar mereka yang masih tercengang. Pelayan itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga sikap profesional.

"Maaf jika kami agak terburu-buru tadi," kata pelayan itu dengan nada lebih sopan. "Tuan pemilik ingin bertemu dengan Anda. Silakan ikut saya."

Kaivan mendengus pelan, meskipun masih merasa kesal dengan perlakuan awal dari pelayan, namun ia mengangguk dan mengikuti pelayan itu, dengan Airin berjalan di sampingnya, tetap setia menemani.

Mereka dibawa ke ruang belakang, di mana pemilik toko menunggu dengan sikap tenang. Ketika Kaivan memasuki ruangan itu, ia bisa merasakan perubahan suasana. Pemilik toko itu mengulurkan tangan dengan senyuman yang jauh lebih ramah dibandingkan pelayan sebelumnya.

"Selamat datang. Saya dengar Anda ingin menjual jam tangan Anda? Saya tertarik untuk melihat lebih lanjut," kata pemilik toko dengan sikap yang jauh lebih terbuka.

Kaivan mengeluarkan jam tangan dari saku celananya, lalu dengan suara tenang berkata, "Betul, saya ingin menjual jam tangan DSSD ini. Saya harap Anda bisa menilai dengan adil."

Pemilik toko menatap Kaivan sejenak, membaca ekspresi wajahnya yang tenang meskipun matanya tak dapat melihat sepenuhnya. Ia merasakan ketegasan dalam suara Kaivan, yang tampaknya tak tergoyahkan oleh pandangan sinis sebelumnya.

"Baiklah, mari kita lihat. Jangan khawatir, saya akan menilai jam tangan ini dengan tepat," ujar pemilik toko, sebelum ia meminta pelayan untuk mengambil jam tangan tersebut dan memeriksanya lebih lanjut.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dewi S Ayunda

Dewi S Ayunda

lanjut kak. seru .makin penisirin aku loh,,,

awalnya pas baca judul novelnya. kukira tentaang mistis hihihi. eh gk taunya. peran si cowok buta sementara dan mnikahi airin.pantesan judulnya ada kalimat kegelapan

2024-12-09

1

Lia_Sriwijaya

Lia_Sriwijaya

hanya orang tertentu yg tau... berarti itu jam bernilai fantastis... sanggup beli ga... hehehehe

dapat pelajaran jgn Qt menilai orang dr cover nya... lanjut thor

2024-12-09

1

phity

phity

na gitu de klo sellu menilai orng lwt penampilannya...smoga pemilik toko tdk.mencurangi kaivan...kaivan kan tau ya brp hrg jam tngannya

2024-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!