15. Pergolakan Batin

Airin melangkah masuk ke rumah dengan beberapa kantong belanja di tangannya. Wajahnya terlihat puas meski tubuhnya sedikit lelah setelah beberapa jam berkeliling pasar. Ia segera menuju kamar di mana Kaivan sedang duduk bersandar di tepi ranjang.

Kaivan yang mendengar langkah kaki Airin langsung menoleh. "Airin? Kau kah itu?"

Airin tersenyum dan mengangguk meski Kaivan tidak bisa melihatnya. "Iya, Kak. Aku baru saja pulang dari pasar. Aku membeli sesuatu untukmu."

Kaivan mengernyit penasaran. "Membeli sesuatu untukku?"

Airin meletakkan kantong belanja di meja kecil, lalu mengeluarkan satu setel pakaian dari dalamnya. "Aku membelikan beberapa setel pakaian. Aku berharap ini pas dengan tubuhmu."

Kaivan terdiam sejenak sebelum tersenyum kecil. "Kau tidak perlu repot-repot, Airin."

"Tidak repot, Kak," jawab Airin cepat. Ia meraih pakaian yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya pada Kaivan. "Coba pakai ini, ya. Aku ingin tahu apakah ukurannya sesuai."

Kaivan menerima pakaian itu dengan ragu, namun senyuman tipis terulas di wajahnya. "Baiklah. Tapi kau benar-benar tak perlu mengeluarkan uang untuk ini."

Airin tersenyum lembut dan berkata, "Sudah jadi tugasku sebagai istri untuk memastikan kau punya pakaian yang layak, Kak."

Ketika Kaivan mulai mengangkat bajunya, Airin tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata dengan nada malu-malu, "Oh... dan aku juga... emm... membelikan pakaian dalam untukmu."

Kaivan yang sedang melepas bajunya berhenti sejenak, lalu tertawa pelan. "Pakaian dalam? Kau bahkan memikirkan itu juga?"

Airin memalingkan wajahnya, merasa pipinya memanas. "Aku hanya tidak ingin kau merasa tidak nyaman, Kak."

Kaivan tersenyum hangat. "Terima kasih, Airin. Kau sangat perhatian."

Airin tersenyum kecil sambil menunggu Kaivan mencoba pakaian yang dibelinya. Dalam hatinya, ia berharap semua pilihan yang diambilnya tadi benar-benar pas untuk suaminya.

Ketika waktu menunjukkan pukul tiga sore, Airin menatap Kaivan yang sedang duduk santai di ruang tamu. Ia kemudian berkata dengan lembut, “Kak, aku mau ke belakang rumah untuk memanen cabai. Kalau butuh sesuatu, teriak saja, ya.”

Kaivan yang mendengar itu langsung menoleh ke arah suara Airin. “Cabai? Di belakang rumah ada kebun?” tanyanya, terdengar tertarik.

Airin tersenyum kecil. “Iya, aku menanam cabai dan beberapa sayuran di sana. Kalau Kakak mau, aku bisa ajak Kakak ke belakang.”

Kaivan mengangguk pelan. “Boleh juga. Aku sudah lama tidak menghirup udara segar.”

Airin membantu Kaivan berdiri dan dengan perlahan menuntunnya keluar ke halaman belakang. Setibanya di sana, Kaivan bisa merasakan semilir angin sore yang menyegarkan. "Udara di sini enak, ya," ucapnya dengan nada puas.

Airin tersenyum sambil menunjuk ke arah kebun kecil di depannya meski Kaivan tidak bisa melihat. “Itu kebunnya, Kak. Aku yang menanam semua ini. Tapi lihat, Nenek sudah duluan memetik cabai,” ujarnya, melihat neneknya berdiri di tengah kebun dengan keranjang kecil di tangan.

Nenek Asih menoleh ke arah mereka dan tersenyum ramah. “Aku pikir kau tidak jadi memanen, Airin. Cabainya sudah matang, sayang kalau dibiarkan terlalu lama.”

“Tidak apa-apa, Nek. Aku juga mau memetik sisanya,” jawab Airin sambil tersenyum.

Kaivan berdiri di dekat pagar kebun sambil menikmati udara sore yang segar. Airin sesekali melirik ke arah Kaivan saat memetik cabai, memastikan suaminya baik-baik saja. Nenek Asih memperhatikan hal itu dengan senyum penuh arti di wajahnya.

“Kau perhatian sekali pada suamimu, Rin,” gumam Nenek Asih sambil mendekati Airin.

Airin tersipu malu, lalu menjawab dengan nada pelan, “Kak Ivan 'kan masih dalam masa pemulihan, Nek. Aku hanya ingin memastikan dia nyaman.”

Kaivan yang mendengar percakapan mereka tersenyum samar, meski tak berkata apa-apa. Ia terus menikmati suasana sore yang tenang, mendengarkan suara dedaunan yang bergesekan dan langkah kaki Airin di antara tanaman.

“Nenek benar, Rin,” katanya tiba-tiba, membuat Airin terkejut. “Kau memang perhatian. Terima kasih.”

Airin menunduk sambil tersenyum malu. “Sama-sama, Kak. Aku cuma melakukan yang seharusnya.”

Mereka bertiga melanjutkan aktivitas masing-masing di kebun kecil itu, menikmati sore yang damai bersama.

Di sisi lain, Supar berdiri dengan kepala sedikit menunduk, menatap Wongso yang duduk santai di kap mobilnya. Mata Wongso menyipit, penuh tanya. "Bagaimana, Supar? Ada kabar apa dari rumah Airin?" tanyanya dengan nada dingin namun penuh rasa ingin tahu.

"Airin hari ini membelikan pakaian untuk pria itu, Juragan," jawab Supar, berusaha tetap tenang. "Dia juga membawa pria itu ke kebun belakang rumah saat memetik cabai bersama neneknya."

Wongso terdiam, wajahnya terlihat serius. Ia menatap kosong ke arah rumah Airin dari tempatnya berada. "Dia nekat menikahi pria itu... Meski harus mengurus dan menghidupinya. Dasar gadis bodoh," gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. "Sumber penghasilannya cuma kebun kecil di belakang rumahnya bukan?"

Supar mengernyit mendengar itu. "Maksud Juragan apa, ya?" tanyanya hati-hati.

Wongso tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip licik. "Kalau kebun itu sampai—"

Belum sempat Wongso menyelesaikan ucapannya, suara tegas seorang tiba-tiba menyela. "Kau belum juga puas bermain-main, Wongso!"

Wongso dan Supar langsung menoleh ke arah suara itu. Bu Warti muncul dari arah samping, menghentikan langkahnya tepat di depan Wongso.

"Kalau sampai kebun Airin rusak, aku pastikan kamu yang jadi tersangka utama!" Suaranya lantang, penuh ketegasan.

Wongso terkejut, tapi segera menguasai dirinya. Ia menyeringai sinis.

"Bu Warti, jangan ikut campur urusan ini. Kebun itu hanya sepetak tanah kecil, bukan sesuatu yang perlu diributkan."

Bu Warti melipat tangan di dada, tatapannya tajam menembus Wongso.

"Sepetak tanah kecil itu adalah sumber penghidupan Airin dan nenek Asih. Kalau sampai kamu mengganggu mereka, aku akan melapor ke polisi. Kamu tahu, aku punya cukup bukti untuk menyeretmu ke pengadilan."

Wongso menghela napas panjang, mencoba terlihat tenang. "Bukti apa yang Ibu maksud? Saya tidak melakukan apa-apa."

Supar, yang sejak tadi hanya diam, mulai gelisah. Ia melirik Wongso dengan cemas. "Juragan... mungkin sebaiknya kita pergi saja," bisiknya pelan.

Namun, Bu Warti tak memberinya kesempatan untuk kabur. "Jangan pikir aku tidak tahu permainan kotormu, Wongso. Selama ini aku diam karena aku enggan mencampuri urusan orang lain, tapi kalau kamu berani menyentuh Airin, aku tidak akan tinggal diam!"

Wongso mengepalkan tangan, wajahnya memerah menahan emosi. Ia melangkah masuk ke dalam mobilnya diikuti Supar. Setelah duduk di dalam mobilnya, ia berkata, "Kita lihat saja nanti, Bu Warti." ia beralih menatap Supar yang sudah duduk di belakang kemudi. "Ayo pergi!"

Supar mengangguk cepat. "Baik Juragan." Supar bergegas menyalakan mesin dan perlahan melajukan mobil itu meninggalkan Bu Warti.

Setelah Wongso dan Supar pergi, Bu Warti mendengus kesal. "Dasar tua bangka bau tanah! Ingin sekali aku menyingkirkannya," geramnya menatap mobil Wongso yang semakin menjauh.

Sementara itu, Wongso masih belum mampu meredakan emosinya, rahangnya mengatup rapat. "Supar, awasi terus Airin. Aku akan mencari cara untuk menyingkirkan orang buta itu," ucapnya dengan nada dingin dan penuh kebencian.

Supar, yang duduk di kursi pengemudi, hanya mengangguk kecil. "Iya, Juragan," jawabnya dengan nada datar. Namun, tangan Supar yang memegang setir mobil tampak menggenggam kuat, mencerminkan kegelisahan yang ia rasakan. Dalam hatinya, Supar merasakan konflik yang semakin besar.

Ia melirik ke arah Wongso sekilas, lalu kembali fokus ke jalan, mencoba menyembunyikan pikirannya. "Airin, aku tak tahu apa yang akan menimpamu selanjutnya. Tapi aku yakin itu bukan sesuatu yang baik. Juragan Wongso ini tak pernah peduli siapa yang ia hancurkan demi keinginannya." Supar menghela napas panjang, hatinya terasa berat. "Bagaimana aku bisa membantumu tanpa melawan Juragan? Apa aku hanya akan menjadi saksi bisu atas penderitaanmu?" gumamnya dalam hati.

Wongso, yang tak menyadari pergolakan batin Supar, ia menoleh menatap rumah Airin dari kejauhan. Wajahnya penuh tekad jahat. "Orang seperti dia tak pantas ada di sini," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

bukannya tadi udah masuk ke mobil dan udah jalan , kok akhir bab masuk ke mobil lagi kak .

untung ada Bu warti yang selalu menolong Airin dan neneknya . meski dia wanita tapi dia tegas dan lantang melawan si Wongso tua bangka bau tanah itu .
tapi kok kata Supar tadi " apakah dia hanya menjadi saksi bisu atas penderitaan nya ." mungkinkah dibalik kekejamannya tersimpan penderitaan yang orang lain tak tahu , dan apakah itu .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-12-09

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Airin..,Neneknya dan Kaivai mereka adalah orang baik,pasti akan terlindung dari orang² yg berbuat jahat dan dzolim...atas Pertolongan sang Pencipta Airin..Neneknya dan Kaivan insyaAlloh selamat,bakal berbalik ke si tua bangka niat jahatnya jd senjata makan tuan

2024-12-08

2

Marsiyah Minardi

Marsiyah Minardi

Semoga ada yang menolong Ivan, Airin dan neneknya
Yuk Bu Warti cepat bertindak
Dan kau Supar, dengarkan nuranimu, jangan terus terusan jahat

2024-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!