12. Dianggap Guling

Ferdi menunduk sedikit sebelum menjawab, "Belum, Tuan. Saya sudah menyelidiki rute perjalanan yang dilalui Tuan muda, tetapi belum menemukan petunjuk tentang keberadaannya."

Alva menghela napas panjang, memijit pelipisnya dengan gerakan perlahan. "Kerahkan lebih banyak orang untuk mencarinya. Aku ingin dia ditemukan secepat mungkin, Ferdi."

Ferdi mengangguk, mata tajamnya memancarkan kesungguhan. "Baik, Tuan. Saya akan memastikan tim saya bekerja maksimal."

Saat Ferdi berbalik untuk pergi, Alva bergumam lirih, lebih kepada dirinya sendiri, "Ke mana kamu, Van? Kami semua mengkhawatirkanmu."

Ferdi mendengar gumaman itu, dan meski sering bertindak di luar perintah, ia tahu seberapa besar Alva mempercayainya. Dalam hatinya, ia bertekad, "Aku tidak akan pulang sebelum menemukan Tuan muda."

Ferdi tidak akan pernah melupakan momen saat hidupnya berada di titik terendah, ketika tidak ada seorang pun yang bersedia membantunya. Saat itu, Alva datang, mengulurkan tangan dengan tulus, memberinya pekerjaan, dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki hidup. Berkat bantuan Alva, Ferdi mampu menghidupi keluarganya dengan layak.

Namun, kebaikan Alva tidak berhenti di situ. Meskipun Ferdi hanya seorang pekerja, Alva selalu memperlakukannya dengan hormat, seolah mereka adalah setara, tanpa sedikit pun merendahkannya. Perlakuan itu menyentuh hati Ferdi dan menumbuhkan rasa hormat yang mendalam. Karena itu, Ferdi berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu setia kepada Alva, apa pun yang terjadi.

Beberapa menit kemudian, Alva menatap ke arah pintu ruang kerjanya yang perlahan terbuka. Seorang wanita anggun melangkah masuk. Penampilannya rapi, dengan rambut hitam yang disanggul sederhana, menambah kesan muda pada wajahnya yang dihiasi kecantikan alami. Disha, istrinya, membawa serta aura kecemasan yang tak mampu ia sembunyikan.

"Sayang, apa sudah ada kabar tentang putra kita?" tanyanya dengan suara mendesak, matanya memancarkan ketakutan yang mendalam.

Alva menarik napas dalam, berusaha menutupi ketegangan yang perlahan merayapi hatinya. Ia melangkah mendekat, menyentuh jemari tangan Disha dengan lembut, memberi kehangatan yang menenangkan. "Tenanglah, Sayang," ucapnya dengan nada penuh keyakinan. "Ferdi sedang bekerja keras mencarinya. Cuaca kemarin malam memang buruk, sehingga menyulitkan pencarian. Tapi aku percaya, dia akan segera menemukan putra kita."

Disha mengangguk kecil, meski matanya masih menyiratkan kekhawatiran. Jemarinya menggenggam tangan Alva, seolah mencari kekuatan. "Aku hanya ingin dia pulang dengan selamat," gumamnya, nyaris tak terdengar.

Alva menatapnya dalam, mencoba mengirimkan ketenangan lewat pandangan matanya. "Dia anak kita, Disha. Dia akan kembali," ujarnya pelan namun penuh kepastian, meski hatinya pun dihantui pertanyaan yang sama.

Sepasang suami istri itu duduk di sofa ruang kerja Alva, keduanya tampak diam memandangi hujan deras yang mengguyur tanpa henti di luar jendela. Wajah Alva terlihat tenang, tetapi matanya menyimpan kecemasan yang sulit disembunyikan. Di sisinya, Disha memeluk lututnya, tatapannya kosong, tetapi sesekali ia menghela napas panjang, seolah berusaha menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya.

"Sudah sehari semalam, Sayang. Dia bahkan tidak memberi kabar sedikit pun," ujar Disha lirih, suaranya bergetar menahan tangis. "Apa dia baik-baik saja di luar sana? Apa dia terlindung dari hujan seperti ini?"

Alva meraih tangan istrinya, menggenggamnya erat. "Dia anak kita, Sayang. Dia mungkin keras kepala, tapi dia bukan anak yang ceroboh. Aku yakin dia bisa menjaga dirinya." Meski kata-katanya terdengar menenangkan, hatinya sendiri dipenuhi keraguan dan rasa bersalah.

Sementara itu, di rumah sederhana milik Airin, udara semakin dingin karena hujan deras disertai angin kencang yang menggoyang pepohonan di luar. Airin menggigil di balik selimut tipisnya. Ia melirik Kaivan yang tertidur di sisi lain ranjang, terlihat begitu tenang meski udara dingin menusuk tulang.

Airin bergumam pelan dalam hati, "Mungkin, kalau tidur berpelukan, rasanya akan lebih hangat." Namun segera ia menepis pikiran itu, pipinya terasa memanas. Mana mungkin ia meminta Kaivan memeluknya, apalagi berinisiatif lebih dulu. Mereka baru saja menikah, bahkan baru saling mengenal. "Tidak, itu tidak pantas," batinnya lagi, meski tubuhnya menggigil semakin parah.

Di sisi lain, Kaivan yang mulai merasa dingin, menggerakkan tangannya perlahan, meraba-raba mencari guling yang biasa ia peluk. Namun, ia lupa kalau saat ini ia sedang tidak berada di rumahnya. Tangannya terus mencari hingga akhirnya menyentuh sesuatu yang hangat dan lembut.

Airin terperanjat. Matanya terbuka lebar saat Kaivan tanpa sadar menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Ia membeku, tak berani bergerak sedikit pun, terutama ketika Kaivan menaikkan kakinya ke atas pahanya, seperti sedang memeluk guling kesayangannya.

"Kak... Ivan..." Airin berbisik dengan suara lirih, mencoba membangunkannya tanpa membuatnya kaget.

"Hm?" gumam Kaivan dalam kondisi setengah sadar. "Gulingku... akhirnya ketemu," katanya sambil memeluk Airin lebih erat.

Airin membulatkan matanya, pipinya semakin memerah. "Guling? Dia pikir aku guling?" batinnya tak percaya.

Meskipun hanya dianggap sebagai guling, Airin tidak merasa marah. Sebaliknya, ia justru menikmati kehangatan pelukan Kaivan. Ia memilih diam, tidak membangunkannya, karena tidak ingin membuat suasana menjadi canggung. Dalam keheningan malam itu, ia bergumam dalam hati dengan senyuman tipis di bibirnya, "Seperti inikah rasanya dipeluk seorang pria? Rasanya... hangat."

Pelukan Kaivan terasa nyaman. Tubuh atletisnya, dengan dada bidang dan bahu yang lebar, membuat tubuh kecil Airin tenggelam sempurna dalam dekapan itu. Ia bisa merasakan napas Kaivan yang teratur dan tenang, seperti irama yang perlahan menenangkan pikirannya.

“Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya,” pikir Airin, masih tersenyum tipis. Pipinya memerah, tapi kehangatan itu mengalahkan rasa malunya.

Kaivan, yang tampaknya semakin terlelap, memeluk Airin lebih erat secara refleks, membuatnya merasa lebih aman di tengah dinginnya malam. Perlahan, Airin yang tadinya gelisah pun merasa tubuhnya mulai rileks. Kehangatan pelukan itu menyelimuti hatinya, membuatnya lupa sejenak akan semua masalah yang sempat membuat risau hatinya.

Dengan perasaan nyaman dan hangat yang baru pertama kali ia rasakan, Airin akhirnya memejamkan mata. Tidak butuh waktu lama, ia pun mulai terlelap dalam pelukan pria yang baru saja menjadi suaminya. Di luar, hujan deras masih mengguyur, tetapi di kamar kecil itu, kedamaian mulai menyelimuti keduanya.

Keesokan harinya, Airin membuka matanya perlahan. Cahaya matahari pagi yang tembus melalui jendela menyinari wajahnya. Ia tersadar bahwa dirinya masih berada dalam pelukan Kaivan. Dada pria itu naik turun perlahan, tanda masih terlelap dalam tidurnya.

Airin tersenyum kecil, merasa hangat dalam dekapan itu. Dalam hatinya, ia bergumam, “Betapa nyamannya seperti ini. Tapi... aku tidak bisa terus begini. Aku harus bangun dan bekerja.” Meski ingin bermalas-malasan lebih lama, ia mengingat semua tanggung jawabnya.

Dengan hati-hati, Airin mencoba melepaskan pelukan Kaivan. Namun, ketika ia baru saja menggeser tubuhnya sedikit, Kaivan tiba-tiba bergerak. “Astaga!” Airin hampir berseru kaget, lalu menutup mulutnya dengan tangan, takut membangunkan suaminya.

Kaivan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, wajahnya terlihat damai. Airin menatapnya sejenak, lalu menghela napas lega. “Untung dia masih tidur,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Setelah memastikan Kaivan tidak terbangun, Airin turun perlahan dari ranjang. Ia merapikan selimut dan menatap pria itu sebentar sebelum keluar dari kamar. “Baiklah, saatnya mulai hari ini,” gumamnya, mencoba memotivasi diri.

Airin segera memulai rutinitas paginya. Di dapur, ia menyiapkan sarapan sederhana sambil berbicara pelan kepada dirinya sendiri, “Apa yang Kak Ivan suka, ya? Hmm, mungkin aku buatkan nasi goreng saja. Siapa tahu dia suka.”

Sedangkan di dalam kamar, Kaivan perlahan terbangun dari tidurnya. Ia merasa silau saat membuka matanya, meskipun sinar matahari yang masuk dari jendela tak terlalu terang. Kaivan mengerutkan kening, mencoba menyesuaikan diri dengan perasaan asing yang ia rasakan.

“Ini... apa aku...” gumamnya pelan, suara penuh kebingungan.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

sadar Ivan... sekarang kamu ada dirumah istrimu Airin . jangan lupa kalau kamu semalam sudah menikah dengan Airin . dan Airin adalah istri kamu yang sah .
eh...ivan tadi merasa silau... mungkinkah Ivan sudah bisa melihat lagi , semoga saja . semoga keajaiban itu tiba .
dan orang-orang suruhan papanya segera menemukan keberadaan Ivan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍 😍 😍

2024-12-05

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Semoga orang² suruhan Papanya segera menemukan Kaivan...dan setelah di temukannya Kaivan yg sdh menikah semoga dpt restu dan menerima Airin sebagai nenantunya...Semoga Orang tua Kaivan orang yg sangat bijak dan tdk Sombong,dan Kaivan bisa di bawa berobat ke Dokter Mata yg paling bagus..oleh Orang tuanya,semoga bisa melihat lagi

2024-12-05

1

Dewi S Ayunda

Dewi S Ayunda

asiikk kaivan sudah bs melihat rupanya, pasti kaivan bakalan masih pura pura buta d dekat airin. ngetes ktulusan airrin.tp gpp buat ngelabui kakek gentong van

2024-12-05

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!