14. Jam Tangan

Airin menuntun Kaivan kembali ke kamar, lalu mencari celana bersih di lemari. Ia menyerahkannya pada Kaivan. "Ini, pakai dulu celananya. Aku akan mengambil air untuk membersihkan tubuhmu," katanya seraya berlalu.

Kaivan hanya menanggapi dengan gumaman pelan, merasa sedikit bingung dengan sikap gugup Airin yang tadi ia tangkap. Setelah memastikan Kaivan sudah mulai memakai celananya, Airin pergi mengambil baskom berisi air hangat dan kain bersih.

"Kak, sudah selesai memakai celananya?" tanya Airin sambil mengetuk pintu pelan sebelum masuk.

"Sudah," jawab Kaivan dari dalam.

Airin masuk, meletakkan baskom di meja kecil dekat ranjang. "Baiklah, sekarang duduk tenang. Aku akan membersihkan luka-lukamu," ucapnya dengan nada lembut.

Kaivan menuruti, duduk dengan punggung tegap di tepi ranjang. Airin merendam kain ke dalam air hangat, memerasnya, lalu mulai menyeka wajah Kaivan dengan hati-hati. Ia mengusap pelipis, leher, hingga lengan Kaivan dengan gerakan lembut namun terampil, meskipun fokusnya agak terganggu melihat tubuh atletis Kaivan.

"Maaf kalau terasa sakit," kata Airin pelan saat ia menyeka luka kecil di bahu Kaivan.

"Tidak apa-apa. Kau melakukannya dengan sangat telaten," jawab Kaivan. Meski biasanya ia tidak nyaman diurus orang lain, namun perhatian Airin terasa berbeda.

Airin tersenyum kecil mendengar pujian itu, tetapi ia tetap berusaha fokus. Airin memandangi wajah Kaivan dengan ragu, jemarinya meremas kain basah yang baru saja ia gunakan untuk menyeka luka di wajah pria itu. Ia tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara.

"Emm... Kak," akhirnya Airin memberanikan diri, suaranya pelan, hampir seperti bisikan. "Rambut dan brewokmu, apa perlu dicukur?"

Kaivan, yang awalnya sedang memikirkan sesuatu, langsung tersentak. Ia menoleh ke arah suara Airin, meski matanya masih sulit menangkap dengan jelas. Pertanyaan itu membuatnya terdiam sesaat.

Brewok dan rambutnya memang sengaja dibiarkan tumbuh lebat. Baginya, itu seperti tameng. Tameng untuk menutupi wajahnya yang selama ini menjadi daya tarik bagi banyak wanita. Ia benci saat orang mendekatinya hanya karena tampangnya dan statusnya sebagai anak konglomerat.

Airin menatapnya dengan bingung. "Kak? Kenapa diam? Maaf, kalau pertanyaanku..."

Kaivan menghela napas panjang, membuang pikirannya yang sempat melayang ke masa lalu. Ia menatap ke arah Airin, samar-samar menangkap gerakan gadis itu. "Kau merasa terganggu dengan rambut, brewok, dan kumisku?" tanyanya datar, suaranya terdengar serius.

Airin menggeleng cepat, refleks. "Tidak, tidak sama sekali! Aku hanya berpikir mungkin akan lebih nyaman kalau... maksudku, kalau dicukur sedikit, tapi aku benar-benar tidak masalah kalau Kakak tetap begini," jawabnya buru-buru.

Kaivan sedikit tersenyum mendengar nada panik Airin, meskipun senyumnya sangat tipis. "Aku tidak bisa melihatmu, tapi kau menggeleng, 'kan?"

Airin terkejut. "Eh? Kakak tahu?" tanyanya dengan nada heran.

"Samar. Aku bisa melihat sedikit bayanganmu bergerak," jawab Kaivan, nada suaranya berubah lebih lembut.

Airin menahan napas sejenak, lalu tersenyum lega. "Itu... bagus kalau Kakak bisa melihat bayangan. Mungkin penglihatan Kakak akan membaik."

Kaivan hanya mengangguk pelan. "Tentang rambut dan brewokku... kalau kau tak keberatan, biarkan saja seperti ini dulu."

Airin tersenyum lagi, meskipun Kaivan tidak bisa melihatnya dengan jelas. "Baik, Kak. Aku tak keberatan, sungguh."

Kaivan merasa ada kehangatan dalam nada bicara Airin. Tanpa sadar, perasaannya sedikit melunak. Di depan wanita ini, ia merasa tidak perlu menyembunyikan siapa dirinya, meskipun masa lalunya masih menjadi bayang-bayang.

Setelah selesai menyeka tubuh Kaivan, ia mengambil kotak P3K kecil dari sudut kamar dan mulai mengobati luka-luka Kaivan dengan perlahan.

"Apa semua ini hasil kecelakaan itu?" tanya Airin pelan, masih sibuk membersihkan luka di siku Kaivan.

Kaivan mengangguk, suaranya datar. "Kebanyakan, ya. Tapi mungkin juga dari hal-hal lain yang aku lupa."

Airin menatap wajah Kaivan yang terlihat lelah namun tetap tenang. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Airin merasa ingin terus merawat pria ini, meski ia sendiri tidak tahu kenapa.

"Kak Ivan, mulai sekarang, apa pun yang terjadi, kau bisa mengandalkanku. Aku akan selalu ada," katanya spontan, tanpa berpikir panjang.

Kaivan terdiam sejenak, hatinya terasa hangat mendengar janji itu. Meskipun ia belum sepenuhnya percaya pada orang lain, ia bisa merasakan ketulusan Airin. "Terima kasih, Airin. Aku menghargai itu."

Setelah selesai, Airin merapikan baskom dan kain. Ia melirik Kaivan yang kini tampak lebih segar meski belum terlalu sehat. Dalam hati, ia berdoa agar kebersamaan mereka membawa kebaikan, meski jalan hidup mereka baru saja dimulai.

Setelah selesai menyuapi Kaivan, Airin menyodorkan segelas air dan obat kepada Kaivan sambil berkata lembut, "Minum obatnya dulu, Kak."

Kaivan mengangguk pelan, menerima segelas air dan obat dari Airin. "Terima kasih," ucapnya singkat sebelum menelan obatnya.

Airin tersenyum kecil. "Kak Ivan, aku pikir nanti aku akan membelikan baju baru untukmu. Baju mendiang ayahku ternyata kekecilan di tubuhmu. Kakak pasti nggak nyaman."

Kaivan terkejut mendengar itu, tetapi tetap menjaga nada suaranya. "Tidak perlu repot, Airin. Aku baik-baik saja dengan baju ini."

"Tidak apa-apa, Kak. Aku ingin kau merasa nyaman," jawab Airin tulus.

Kaivan tersenyum samar. Namun tiba-tiba, pikirannya teringat pada sesuatu. "Airin, ngomong-ngomong, jam tanganku kemarin... Apa kau melihatnya?"

Airin teringat bahwa ia melepas jam tangan Kaivan saat membersihkan tangan pria itu kemarin. "Oh, jam tangan itu. Aku melepasnya waktu membersihkan tangan Kakak. Tunggu sebentar, aku ambilkan," katanya sebelum berjalan ke lemari kecil di sudut kamar.

Ia kembali beberapa saat kemudian sambil menyerahkan jam tangan itu kepada Kaivan. "Ini, Kak. Maaf aku lupa mengembalikannya."

Kaivan meraba jam tangannya, memegangnya dengan hati-hati seolah itu barang yang sangat berarti. Kemudian ia bertanya ragu, "Airin, di sini... ada toko yang menjual jam tangan, tidak?"

Airin terlihat berpikir sejenak. "Ada, tapi tokonya di kota. Tempatnya lumayan jauh dari sini."

Kaivan mengangguk pelan, menyembunyikan kegelisahannya. "Kalau begitu, apa kau bisa mengantarku ke sana nanti?"

Airin menatapnya, sedikit terkejut. "Ke kota? Apa kau butuh sesuatu, Kak?"

Kaivan mengusap jam tangannya dengan ekspresi yang sulit diterka. Ia menghela napas pelan sebelum berkata, "Airin, aku ingin menjual jam tangan ini."

Airin terkejut mendengar itu. "Menjualnya? Tapi kenapa, Kak?"

Kaivan tersenyum tipis, meskipun ada rasa berat di hatinya. "Aku tidak ingin terlalu banyak menghabiskan uangmu untuk kebutuhanku. Kau sudah cukup berkorban, Airin."

Airin segera menggeleng, mencoba membantah. "Kak, kau tidak perlu melakukan itu. Aku ikhlas membantu. Lagipula, ini kewajibanku sebagai istri."

Kaivan menundukkan kepala sejenak, lalu menatap ke arah Airin meskipun samar. Suaranya terdengar tegas, namun lembut. "Airin, aku ini suamimu. Seharusnya akulah yang menafkahimu, bukan sebaliknya. Jangan membuatku merasa tak berarti."

Kata-kata itu membuat Airin terdiam. Ia menatap Kaivan yang wajahnya tampak penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia tahu Kaivan hanya ingin menjaga harga dirinya sebagai seorang pria dan suami.

Akhirnya, Airin menghela napas panjang, menyerah pada keinginan Kaivan. "Baiklah, Kak. Kalau itu yang kau inginkan, nanti kalau Kakak sudah merasa lebih baik, kita bisa pergi ke sana."

Kaivan tersenyum kecil, merasa lega. "Terima kasih, Airin."

Airin mengangguk pelan. Meskipun hatinya khawatir, ia memilih untuk mendukung keputusan Kaivan. Baginya, menjaga perasaan suaminya lebih penting daripada memaksakan kehendaknya sendiri.

Dalam hati, Kaivan berharap rencananya untuk menjual jam tangan itu berjalan lancar. Ia ingin menggunakan uang hasil penjualan itu untuk membeli pakaian baru dan, yang lebih penting, membayar biaya berobat ke dokter mata. "Aku tak boleh mengabaikan pengobatan mataku, aku tak ingin buta selamanya." batinnya. Namun, ia memutuskan untuk merahasiakan tujuannya agar tidak membuat Airin khawatir.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

so sweet banget ya mereka , terutama Airin , begitu menjaga kenyamanan dan perasaan suaminya . begitu tulus dia merawatnya , meski hanya dengan kesederhanaan berusaha menciptakan kebahagiaan mereka . entah apa yang akan terjadi didepan mereka nantinya . bisa jadi si Wongso akan berusaha memisahkan mereka .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-12-07

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Semoga rencana Kaivan berhasil tdk ada halangan apa² saat menjual Jam Tangan kesayangannya yang harganya selangit,untuk biaya Pengobatan Matanya dan lain lain...
Semoga kalian saling terbuka tidak ada yang di tutup tutupi hal sekecil apapun dan saling Percaya..

2024-12-07

1

phity

phity

ayo kaivan dan airin semngat...smoga tdk ad halangan dgn rncna mereka. oya mintol sma bu bidan sja airin spy kalian aman nantinya takutnya si wongso itu niat liciknya beraksi de....smoga mata kaivan makin membaik

2024-12-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!