20. Tantangan Terbuka

Tukang ojek yang sudah bersiap membonceng Kaivan langsung memucat. Wajahnya menoleh penuh keraguan, menatap Airin dan Kaivan seperti sedang mempertimbangkan apakah ancaman itu layak ditantang.

Airin mengangkat wajahnya, mencoba menyembunyikan rasa takut yang mulai merayap. Tatapannya yang geram diarahkan pada Wongso. "Apa maksudmu ini, Juragan?" tanyanya dengan suara bergetar namun tetap terdengar tegas.

Kaivan memicingkan matanya, pandangannya yang buram menangkap sosok-sosok di kejauhan. Meskipun begitu, ekspresinya tetap tenang, nyaris tanpa emosi, tapi tubuhnya tampak siaga.

Wongso menyeringai dan berjalan mendekat. "Tinggalkan pria buta itu di sini, Airin. Kau boleh pergi tanpa ada yang menghalangi."

Airin menghela napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat. Dengan suara yang lantang, meski ada nada gemetar di ujungnya, ia menjawab, "Aku tak akan pernah meninggalkan suamiku, apa pun yang terjadi."

Wongso mendengus, seringainya semakin lebar. "Airin, ceraikan pria buta itu. Menikahlah denganku. Aku jamin hidupmu akan jauh lebih baik. Aku akan melepaskan dia dengan damai."

Airin mengepalkan tangannya. "Jangan mimpi!" jawabnya tegas. Sorot matanya tajam, penuh tekad yang berusaha menutupi ketakutannya.

Kaivan tetap berdiri di sampingnya, wajahnya netral. Namun, ia jelas mendengar setiap kata Wongso dan bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti suasana. Ia sedikit menggeser posisinya, berdiri lebih dekat dengan Airin, seperti perisai tak terlihat.

Juragan Wongso berteriak dengan suara penuh amarah, menarik perhatian semua orang di sekitar mereka. "Hei, pria buta! Ceraikan Airin sekarang juga kalau tidak ingin tulang-tulangmu kupatahkan satu per satu! Aku tak bercanda! Akan kupastikan kau tak bisa berdiri lagi seumur hidup!"

Kaivan sama sekali tidak terlihat gentar mendengar ancaman Wongso. Sebaliknya, sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya, penuh ketenangan yang membuat semua orang di sekitar merinding. Dengan suara rendah tapi penuh keyakinan, ia berkata, "Aku benar-benar ingin tahu, bagaimana caramu mematahkan tulang-tulangku."

Kalimat itu bukan sekadar jawaban, melainkan tantangan terbuka. Suasana di gerbang desa itu seketika menjadi hening, semua orang terbelalak tak percaya. Mereka tak menyangka Kaivan yang terlihat tak berdaya berani berkata seperti itu pada Wongso, sang penguasa desa.

Di sampingnya, Airin memanggil pelan, "Kak..." Suaranya mengandung campuran kekhawatiran dan ketakutan, namun juga ada kekaguman yang terpendam. Tatapannya lekat pada Kaivan, mencoba membaca perasaan pria itu. Ia bingung antara menahan Kaivan atau mempercayainya, sementara dadanya berdebar keras karena ketegangan.

Kaivan menoleh sedikit ke arah Airin, masih dengan senyuman di wajahnya. "Tenanglah," ucapnya lembut, seperti berusaha menenangkan gemuruh di hati istrinya. Namun, ada sesuatu di balik nada suaranya yang membuat Airin tak bisa menolak, ketenangan yang tak tergoyahkan, seolah Kaivan yakin bahwa apa pun yang terjadi, dia akan melindunginya.

Di sisi lain, wajah Wongso berubah merah padam. Ia semakin terbakar amarah. "Kau...!" geramnya dengan nada bergetar, giginya menggertak menahan emosi. Wongso melangkah maju dengan tatapan penuh dendam, gerakannya kasar seperti banteng yang siap menyeruduk. "Baiklah, kalau itu maumu! Aku akan tunjukkan caraku menghancurkanmu!"

Kaivan tersenyum dingin, nada suaranya penuh dengan tantangan. "Aku akan menantikannya."

Suasana semakin tegang. Semua mata tertuju pada dua pria yang berdiri berhadapan, seperti dua gunung yang siap bertabrakan.

Sementara itu, anak buah Wongso mulai bergerak, melingkari mereka perlahan, membuat suasana semakin mencekam. Beberapa di antara mereka meretakkan jari-jari, bersiap untuk sesuatu yang buruk.

Di sisi lain, Supar berdiri agak jauh, matanya terus memperhatikan situasi. Jantungnya berdegup kencang. Meskipun ia berusaha tetap tenang, dalam hati ia gelisah. Ia tahu betapa kejamnya Wongso, dan sekarang, ia khawatir atas keselamatan Airin dan Kaivan. Sekilas, pandangannya melirik ke arah desa, berharap ada sesuatu atau seseorang yang bisa menghentikan kekacauan ini sebelum terlambat.

Juragan Wongso menatap Airin dengan senyum tipis yang mengandung ancaman. "Airin, aku sudah memberimu pilihan. Jangan salahkan aku jika aku harus bertindak kasar," ucapnya dingin sambil memberi isyarat halus pada anak buahnya.

Kaivan, yang merasakan ketegangan di udara, meraba tangan Airin yang masih melingkar di lengannya. Dengan tenang, ia menggenggam barang belanjaan di tangannya dan menyerahkannya kepada Airin.

Airin mendongak, menatap Kaivan dengan sorot mata penuh kebingungan. "Kak?" tanyanya ragu.

Kaivan menoleh ke arah suara istrinya, wajahnya tetap tenang meski pandangannya masih buram. Dengan suara lembut namun tegas, ia berkata, "Berdirilah di belakangku."

"Tapi, Kak—" protes Airin, namun kalimatnya langsung terputus oleh Kaivan. "Percayalah padaku," potongnya sambil mengarahkan tubuh Airin perlahan agar berdiri di belakangnya.

Wongso tertawa kecil, seringainya semakin lebar. "Ho…ho…ho... kau merasa bisa melawanku dan melindungi Airin? Aku kagum dengan kepercayaan dirimu, orang buta." Nada suaranya penuh ejekan dan meremehkan.

Kaivan berdiri tegak, meskipun matanya tak dapat sepenuhnya melihat musuh di depannya, ia tetap memancarkan wibawa yang tak tergoyahkan. "Jangan banyak bacot. Maju saja kalau memang berani," tantangnya dengan nada dingin.

Wongso mendengus, tatapannya yang penuh meremehkan kini bercampur dengan amarah. "Sombong!" ucapnya dingin, matanya menyipit menatap Kaivan.

Airin, yang berdiri di belakangnya, tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Tangannya kembali menggenggam lengan Kaivan. "Kak…" suaranya bergetar, hampir memohon.

Kaivan mengangkat tangannya dan menyentuh jemari Airin, kemudian melepaskannya perlahan. "Tenanglah," katanya lembut namun penuh keyakinan.

Dengan itu, Kaivan mempersiapkan dirinya. Tubuhnya sedikit merunduk, telinganya lebih waspada, dan ia memasang kuda-kuda sederhana, seolah siap menghadapi apapun.

Airin menggigit bibirnya, hatinya terasa dipenuhi rasa takut yang meluap-luap. Dari gerak-geriknya, ia tahu Kaivan bukan pria biasa, tapi kondisinya yang masih belum pulih membuatnya cemas.

Sementara itu, Wongso berdiri di tempatnya, mengamati Kaivan dengan tatapan mengejek. Anak buahnya mulai bergerak maju, senyuman penuh keyakinan tergambar di wajah mereka.

Di sisi lain, Supar yang berdiri di belakang Wongso, mencuri-curi pandang ke arah desa. Matanya tampak gelisah, berharap ada seseorang yang bisa muncul untuk menghentikan semua ini sebelum ada korban dalam kekacauan ini.

Wongso memberi isyarat pada anak buahnya. "Hajar dia! Buat dia menyesal karena berani menikahi gadis yang aku suka! Tapi jangan lukai calon istriku!" perintahnya dengan suara lantang pada anak buahnya.

Kaivan tetap berdiri tenang di tempatnya, tubuhnya terlihat tidak gentar sedikit pun. Mendengar Wongso tak akan melukai istrinya, ia menoleh ke belakang, berbicara pada Airin dengan nada penuh ketegasan, "Airin, pergilah ke tempat yang aman."

Airin menggeleng cepat, wajahnya penuh kecemasan. "Tapi, Kak—"

Kaivan menoleh ke arahnya, memotong ucapannya dengan suara yang lebih dalam. "Jangan membantah kata-kata suamimu."

Tatapan matanya yang kosong, meskipun tidak dapat melihat, seolah memiliki otoritas yang tak terbantahkan. Airin tertegun, napasnya tercekat. Ia ingin melawan, tetapi kekuatan dalam suara Kaivan membuatnya tak mampu berkata-kata lagi. Perlahan, ia mengangguk dan melangkah mundur, meskipun hatinya tetap penuh kekhawatiran.

Orang-orang Juragan Wongso pun memberi jalan pada Airin untuk menjauhi tempat yang sebentar lagi pasti akan jadi arena perkelahian.

Kaivan memejamkan matanya, berusaha mengabaikan pandangannya yang buram. Sebaliknya, ia memfokuskan semua inderanya untuk merasakan setiap gerakan yang ada di sekitarnya. Suara langkah kaki yang mendekat, desahan napas yang tertahan, bahkan desiran kecil di udara, semua itu masuk ke dalam kesadarannya.

Tubuhnya tetap tenang, tetapi otot-ototnya sudah bersiap. Ia tahu, saat ini, bukan hanya dirinya yang ia lindungi, melainkan juga wanita yang telah bersumpah akan ia jaga, apapun yang terjadi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dasar bandot tua beraninya main keroyokan dan sok berkuasa didesa dan belagu...
Airin sangat cemas dan panik suaminya dikeroyok anak di bandot tua wongso...

Percayalah airin suamimu bukan orang sembarang pasti bs mengalahkan anak buahnya di bandot tua itu....
kaivan sudah berjanji menjaga dan melindungi....

lanjut thor.....
makin seru dan menarik.....

2024-12-12

5

sum mia

sum mia

heleh ...tua bangka hanya mengandalkan anak buahnya , tanpa berani melawan sendiri . coba kalau dia sendiri bisa apa , sekali tonjok palingan juga keok , trus jatuh , pingsan deh ....

ayo lawan Van.... aku yakin kamu pasti bisa , aku bantu dengan doa ya ....
semangat.... semangat....

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-12-12

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Ayo Van...tunjukan keahlianmu hempaskam semua anak buah si Tua bangka itu dengan kemampuanmu..
si Tua bangka sdh meremehkanmu
sekarang saatnya kamu beraksi
lumpuhkkan mereka...Semangat Kaivan kamu pasti bisa mengalahkan mereka dgn bekal ilmu bela diri

2024-12-12

2

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!