19. Penantian Wongso

Ketika sebuah bus akhirnya berhenti, Wongso memberi isyarat pada anak buahnya untuk bersiap. Pintu bus terbuka, dan beberapa warga desa turun membawa tas belanjaan.

"Airin ada di dalam?" Wongso langsung bertanya pada seorang ibu yang baru turun.

Ibu itu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Tidak, Juragan. Saya hanya pergi ke pasar, tidak melihat Airin di kota."

Wongso mendengus kesal. Ia berpindah ke seorang pria muda yang turun berikutnya. "Kamu lihat Airin?" tanyanya tajam.

Pria itu menggeleng cepat, terlihat gugup. "Tidak, Juragan. Saya nggak lihat dia."

Wongso mengepalkan tangannya, ekspresi geram tak bisa disembunyikan. "Ke mana mereka? Harusnya sudah balik sekarang!" serunya, lebih kepada dirinya sendiri. Anak buahnya saling pandang, tapi tidak ada yang berani menjawab.

Satu per satu, bus berikutnya lewat, namun hasilnya sama saja. Wongso semakin tak sabar, kakinya menghentak tanah. "Kalau mereka nggak pulang juga, kita cari langsung ke kota! Jangan sampai mereka lolos!" ucapnya dengan nada ancaman, membuat anak buahnya segera mengangguk patuh.

Sedangkan Supar tetap diam, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya di balik ekspresi tenangnya. Dalam hati, ia bergumam, "Airin, aku sudah mencoba menolongmu sebisaku. Sungguh, aku telah berusaha sebaik mungkin. Semoga kau bisa melewati semua ini dengan selamat."

Di dalam bus, Airin tertidur. Wajahnya terlihat lelah, dan tanpa sadar kepalanya terantuk ke lengan Kaivan.

Kaivan, yang duduk diam dengan ekspresi datar, merasakan sentuhan itu. Ia menoleh perlahan, matanya yang masih buram mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup dalam bus. Dari pandangan samar, ia bisa melihat siluet wajah Airin yang tenang saat tertidur.

"Apa dia tertidur?" gumamnya dalam hati. Ia sempat ragu, tetapi suara napas Airin yang lembut mengonfirmasi dugaannya.

Kaivan menghela napas panjang. Dengan gerakan hati-hati, ia menyesuaikan posisi kepala Airin, menyandarkannya ke dadanya agar tidak terus terantuk. Samar-samar, ia menangkap bayangan rambut Airin yang berantakan, tetapi tak ada reaksi dari wajahnya.

Kaivan menatap lurus ke depan, pandangannya tetap buram, tetapi ia mulai terbiasa dengan warna dan bentuk yang mulai terlihat samar. Sebuah senyum tipis yang hampir tak kentara muncul di bibirnya, lebih sebagai refleks daripada ekspresi yang disengaja. "Setidaknya dia bisa tidur nyenyak," pikirnya.

Beberapa menit berlalu, bus terus melaju dengan suara deru mesin dan obrolan penumpang sebagai latar belakang.

Tiba-tiba, kenek bus berdiri di depan dan berteriak lantang, “Pemberhentian berikutnya: Gerbang Desa Cikal!”

Airin menggeliat pelan, matanya mulai terbuka. Ia terlihat bingung sesaat, lalu tersentak sadar ketika menyadari kepalanya bersandar di dada Kaivan. Wajahnya memerah, dan ia buru-buru duduk tegak.

“Maaf… aku tertidur,” gumamnya dengan suara pelan, menundukkan kepala karena malu.

Kaivan menoleh samar ke arahnya, meskipun pandangannya belum sepenuhnya jelas. “Tidak apa-apa,” jawabnya singkat, nadanya tetap dingin, namun ada sedikit kelembutan di balik ucapannya.

Airin mengangguk kecil, merasa kikuk tetapi tak berani berkata lebih. Sementara itu, Kaivan memalingkan pandangan ke arah jendela, memastikan mereka hampir tiba meskipun yang dilihatnya hanyalah siluet gelap dan cahaya yang buram.

Suasana di antara mereka kembali sunyi, hanya diiringi suara deru bus yang semakin dekat menuju tujuan mereka.

Saat bus mulai mendekati gerbang desa, kenek berdiri di lorong sempit bus, mengingatkan penumpang. "Ayo, periksa barang bawaannya dulu sebelum turun!" serunya dengan suara lantang.

Airin, yang duduk di dekat jendela bersama Kaivan, segera memeriksa barang-barangnya. Ia memastikan tas belanjaan dan tas kecilnya masih aman. "Kak, kita hampir sampai. Bersiap, ya," ucapnya lembut kepada Kaivan.

Kaivan menoleh sedikit ke arah Airin. "Berikan barang belanjaannya padaku. Kau akan kesulitan turun sambil membimbingku."

Airin menggeleng cepat. "Tidak usah, Kak. Aku bisa mengatur semuanya. Tak perlu merepotkanmu."

Kaivan mendesah pelan, suaranya tetap tenang namun tegas. "Airin, aku buta, bukan tidak berguna. Kau akan kesulitan jika harus mengurus semuanya sekaligus. Biar aku yang membawa."

Airin ragu sejenak, menatap Kaivan yang terlihat serius meskipun pandangannya kosong. Setelah berpikir, akhirnya ia mengalah. "Baiklah, tapi hati-hati, ya," katanya sambil menyerahkan semua kantong belanjaan kepada Kaivan.

Kaivan menggenggam barang-barang itu dengan hati-hati, menyesuaikan pegangan tangannya agar stabil. Sementara itu, Airin berdiri terlebih dahulu, lalu membantu Kaivan berdiri.

Saat bus berhenti di depan gerbang desa, Airin mulai membimbing Kaivan turun. Dengan satu tangan ia memegang erat lengan Kaivan, sementara tangan lainnya memegang kursi penumpang yang dilewatinya untuk menjaga keseimbangan di lorong sempit.

Kaivan berjalan perlahan di belakang Airin, mengikuti langkah-langkah kecil yang dipandu olehnya. Meski terlihat sedikit canggung, ia tetap teguh membawa barang-barang belanjaan itu tanpa keluhan.

Setibanya di pintu keluar bus, Airin membantu Kaivan menuruni anak tangga satu per satu. "Pelan-pelan, Kak. Kita hampir sampai," bisiknya lembut.

Di gerbang desa, Juragan Wongso berdiri dengan tatapan tajam, memperhatikan bus yang berhenti. Wajahnya penuh harap, mencari sosok Airin yang ia tunggu.

Senyuman yang lebih mirip seringai terukir di wajah Juragan Wongso saat matanya menangkap Airin turun dari bus bersama Kaivan. Wajahnya penuh kepuasan sekaligus amarah yang terpendam. Ia menyipitkan mata, menilai pasangan itu dari kejauhan, lalu memberi isyarat halus kepada anak buahnya untuk bersiap.

Sesaat kemudian senyuman pria itu memudar. "Jadi dia benar-benar pergi ke kota bersama pria itu," gumam Wongso dengan nada penuh amarah yang ditekan. Tangannya mengepal di samping tubuhnya, sementara tatapannya tak lepas dari pasangan itu yang perlahan berjalan menjauh dari bus menuju gerbang desa.

Setelah memasuki gerbang desa, Airin mendadak terdiam. Langkahnya melambat, dan firasat buruk tiba-tiba menyeruak dalam dadanya. Matanya menangkap Wongso berdiri bersama beberapa anak buahnya, wajah mereka terlihat tidak bersahabat. Tanpa sadar, Airin memeluk erat lengan Kaivan, mencari rasa aman dari kehadiran pria itu.

Kaivan yang merasakan lengannya dipeluk lebih erat menaikkan alisnya. Meski penglihatannya samar, ia bisa merasakan perubahan suasana. Dengan nada rendah tapi tegas, ia bertanya, "Ada apa, Airin?"

Airin menoleh sedikit, suaranya pelan, hampir seperti bisikan, tapi jelas menyiratkan kecemasan. "Juragan Wongso... dia ada di gerbang desa."

Kaivan menoleh samar ke depan, mencoba melihat melalui pandangannya yang buram. Ia menyipitkan mata, berusaha menangkap bayangan di sekelilingnya. Ia bisa merasakan ada beberapa orang mendekat. Langkah kaki mereka terdengar mantap dan terencana, seperti serigala yang mengintai mangsanya.

Airin menunduk sedikit, menekan rasa takut yang mulai menguasainya. "Ayo kita cari ojek," katanya, mencoba terdengar tenang meskipun suara gemetar tak bisa ia sembunyikan. Ia menarik lembut lengan Kaivan, berharap bisa segera menjauh dari pandangan Wongso dan anak buahnya.

Kaivan mengangguk pelan, meskipun wajahnya tetap tenang, ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan lebih cepat, mencoba mengabaikan tatapan tajam yang mengawasi mereka dari gerbang desa. Wongso hanya berdiri di tempat, senyumnya semakin lebar, seakan menikmati ketegangan yang dirasakan oleh Airin dan Kaivan.

Airin dengan langkah tergesa menghampiri tukang ojek yang sedang duduk di pangkalan ojek. Ia meminta dua tukang ojek untuk mengantar dirinya dan Kaivan pulang ke rumah. Tanpa banyak bertanya, mereka mengiyakan dan mulai bersiap-siap.

Namun, saat Airin hendak membantu Kaivan naik ke salah satu motor ojek, suara berat dan dingin Juragan Wongso menggema, membuat semua orang yang mendengarnya tertegun.

"Siapapun yang berani menaikkan pria buta itu, aku jamin kakinya akan patah."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dasar bandot tua kepo bingit pgn tahu aja urusan airin dan kaivan pergi kekota....
Dasar bandot tua sok berkuasa hanya bisanya mengancam aja dan blm tahu aja kaivan siapa....

Smg terjadi apa2 dgn kaivan lg tahap memulai kondisinya matanya msh buram....

Smg ada yg menolong kaivan dan airin dr bandot tua wongso itu...
kaivan tidak keadaan buta pasti akan melawan bandot tua itu sll bikin masalah dan ikut campur urusan airin....

lanjut thor.....

2024-12-11

4

sum mia

sum mia

oalah...kudune kowe kui golek dalan padang nggo sangu neng akherat so.... Wongso....bukannya malah mengejar-ngejar gadis belia yang umurnya sepantaran anakmu . bener-bener tua bangka gak punya otak .
semoga Airin dan Kaivan baik-baik saja , dan ada pahlawan yang menolong mereka .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-12-12

2

hatiAti

hatiAti

ini alur cerita tahun berapa Thor masih aja ada tokoh kek Wongso di jaman ini🙃 ngebayanginnya ini tahun 80an 🤦 ngebayangin sosok Wongso gigi kuning pipi bopeng cincin akik berjejer pake outer hitam golok di pinggang😂

2024-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 1. Terseret Arus
2 2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3 3. Kericuhan Karena Kaivan
4 4. Hasil Pemeriksaan
5 5. Masih Waspada
6 6. Sang Juragan
7 7. Serba Salah
8 8. Keputusan Dadakan Airin
9 9. Wongso Tidak Sabar
10 10. Pernikahan Dadakan
11 11. Canggung
12 12. Dianggap Guling
13 13. Samar
14 14. Jam Tangan
15 15. Pergolakan Batin
16 16. DSSD
17 17. Siapa Dia Sebenarnya?
18 18. Tetap Perhatian
19 19. Penantian Wongso
20 20. Tantangan Terbuka
21 21. Babak Belur
22 22. Kagum dan Curiga
23 23. Rencana Airin
24 24. Takut Kehilangan
25 25. Pertanyaan Airin
26 26. Meminta Bantuan
27 27. Permintaan Maaf
28 28. Saling Memahami
29 29. Kabar Wongso
30 30. Membela
31 31. Ingin Lebih Lama
32 32. Kekacauan di Pagi Hari
33 33. Pengacau Hati
34 34. Pelukan
35 35. Takjub
36 36. Sederhana, Tapi Romantis
37 37. Menguping
38 38. Hati yang Terusik
39 39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40 40. Pertanyaan yang Menganggu
41 41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42 42. Diam-diam Dendam
43 43. Rumit
44 44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45 45. Orang Dibalik Layar
46 46. Panggilan
47 47. Mencari Bantuan
48 48. Wongso dan Aparat
49 49. Wongso Goyah
50 50. Strategi Kaivan
51 51. Murka
52 52. Pindah
53 53. Langkah Terakhir Kaivan
54 54. Firasat
55 55. Prasangka Airin
56 56. Badai yang Akan Datang
57 57. Meninggal
58 58. Tertembak
59 59. Banjir
60 60. Sadar
61 61. Semakin Dingin
62 62. Rahasia Sang Ibu Susu
63 63. Menghindari Rumah
64 64. Merubah Penampilan
65 65. Biasakan
66 66. Rasa Aneh
67 67. Hanya Formalitas
68 68. Jealous
69 69. Panggilan Penuh Rindu
70 70. Panik
71 71. Terasa Begitu Mirip
72 72. Baru Menyadari
73 73. Detail
74 74. Hanya Penonton
75 75. Protektif
76 76. Pertanyaan
77 77. Rencana
78 78. Malam Istimewa
79 79. Talas Terkena Panas
80 80. Mengusut
81 81. Balas Dendam Kaivan
82 82. Semua Menerima Akibat
83 83. Tak Punya Pilihan
84 84. Persiapan Pulang
85 85. Tanda Tanya
86 86. Orang Luar
87 87. Latar Belakang
88 88. Sudah Selesai?
89 89. Hanya Sekali
90 90. Masalah Baru di Pagi Hari
91 91. Benar-benar Serius
92 92. Gagal Fokus
93 93. Dimanjakan
94 94. Tidak Ada Apa-apanya
95 95. Penyelidikan
96 96. Ganti Strategi
97 97. Disha dan Nesha
98 98. Bersilang Pendapat
99 99. Kecemburuan di Meja Makan
100 100. Efek Domino
101 101. Kepribadian Ganda
102 102. Sudah Menemukan
103 103. Keluarga Pihak Ibu
104 104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105 105. Takdir di Balik Dosa
106 106. Pada Akhirnya
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Terseret Arus
2
2. Tak Mengungkapkan Jati Diri
3
3. Kericuhan Karena Kaivan
4
4. Hasil Pemeriksaan
5
5. Masih Waspada
6
6. Sang Juragan
7
7. Serba Salah
8
8. Keputusan Dadakan Airin
9
9. Wongso Tidak Sabar
10
10. Pernikahan Dadakan
11
11. Canggung
12
12. Dianggap Guling
13
13. Samar
14
14. Jam Tangan
15
15. Pergolakan Batin
16
16. DSSD
17
17. Siapa Dia Sebenarnya?
18
18. Tetap Perhatian
19
19. Penantian Wongso
20
20. Tantangan Terbuka
21
21. Babak Belur
22
22. Kagum dan Curiga
23
23. Rencana Airin
24
24. Takut Kehilangan
25
25. Pertanyaan Airin
26
26. Meminta Bantuan
27
27. Permintaan Maaf
28
28. Saling Memahami
29
29. Kabar Wongso
30
30. Membela
31
31. Ingin Lebih Lama
32
32. Kekacauan di Pagi Hari
33
33. Pengacau Hati
34
34. Pelukan
35
35. Takjub
36
36. Sederhana, Tapi Romantis
37
37. Menguping
38
38. Hati yang Terusik
39
39. Supar dan Tiga Istri Wongso
40
40. Pertanyaan yang Menganggu
41
41. Pemandangan yang Sulit Diabaikan
42
42. Diam-diam Dendam
43
43. Rumit
44
44. Aksi Tiga Ibu-ibu
45
45. Orang Dibalik Layar
46
46. Panggilan
47
47. Mencari Bantuan
48
48. Wongso dan Aparat
49
49. Wongso Goyah
50
50. Strategi Kaivan
51
51. Murka
52
52. Pindah
53
53. Langkah Terakhir Kaivan
54
54. Firasat
55
55. Prasangka Airin
56
56. Badai yang Akan Datang
57
57. Meninggal
58
58. Tertembak
59
59. Banjir
60
60. Sadar
61
61. Semakin Dingin
62
62. Rahasia Sang Ibu Susu
63
63. Menghindari Rumah
64
64. Merubah Penampilan
65
65. Biasakan
66
66. Rasa Aneh
67
67. Hanya Formalitas
68
68. Jealous
69
69. Panggilan Penuh Rindu
70
70. Panik
71
71. Terasa Begitu Mirip
72
72. Baru Menyadari
73
73. Detail
74
74. Hanya Penonton
75
75. Protektif
76
76. Pertanyaan
77
77. Rencana
78
78. Malam Istimewa
79
79. Talas Terkena Panas
80
80. Mengusut
81
81. Balas Dendam Kaivan
82
82. Semua Menerima Akibat
83
83. Tak Punya Pilihan
84
84. Persiapan Pulang
85
85. Tanda Tanya
86
86. Orang Luar
87
87. Latar Belakang
88
88. Sudah Selesai?
89
89. Hanya Sekali
90
90. Masalah Baru di Pagi Hari
91
91. Benar-benar Serius
92
92. Gagal Fokus
93
93. Dimanjakan
94
94. Tidak Ada Apa-apanya
95
95. Penyelidikan
96
96. Ganti Strategi
97
97. Disha dan Nesha
98
98. Bersilang Pendapat
99
99. Kecemburuan di Meja Makan
100
100. Efek Domino
101
101. Kepribadian Ganda
102
102. Sudah Menemukan
103
103. Keluarga Pihak Ibu
104
104. Pesta dan Kehangatan Keluarga
105
105. Takdir di Balik Dosa
106
106. Pada Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!