Camelia

TIN TIN

Hariz pulang bertepatan dengan Aluna selesai masak. Perempuan itu mencuci tangannya lantas mengeringkannya dengan beberapa lembar tisu. Setelah itu Aluna melepas apron dari tubuhnya sebelum keluar dari dapur untuk menyambut kepulangan Hariz.

"Selamat datang, Mas," sambut Aluna.

Aluna merangkul leher Hariz, sedangkan Hariz merangkul pinggang Aluna dan membubuhi kening Aluna dengan kecupan.

"Kamu sudah pulang?" tanya Hariz.

"Ya, aku sengaja pulang lebih awal. Aku ingin masak untukmu," jawab Aluna. "

"Benarkah? Aku sudah lama tidak makan masakanmu," seru Hariz.

"Kamu mau mandi atau makan dulu?" tanya Aluna.

"Aku mau mandi dulu," jawab Hariz.

"Baiklah, ayo aku antar ke kamar," ajak Aluna yang langsung dianggukki oleh Hariz.

Aluna mengambil alih tas kerja yang ada di tangan Hariz. Mereka berjalan ke kamar bersama dengan tangan Aluna merangkul lengan Hariz. Sampai di kamar Aluna pergi ke walk in closet untuk mengambil pakain Hariz sedangkan Hariz sudah lebih dulu ke kamar mandi.

Aluna menyiapkan pakaian untuk Hariz sementara Hariz masih berada di kamar mandi. Saat sedang meletakkan pakaian di atas tempat tidur ponsel Hariz berdering. Aluna mengabaikan itu, tetapi rasa penasaran Aluna mendominasi, sebab ponsel Hariz berdering tanpa henti.

Aluna berjalan ke meja nakas tempat Hariz meletakan ponselnya. Ia lantas mengambil ponsel itu. Ada nama asing yang tidak Aluna kenal sebelumnya.

"Camelia?" Aluna membaca nama yang tertera di layar ponsel Hariz. "Siapa Camelia?" gumam Aluna. "Ah, mungkin salah satu rekan bisnisnya," batin Aluna.

Aluna memutuskan untuk menerima panggilan itu, ia takut jika ada sesuatu yang penting.

"Halo," sapa Aluna ramah.

Tidak ada suara

"Halo, siapa ini?" Aluna kembali bersuara.

Masih tidak ada jawaban apapun dari seberang panggilan, bahkan sampai Hariz keluar dari kamar mandi. Aluna pun berbalik, menghadap sang suami.

"Mas," panggil Aluna. "Ada yang menelponmu berulang-ulang. Aku menerimanya tapi dia tidak mau bicara," ucap Aluna sambil menunjukkan ponsel milik sang suami.

"Siapa yang telepon?" tanya Hariz.

"Camelia," jawab Aluna.

Camelia?

"Berikan ponselnya!" pinta Hariz.

Hariz langsung mengambil ponsel iru dari tangan Aluna lantas mematikan sambungan telepon tanpa bicara lebih dulu.

"Kenapa dimatikan?" tanya Aluna.

"Lain kali jangan lancang menerima panggilan telepon di ponsel orang lain," ucap Hariz yang tiba-tiba berubah ketus.

"Orang lain?" Aluna tertawa sumbang. "Aku istrimu, apa kamu lupa?" sergah Aluna.

Ekspresi wajah Hariz kembali berubah. "Aluna maaf. Bukan maksudku—"

Aluna memotong perkataan Hariz. "Memang siapa Camelia? Selingkuhanmu? Sampai kamu marah karena aku menerima panggilan darinya?" tuduh Aluna.

"Aluna … bukan. Dia itu …." Ucapan Hariz terhenti ketika Aluna memilih pergi. "Tunggu, Aluna." Hariz menahan lengan Aluna memaksa sang istri untuk tidak pergi. "Jangan salah paham, dia hanya rekan bisnisku. Aku hanya malas meladeni dia saja," terang Hariz.

"Aku tunggu di meja makan." Aluna memilih untuk pergi, ia merasa malas untuk berdebat dan juga mendengarkan penjelasan Hariz. Aluna masih kecewa oleh ucapan Hariz yang menganggapnya orang lain.

"Aluna …," panggil Hariz.

Aluna memilih keluar tanpa mau mendengarkan panggilan dari Hariz.

Setelah Aluna pergi, Hariz mengambil ponselnya lantas mengirim pesan pada Camelia.

Sudah aku katakan sebelumnya, jangan menghubungiku ketika aku berada di rumah.

Hariz kembali meletakan ponselnya ke tempat semula kemudian segera memakai baju dan keluar menyusul Aluna. Hariz berjalan dengan berlari kecil di anak tangga sambil memanggil sang istri, "Aluna."

Tidak ada sahutan dari sang istri. Hariz memutuskan untuk pergi ke ruang makan, tetapi ia samar-samar mendengar perdebatan.

Kalian kalau tidak suka makanan yang aku buat jangan makan. Kalian bisa masak sendiri.

"Ya Tuhan!" Hariz bertolak pinggang sembari memijit keningnya mendengar perdebatan itu.

Hariz kemudian berjalan cepat ke ruang makan untuk menghentikan perdebatan antara istri, ibu, juga, adiknya.

"Ada apa ini? Bisakah kalian sehari saja tidak bisa bedebat?" lerai Hariz.

"Istri kamu tidak becus memasak. Rasanya tidak enak," tuding Mona.

"Benar, Kak," imbuh Sandra.

Hariz mengela napas berat kemudian mengambil sedikit makanan yang ada di meja lantas mencicipi makan itu.

"Ini enak Ibu, rasanya seperti biasa yang aku makan," kesal Hariz. "Kalian jangan macam-macam! Makanlah yang ada," ujar Hariz.

"Ibu tidak mau makan itu," tolak Mona.

"Aku juga," imbuh Sandra.

"Terserah kalian!" desis Hariz.

"Hariz!"

"Kakak!"

"Ada apa? Bukankah itu keputusan kalian," ucap Hariz. "Aluna, ayo makan. Jangan hiraukan mereka," ajak Hariz disambut anggukan oleh Aluna.

Hariz kembali mengela napas berat melihat ibu dan adiknya tidak bergeming.

"Ibu, aku sudah lelah bekerja seharian di kantor. Aku ingin makan dengan tenang. Jika kalian tidak mau maka jangan makan. Pergilah ke kamar kalian," ucap Hariz.

Mona serta Sandra menghentakkan kakinya lantas menyeret kursi dengan kasar membuat suara yang bising. Hariz dan Aluna yang melihat itu hanya menggelengkan kepala mereka.

"Ini makanlah." Aluna menyajikan makanan untuk Hariz.

"Terima kasih, Sayang," ucap Hariz.

"Hmm," gumam Aluna.

Makanan yang seharusnya terasa lezat menjadi terasa hampar dengan sikap Mona dan Sandra. Aluna makan dengan cepat sebab tidak tahan dengan sikap ibu mertua juga adik iparnya.

"Aku sudah selesai." Aluna membersihkan mulutnya dengan tisu lantas pergi dari ruang makan.

Aluna pergi ke kamar badannya sudah terasa lengket, ia ingin segera mandi. Sampai di kamar Aluna langsung masuk ke kamar mandi, menanggalkan seluruh pakaiannya. Ia berjalan ke tempat mandi mengguyur tempat seluruh tubuhnya dengan air hangat.

Selesai mandi Aluna menarik bathrobe lantas memakaikan ke tubuhnya. Tidak lupa handuk kecil untuk menggulung rambutnya. Aluna keluar dari kamar mandi bersamaan dengan Hariz masuk ke dalam kamar. Aluna memilih mengabaikan keberadaan Hariz sebab dirinya masih merasa kesal.

"Sayang, kamu masih marah?" Hariz mengunci pintu kamar mereka.

Aluna tidak merespon, ia memilih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil di tangannya.

"Aku sudah jelaskan tadi." Hariz memeluk Aluna dari belakang.

"Aku mau pakai baju, Mas." Aluna mencoba melepaskan diri dari Hariz, tetapi sang suami tidak mau melepaskannya begitu saja.

Hariz lantas merebut handuk dari tangan Aluna kemudian membuangnya ke sembarangan tempat. Setelah itu Hariz membalikkan tubuh Aluna agar mau menghadap dirinya. Hariz melangkah maju membuat Aluna berjalan mundur hingga tubuhnya menempel pada dinding.

"Ayo main sebentar agar kamu rileks." Hariz mengecup leher Aluna, turun ke dada lantas memberikan tanda merah keunguan di sana.

"Mas …," desah Aluna.

"Aku tidak ingin mendengar penolakan," ucap Hariz dengan suaranya yang serak.

Hariz terus melancarkan aksinya dengan menyerang titik G milik Aluna membuat sang istri tak bisa berkutik. Aluna menyerah dan membiarkan Hariz menanggalkan handuk yang dipakaiannya dan juga memasukinya. Malam itu keduanya kembali bergulat. Aluna dibuat tidak berdaya dan pasrah pada Hariz. Keduanya bergulat sampai mereka meraih puncak kenikmatan bersama.

Hariz ambruk di atas tubuh Aluna. Napas keduanya sama-sama memburu dan berlomba meraup udara memasukkannya ke paru-paru mereka sendiri.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Hariz lembut.

"Aku lelah, Mas Hariz," ucap Aluna dengan suaranya yang lirih.

"Tidurlah, Sayang. Terima kasih untuk yang tadi." Hariz mengecup kening Aluna lantas berguling ke samping Aluna kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya juga sang istri.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Hariz licik, telusuri Aluna, suami mmg biadab kalau banyak duit lupa sm yg di rmh 🤭

2025-02-02

2

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

camelia apa itu selingkuhan hariz...waahh...aluna harus waspada ini

2025-03-06

1

Akbar Razaq

Akbar Razaq

pintar juga menutupi busuknya.Aluna sementara masih iya iya aja.

2025-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kehilangan
3 Sesuatu Yang Tak Terduga
4 Mulai Bangkit
5 Mulai Melawan
6 Sebuah Pemberontakan
7 Pembelaan
8 Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9 Perubahan Hariz
10 Hutang 3 Miliyar
11 Kembali Berkuasa
12 Tak Merasakan Kenikmatan
13 Sopir Baru, Elgar
14 Sopir Baru, Elgar part 2
15 Keributan Di Butik
16 Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17 Kebohongan Rania
18 Peringatan Untuk Elgar
19 Camelia
20 Perdebatan Pagi Hari
21 Kekesalan Elgar Pada Sandra
22 Saran dari Elgar
23 Makan Siang Bersama
24 Obrolan Bersama Arleta
25 Curhatan Aluna
26 Bertengkar Lagi
27 Kekacauan Aluna
28 Kebenaran Akan Camelia
29 Rencana Gugatan Perceraian
30 Acara Makan Malam
31 Kepergok
32 Ajakan Having S*x
33 Kemarahan Elgar
34 Elgar Alexander Bramantyo
35 Keyakinan Rania
36 Kegilaan Hariz
37 Baikkan
38 Selamat Tinggal Masa Lalu
39 Sebuah Tanda
40 Kebimbangan Aluna
41 Wanita Kesayangan
42 Bertemu Kembali
43 Kejutan Untuk Hariz
44 Drama Keluarga
45 Rencana Penculikan
46 Hukuman Untuk Hariz Part 1
47 Hukuman Untuk Hariz Part 2
48 Liburan Ke Pulau
49 Rumah Masa Depan
50 Obrolan Bersama Elsa
51 Bertemu Sandra dan Mona
52 Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53 Makan Malam Bersama
54 Kedatangan Camelia
55 Kemarahan Camelia Pada Clara
56 Will You Marry Me
57 Tawaran Oma Ananta
58 Kebenaran Yang Sesungguhnya
59 Mengganggu Saja
60 Keributan Di Kediaman Bramantyo
61 Satu Lawan Dua
62 Kehancuran Camelia
63 Hadiah Dari Ananta
64 Obat Perangsang
65 Hari Pernikahan
66 Honeymoon
67 Honeymoon 2
68 Rumah Baru
69 Pregnant
70 Calon Pewaris
71 Pelayan Baru
72 Penyusup
73 Penyusup 2
74 Penyusup 3
75 Kematian Hariz Dan Clara
76 Q-time
77 Kebersamaan Keluarga
78 Bibit Pelakor
79 Bibit Pelakor 2
80 Bibit Pelakor 3
81 Lahirnya Sang Pewaris
82 Galen Haidar Bramantyo
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan Puluh Empat
85 Delapan Puluh Lima
86 Delapan puluh Enam
87 Delapan Puluh Tujuh
88 Delapan Puluh Delapan
89 Delapan Puluh Sembilan
90 Sembilan puluh
91 Sembilan Puluh Satu
92 Sembilan Puluh Dua
93 Sembilan Puluh Tiga
94 Sembilan Puluh Empat
95 Sembilan Puluh Lima
96 Sembilan Puluh Enam
97 Sembilan Puluh Tujuh
98 Sembilan Puluh Delapan
99 Sembilan Puluh Sembilan
100 Seratus
101 Seratus Satu
102 Seratus Dua
103 Seratus Tiga (End)
104 Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105 Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106 Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107 Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108 Promosi Karya
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Prolog
2
Kehilangan
3
Sesuatu Yang Tak Terduga
4
Mulai Bangkit
5
Mulai Melawan
6
Sebuah Pemberontakan
7
Pembelaan
8
Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9
Perubahan Hariz
10
Hutang 3 Miliyar
11
Kembali Berkuasa
12
Tak Merasakan Kenikmatan
13
Sopir Baru, Elgar
14
Sopir Baru, Elgar part 2
15
Keributan Di Butik
16
Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17
Kebohongan Rania
18
Peringatan Untuk Elgar
19
Camelia
20
Perdebatan Pagi Hari
21
Kekesalan Elgar Pada Sandra
22
Saran dari Elgar
23
Makan Siang Bersama
24
Obrolan Bersama Arleta
25
Curhatan Aluna
26
Bertengkar Lagi
27
Kekacauan Aluna
28
Kebenaran Akan Camelia
29
Rencana Gugatan Perceraian
30
Acara Makan Malam
31
Kepergok
32
Ajakan Having S*x
33
Kemarahan Elgar
34
Elgar Alexander Bramantyo
35
Keyakinan Rania
36
Kegilaan Hariz
37
Baikkan
38
Selamat Tinggal Masa Lalu
39
Sebuah Tanda
40
Kebimbangan Aluna
41
Wanita Kesayangan
42
Bertemu Kembali
43
Kejutan Untuk Hariz
44
Drama Keluarga
45
Rencana Penculikan
46
Hukuman Untuk Hariz Part 1
47
Hukuman Untuk Hariz Part 2
48
Liburan Ke Pulau
49
Rumah Masa Depan
50
Obrolan Bersama Elsa
51
Bertemu Sandra dan Mona
52
Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53
Makan Malam Bersama
54
Kedatangan Camelia
55
Kemarahan Camelia Pada Clara
56
Will You Marry Me
57
Tawaran Oma Ananta
58
Kebenaran Yang Sesungguhnya
59
Mengganggu Saja
60
Keributan Di Kediaman Bramantyo
61
Satu Lawan Dua
62
Kehancuran Camelia
63
Hadiah Dari Ananta
64
Obat Perangsang
65
Hari Pernikahan
66
Honeymoon
67
Honeymoon 2
68
Rumah Baru
69
Pregnant
70
Calon Pewaris
71
Pelayan Baru
72
Penyusup
73
Penyusup 2
74
Penyusup 3
75
Kematian Hariz Dan Clara
76
Q-time
77
Kebersamaan Keluarga
78
Bibit Pelakor
79
Bibit Pelakor 2
80
Bibit Pelakor 3
81
Lahirnya Sang Pewaris
82
Galen Haidar Bramantyo
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan Puluh Empat
85
Delapan Puluh Lima
86
Delapan puluh Enam
87
Delapan Puluh Tujuh
88
Delapan Puluh Delapan
89
Delapan Puluh Sembilan
90
Sembilan puluh
91
Sembilan Puluh Satu
92
Sembilan Puluh Dua
93
Sembilan Puluh Tiga
94
Sembilan Puluh Empat
95
Sembilan Puluh Lima
96
Sembilan Puluh Enam
97
Sembilan Puluh Tujuh
98
Sembilan Puluh Delapan
99
Sembilan Puluh Sembilan
100
Seratus
101
Seratus Satu
102
Seratus Dua
103
Seratus Tiga (End)
104
Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105
Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106
Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107
Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108
Promosi Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!