Perubahan Hariz

Sudah beberapa hari Aluna masih bersikap dingin kepada Hariz, Mona, dan juga Sandra. Hariz pun tidak berani menegur sang istri sebab ia sadar dirinya yang salah dalam hal ini. Namun semakin lama Hariz menjadi tidak tahan, ia mencoba membujuk Aluna.

Pagi hari saat Aluna sedang bersiap untuk pergi, Hariz mendatangi Aluna, mencoba untuk bicara dengan sang istri.

"Aluna … apa yang bisa membuat kamu maafin aku dan keluargaku?" tanya Hariz.

Aluna yang sedang bersiap pun hanya melirik sekilas ke arah Hariz tanpa mengeluarkan suara lantas kembali berkutat dengan aktivitasnya. Hari itu adalah hari yang sangat panting bagi Aluna. Setelah menunggu beberapa minggu akhirnya butiknya akan dibuka untuk umum. Kabar baiknya adalah belum sepenuhnya butiknya buka, pelanggan lamanya sudah menyerbu Aluna untuk dibuatkan barang sesuai desain yang mereka inginkan. Itu artinya dirinya akan begitu sibuk dan ia tidak ingin masalah kecil mengganggunya.

"Aluna … please talk to me." Hariz dibuat frustasi oleh diamnya sang istri.

"Aku sudah maafin kamu, mama, dan juga adik kamu. Kamu tenang saja," ucap Aluna dingin.

"Tapi sikapmu masih dingin padaku, Aluna. Kamu benar-benar berubah," keluh Hariz.

Aluna yang sedang bercermin berbalik menatap Hariz yang sedang berdiri beberapa langkah di hadapannya. "Orang bisa berubah sesuai keadaan, Mas. Dan kalian berhasil membuat aku jadi seperti ini."

"Aku benar-benar minta maaf, Sayang." Hariz berjalan mendekati Aluna mencoba untuk memberikan pelukan, tetapi Aluna menghindarinya. "Aluna … tolong stay di rumah. Jadi Aluna yang dulu."

"Maksudmu aku jadi pembantu lagi di rumah ini?" sindir Aluna.

"Bukan begitu, Aluna," tampik Hariz.

"Lantas apa, Mas?" tanya Aluna.

"Aluna … Aku akan perbaiki semuanya. Aku akan kembalikan semua hak kamu. Kita mulai dari awal lagi ya," bujuk Hariz. "Rumah ini kacau tanpa kamu," sambungnya.

"Hidupku juga kacau karena orang tuaku tiada, Mas. Bisakah kamu menghidupkan kembali kedua orang tuaku?" tekan Aluna.

"Kamu tahu itu tidak akan mungkin," ucap Hariz.

"Aku tahu. Kalau begitu biarkan aku bekerja. Mungkin dengan ini aku bisa menerima kematian mereka. Aku hanya ingin supaya aku tidak berlarut dalam kesedihan," debat Aluna.

"Sayang … tolonglah tetap di rumah seperti dulu," mohon Hariz.

"Aku akan tetap di rumah jika ibu dan adik kamu tinggalkan rumah ini," tawar Aluna.

"Tapi mereka —" Sebelum Hariz menyelesaikan ucapannya Aluna lebih dulu memotongnya.

"Aku tahu kamu tidak akan bisa menyuruh mereka untuk pergi. Tapi aku juga yakin, saat aku tetap di rumah mereka tidak akan pernah bersikap baik padaku," potong Aluna. "Jadi pilihan kamu cuma ada satu, biarkan aku bekerja."

"Aluna —" Lagi-lagi ucapan Haris dipotong oleh Aluna.

"Mas, kali ini aku mau egois. Sudah cukup bagiku mengalah selama ini," sela Aluna.

Hariz diam tidak langsung menjawab ia berpikir sejenak. Sampai pada akhirnya hari menyetujui permintaan Aluna. "Baiklah kamu boleh bekerja. Tapi aku tidak mau jika karena bekerja, kamu sampai lupa dengan tanggung jawabmu sebagai seorang istri," peringat Hariz.

"Tanggung jawab?" Aluna tertawa merasa kata-kata Hariz adalah sebuah lelucon. Lantas Aluna kembali berbalik berjalan mendekat dan berhenti beberapa langkah dari Hariz. "Bagaimana aku bisa bertanggung jawab atas kamu dan rumah ini? Bukankah kamu sudah melimpahkan semua tanggung jawab itu kepada ibu kamu. Jika kamu merasa rumah ini menjadi kacau itu bukan menjadi tanggung jawabku lagi."

Setelah mengatakan kalimat itu Aluna keluar dari kamar berjalan menuruni anak tangga dengan langkah anggun. Bersyukur ibu mertua dan adik iparnya tidak terlihat membuat Aluna sedikit merasa lega. Setidaknya tidak ada perdebatan.

Aluna berjalan ke meja makan, tidak ada apapun di sana. Ia pun pergi ke dapur membuka lemari pendingin hanya ada beberapa lembar roti, susu, dan juga selai cokelat lantas membawanya ke meja makan.

Tidak lama Haris pun datang duduk bersama di meja makan dalam diam. Hanya berdua, jujur saja Aluna merasa rindu dengan situasi itu. Andai saja adik dan ibu mertuanya bisa bersikap seperti mendiang ayah mertuanya mungkin mereka bisa menjadi satu keluarga yang bahagia.

"Hanya ada roti. Kamu mau?" tanya Aluna membuka obrolan.

"Apapun," jawab Hariz.

"Baiklah, aku akan buatkan kopi untukmu dulu." Aluna menggeser kursi ke belakang lantas kembali pergi ke dapur.

Di dapur Aluna mengisi panci dengan air, lantas meletakkannya di atas kompor. Aluna menekan tombol untuk menyalakan pemanasnya. Sambil menunggu air itu mendidih Aluna menuang kopi di cangkir kecil berwarna putih lalu mencampurnya dengan gula. Setelah air mendidih Aluna menuangkannya ke dalam cangkir, mengaduknya, lantas membawanya ke meja makan.

"Ini kopinya." Aluna meletakkan secangkir kopi ke hadapan Hariz.

Aluna duduk kembali di tempat semula kemudian menghidangkan roti ke piring Hariz. "Ini untukmu."

"Terima kasih," ucap Hariz disambut anggukkan oleh Aluna.

"Hmmm," gumam Aluna. Ia juga mengoleskan selai cokelat ke roti untuk dirinya sendiri.

Setelah itu hening mengambil alih suasana, mereka sama-sama terdiam hanya fokus pada sarapan mereka.

"Hari ini aku tidak ke kantor," ucap Hariz membuka obrolan.

"Kenapa?" tanya Aluna mendongak melihat ke arah Hariz.

"Hari ini pembukaan butik kamu, kan? Aku temani kamu," jawab Hariz. "Kamu tidak keberatan, kan?" tanya Hariz.

"Tidak," jawab Aluna. "Tapi apa tidak akan menganggu pekerjaanmu? Bukankah selama ini kamu selalu marah saat aku menganggu pekerjaanmu?" tanya balik Aluna setengah menyindir Hariz.

"Aluna …." Hariz meraih tangan Aluna lalu mengenggamnya. "Aku sudah katakan, kita akan perbaiki semuanya. Tolong kasih aku kesempatan, Sayang," pinta Hariz.

Aluna menarik tangannya yang digenggaman oleh Hariz. "Aku butuh bukti, Mas. Bukan sekedar omongan."

"Aku akan buktikan padamu," tekad Hariz. "Baiklah, selesaikan sarapanmu. Kita berangkat sama-sama," suruh Hariz dibalas senyuman oleh Aluna.

Keduanya kembali melanjutkan sarapan didampingi obrolan kecil. Saat suasana mulai nyaman datanglah Mona dan Sandra yang berhasil membuat suasana hati Aluna kembali buruk. Hariz mengenggam tangan Aluna memberikan isyarat jika semuanya akan baik-baik saja.

Aluna berdecih saat melihat penampilan ibu mertua dan adik iparnya, jelas sekali jika mereka baru saja bangun tidur.

"Mana sarapan untuk kami?" tanya Sandra sembari menarik kursi untuk ia dudukki.

"Sebelum bertanya sarapan, setidaknya cuci wajahmu," ejek Aluna.

"Tidak ada urusannya dengan kamu. Yang makan itu mulutku bukan wajahku," ucap Sandra.

"Dasar jorok," batin Aluna.

"Kenapa tidak ada apapun di sini? Mana sarapan untuk kami?" Omel Mona. "Jadi istri tidak becus sekali," makinya.

"Kenapa Mama bertanya padaku. Harusnya Mama bertanya pada diri Mama sendiri. Keuangan rumah ini Mama yang pegang, bukan?" balas Aluna.

"Kamu —" Ucapan Mona langsung disela oleh Hariz.

"Cukup, Ma. Mulai sekarang Aluna yang akan pegang keuangan rumah ini lagi," sela Hariz.

"Tapi, Hariz —"

Hariz mengangkat tangannya menunjukkan telapak tangannya pada sang ibu. "Ini sudah menjadi keputusan Hariz, Ma. Hariz rasa Aluna lebih tepat mengelolanya."

"Hariz —"

"Sayang, ayo kita pergi." Hariz berdiri lebih dulu lantas meraih tangan Aluna. Mereka pun pergi dari tempat itu.

Aluna melihat ke arah ibu mertua dan adik iparnya lantas mengerlingkan satu matanya serta menunjukkan senyum kemenangan.

Terpopuler

Comments

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

Kalu yu Aluna kmbali ke Hariz aku walk out...hhh

2025-02-27

3

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Kacau krna gada si Aluna Pembantu itu ? Gelo

2025-02-16

1

Isabela Devi

Isabela Devi

ada aja, yg tanggung jwb dapur siapa

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kehilangan
3 Sesuatu Yang Tak Terduga
4 Mulai Bangkit
5 Mulai Melawan
6 Sebuah Pemberontakan
7 Pembelaan
8 Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9 Perubahan Hariz
10 Hutang 3 Miliyar
11 Kembali Berkuasa
12 Tak Merasakan Kenikmatan
13 Sopir Baru, Elgar
14 Sopir Baru, Elgar part 2
15 Keributan Di Butik
16 Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17 Kebohongan Rania
18 Peringatan Untuk Elgar
19 Camelia
20 Perdebatan Pagi Hari
21 Kekesalan Elgar Pada Sandra
22 Saran dari Elgar
23 Makan Siang Bersama
24 Obrolan Bersama Arleta
25 Curhatan Aluna
26 Bertengkar Lagi
27 Kekacauan Aluna
28 Kebenaran Akan Camelia
29 Rencana Gugatan Perceraian
30 Acara Makan Malam
31 Kepergok
32 Ajakan Having S*x
33 Kemarahan Elgar
34 Elgar Alexander Bramantyo
35 Keyakinan Rania
36 Kegilaan Hariz
37 Baikkan
38 Selamat Tinggal Masa Lalu
39 Sebuah Tanda
40 Kebimbangan Aluna
41 Wanita Kesayangan
42 Bertemu Kembali
43 Kejutan Untuk Hariz
44 Drama Keluarga
45 Rencana Penculikan
46 Hukuman Untuk Hariz Part 1
47 Hukuman Untuk Hariz Part 2
48 Liburan Ke Pulau
49 Rumah Masa Depan
50 Obrolan Bersama Elsa
51 Bertemu Sandra dan Mona
52 Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53 Makan Malam Bersama
54 Kedatangan Camelia
55 Kemarahan Camelia Pada Clara
56 Will You Marry Me
57 Tawaran Oma Ananta
58 Kebenaran Yang Sesungguhnya
59 Mengganggu Saja
60 Keributan Di Kediaman Bramantyo
61 Satu Lawan Dua
62 Kehancuran Camelia
63 Hadiah Dari Ananta
64 Obat Perangsang
65 Hari Pernikahan
66 Honeymoon
67 Honeymoon 2
68 Rumah Baru
69 Pregnant
70 Calon Pewaris
71 Pelayan Baru
72 Penyusup
73 Penyusup 2
74 Penyusup 3
75 Kematian Hariz Dan Clara
76 Q-time
77 Kebersamaan Keluarga
78 Bibit Pelakor
79 Bibit Pelakor 2
80 Bibit Pelakor 3
81 Lahirnya Sang Pewaris
82 Galen Haidar Bramantyo
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan Puluh Empat
85 Delapan Puluh Lima
86 Delapan puluh Enam
87 Delapan Puluh Tujuh
88 Delapan Puluh Delapan
89 Delapan Puluh Sembilan
90 Sembilan puluh
91 Sembilan Puluh Satu
92 Sembilan Puluh Dua
93 Sembilan Puluh Tiga
94 Sembilan Puluh Empat
95 Sembilan Puluh Lima
96 Sembilan Puluh Enam
97 Sembilan Puluh Tujuh
98 Sembilan Puluh Delapan
99 Sembilan Puluh Sembilan
100 Seratus
101 Seratus Satu
102 Seratus Dua
103 Seratus Tiga (End)
104 Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105 Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106 Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107 Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108 Promosi Karya
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Prolog
2
Kehilangan
3
Sesuatu Yang Tak Terduga
4
Mulai Bangkit
5
Mulai Melawan
6
Sebuah Pemberontakan
7
Pembelaan
8
Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9
Perubahan Hariz
10
Hutang 3 Miliyar
11
Kembali Berkuasa
12
Tak Merasakan Kenikmatan
13
Sopir Baru, Elgar
14
Sopir Baru, Elgar part 2
15
Keributan Di Butik
16
Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17
Kebohongan Rania
18
Peringatan Untuk Elgar
19
Camelia
20
Perdebatan Pagi Hari
21
Kekesalan Elgar Pada Sandra
22
Saran dari Elgar
23
Makan Siang Bersama
24
Obrolan Bersama Arleta
25
Curhatan Aluna
26
Bertengkar Lagi
27
Kekacauan Aluna
28
Kebenaran Akan Camelia
29
Rencana Gugatan Perceraian
30
Acara Makan Malam
31
Kepergok
32
Ajakan Having S*x
33
Kemarahan Elgar
34
Elgar Alexander Bramantyo
35
Keyakinan Rania
36
Kegilaan Hariz
37
Baikkan
38
Selamat Tinggal Masa Lalu
39
Sebuah Tanda
40
Kebimbangan Aluna
41
Wanita Kesayangan
42
Bertemu Kembali
43
Kejutan Untuk Hariz
44
Drama Keluarga
45
Rencana Penculikan
46
Hukuman Untuk Hariz Part 1
47
Hukuman Untuk Hariz Part 2
48
Liburan Ke Pulau
49
Rumah Masa Depan
50
Obrolan Bersama Elsa
51
Bertemu Sandra dan Mona
52
Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53
Makan Malam Bersama
54
Kedatangan Camelia
55
Kemarahan Camelia Pada Clara
56
Will You Marry Me
57
Tawaran Oma Ananta
58
Kebenaran Yang Sesungguhnya
59
Mengganggu Saja
60
Keributan Di Kediaman Bramantyo
61
Satu Lawan Dua
62
Kehancuran Camelia
63
Hadiah Dari Ananta
64
Obat Perangsang
65
Hari Pernikahan
66
Honeymoon
67
Honeymoon 2
68
Rumah Baru
69
Pregnant
70
Calon Pewaris
71
Pelayan Baru
72
Penyusup
73
Penyusup 2
74
Penyusup 3
75
Kematian Hariz Dan Clara
76
Q-time
77
Kebersamaan Keluarga
78
Bibit Pelakor
79
Bibit Pelakor 2
80
Bibit Pelakor 3
81
Lahirnya Sang Pewaris
82
Galen Haidar Bramantyo
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan Puluh Empat
85
Delapan Puluh Lima
86
Delapan puluh Enam
87
Delapan Puluh Tujuh
88
Delapan Puluh Delapan
89
Delapan Puluh Sembilan
90
Sembilan puluh
91
Sembilan Puluh Satu
92
Sembilan Puluh Dua
93
Sembilan Puluh Tiga
94
Sembilan Puluh Empat
95
Sembilan Puluh Lima
96
Sembilan Puluh Enam
97
Sembilan Puluh Tujuh
98
Sembilan Puluh Delapan
99
Sembilan Puluh Sembilan
100
Seratus
101
Seratus Satu
102
Seratus Dua
103
Seratus Tiga (End)
104
Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105
Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106
Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107
Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108
Promosi Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!