Kehilangan

Hujan deras tidak menyurutkan niat Aluna untuk pergi ke tempat tujuannya, rumah Rania, sahabatnya. Kini hanya ada nama itu di pikirannya. Aluna berharap Rania mau membantunya.

Setelah mengendari mobilnya selama beberapa jam, Aluna sampai di kediaman Rania. Ia turun dari mobil menuju pos penjagaan meminta kepada penjaga agar mengizinkan dirinya menemui Rania. Namun ternyata Rania sedang tidak ada di tempat. Aluna mulai putus asa saat itu, tetapi sepertinya Tuhan selalu mendukungnya, Rania pulang ketika Aluna akan pergi.

"Aluna," panggil Rania dari dalam mobil. Namun karena derasnya hujan Aluna tidak mendengarnya.

Rania keluar dari mobil, ia membuka payung, lantas mengejar Aluna. "Aluna," panggil Rania lagi. Kali ini lebih keras.

Mendengar ada yang memanggil namanya Aluna pun berbalik, senyumnya mengembang, harapannya seolah kembali datang ketika melihat Rania.

"Rania ...." Suara Aluna sudah hampir hilang.

"Ya Tuhan, Aluna." Rania membagi payungnya bersama Aluna. "Apa yang terjadi padamu." Rania terkejut melihat keadaan Aluna, meksipun wajah Aluna basah Rania masih bisa melihat luka lebam di pipi dan juga luka di sudut bibir sang sahabat.

"Rania ... tolong aku," mohon Aluna lirih, tetapi masih bisa didengar oleh Rania.

"Ayo kita masuk dulu. Ceritakan di dalam. Lukamu juga harus segera diobati," ajak Rania.

"Tapi —" Ucapan Aluna dipotong oleh Rania.

"Aku tidak ingin mendengar penolakan, Aluna," tukas Rania. "Ayo!"

Rania menuntun Aluna untuk masuk ke dalam rumahnya. Di depan pintu masuk sudah ada Farel, suami Rania yang sedang menunggu mereka.

"Aluna." Bukan cuma Rania, Farel pun terkejut melihat kondisi Aluna. "Dia kenapa?"

"Aku tidak tahu. Mas, tolong." Rania menyerahkan payung yang ia pegang kepada Farel.

"Berikan padaku." Farel mengambil alih payung yang Rania pegang. "Bawa Aluna masuk!" suruh Farel. "Dan Aluna … berikan kunci mobilmu! Aku akan suruh penjaga untuk memasukkan mobilmu."

Aluna mengangguk, lantas memberikan kunci mobilnya kepada Farel.

"Ayo masuk, Aluna," ajak Rania.

Aluna sudah berganti pakaian yang diberikan oleh Rania serta lukanya sudah diobati. Tidak lupa juga Rania memberikan segelas susu hangat untuk menghangatkan tubuh Aluna.

Setelah keadaan Aluna lebih baik, ia duduk bersama Rania dan Farel. Ia dicecar begitu banyak pertanyaan oleh Rania. Tidak ada pilihan lain, Aluna akhirnya menceritakan semua yang telah terjadi kepada berduanya.

"Ini sudah keterlaluan, Aluna. Kamu tidak boleh diam saja," geram Rania.

"Itu benar, Aluna. Jika kamu mau kami bisa membantumu untuk menuntut mereka. Ini sudah masuk tindakan KDRT," tawar Farel.

"Terimakasih banyak untuk kalian. Tapi … untuk saat ini belum bisa," tolak Aluna.

"Aluna …." Rania geram dengan jawaban Aluna, ia lantas mengenggam tangannya. "Apa karena kamu masih mencintai laki-laki berengsek itu?" tanya Rania.

"Bukan itu saja," jawab Aluna.

"Lalu?" desak Rania.

"Rania, bisakah kita tidak membahas ini dulu. Kedatanganku ke sini sebenarnya ingin meminta bantuanmu. Aku benar-benar tidak tahu lagi harus meminta tolong sama siapa lagi," mohon Aluna.

"Okey, okey, tenanglah. Apa yang bisa aku bantu?" tanya Rania.

"Aku butuh uang 100 juta untuk biaya operasi ibuku. Kamu bisa ambil mobil aku, ponsel, ataupun cincin ini." Aluna menyerahkan kunci mobil, ponsel, dan juga akan melepas salah satu cincin yang ia pakai tetapi dicegah oleh Rania.

"Pegang semua itu. Kamu akan butuh semua itu nanti," cegah Rania.

"Tapi ibuku lebih penting saat ini," ucap Aluna dengan wajah yang memelas.

Rania menoleh ke arah sang suami dan meminta pendapatnya dengan bahasa isyarat. Setelah mendapatkan persetujuan Rania kembali bicara pada Aluna.

"Kami akan membantumu untuk pengobatan tante Lusi. Kamu tidak perlu memberikan semua itu kepada kami. Ingat kamu pernah membantuku sekarang giliran aku yang membantumu," ucap Rania.

"Benarkah?" Aluna merasa sangat senang hingga dirinya kehilangan kata-katanya. "Terima kasih, Rania, Farel. Aku janji akan mengembalikan uang itu jika suatu saat nanti aku memiliki uang," ucap Aluna lega.

"Jangan pikirkan itu. Aku akan tranfer sekarang," ucap Rania.

Aluna mengangguk cepat kemudian mengusap air matanya. Aluna sangat bersyukur masih ada yang mau membantunya dalam keadaannya saat ini.

Uang sudah masuk ke rekening Aluna. Mereka bersiap untuk sama-sama pergi ke rumah sakit. Saat ketiganya sampai di teras, ponsel Aluna berdering. Ada nomor sang ayah muncul di layar ponselnya, Aluna meminta izin untuk menerima panggilan itu lebih dulu.

"Halo, Papa. Aku sudah mendapatkan uangnya. Aku akan pergi ke sana, tunggu ya," ucap Aluna dengan tidak sabarnya.

"Aluna …."

Wajah bahagia Aluna berubah menjadi cemas saat mendengar suara tangis sang ayah.

"Papa … ada apa?" tanya Aluna.

Tidak ada respon dari sang ayah membuat Aluna bertambah cemas.

"Papa …."

"Mama kamu sudah pergi, Aluna. Mama kamu sudah meninggal, Nak."

PRANK

Aluna menjatuhkan ponselnya membuat Farel dan Rania terkejut.

"Mama!" jerit Aluna. Tangisannya langsung pecah detik itu juga.

Tubuh Aluna merosot dan terduduk di lantai teras rumah. Farel dan Rania berlari menghampiri Aluna yang sedang menangis sesegukan.

"Mama," jerit Aluna.

"Aluna, Aluna, ada apa?" Rania menangkup kedua sisi wajah Aluna.

"Mama, Ran."

"Tante Lusi kenapa?"

"Mama udah gak ada. Mama meninggal, Ran."

Rania dan Farel terkejut bahkan Rania sampai membungkam mulutnya mencegah dirinya agar tidak berteriak.

"Mama udah gak ada, Ran." Tangis Aluna pecah kembali.

Rania ikut menangis tak mampu menahan kesedihannya ditambah lagi tak tega melihat keadaan Aluna. Direngkuhnya tubuh Aluna mencoba memberikan dukungan. Bahkan Farel juga tak mampu menahan air matanya.

"Kamu harus kuat, Aluna." Farel mengusap pundak Aluna.

"Mas, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" ajak Rania.

"Ayo." Farel menganggukkan kepalanya.

Farel dan Rania membantu Aluna berdiri kemudian membantunya masuk ke mobil. Setelah itu mereka melesat cepat menuju rumah sakit menggunakan satu mobil.

Sampai di rumah sakit Aluna berlari keluar dari mobil berlari tidak peduli jika tidak menggunakan alas kaki, bahkan panggilan Rania pun Aluna abaikan.

*****

Sungguh Aluna masih tidak percaya dengan kepergian sang ibu. Dirinya mencoba kuat demi sang ayah. Namun hal yang paling membuat Aluna kecewa adalah tidak adanya Hariz di sisinya. Bukan hanya Hariz, keluarga dari sang suami tidak ada satupun yang hadir di acara pemakan sang ibu. Aluna sudah mencoba untuk menghubungi sang suami, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada kejelasan tentang keberadaan sang suami. Bahkan mertua dan adik iparnya dengan teganya tidak mau memberitahukan keberadaan Hariz.

"Aluna, makan ya," bujuk Rania.

Rania yang sedang melamun di tempat tidur menoleh ke arah pintu. Ada Rania yang membawa makanan untuk dirinya.

"Aku tidak lapar, Ran," tolak Aluna.

Aluna mendesah pasrah lantas menjauhkan ponselnya dari dekat telinganya.

"Masih tidak bisa dihubungi?" tanya Rania yang langsung mendapatkan anggukkan dari Aluna.

"Aluna …." Rania menaruh makanan di meja nakas lantas mengenggam tangan Aluna. "Kamu tidak bisa berdiam diri seperti ini. Kamu harus melawan mereka!" bujuk Rania. "Mereka akan semena-mena sama kamu."

"Dengan apa aku melawan mereka, Ran. Aku bahkan tidak punya apa-apa untuk melawannya mereka," resah Aluna.

"Ada aku, ada Farel," ucap Rania.

"Tapi aku tidak mau merepotkan kalian," tolak Aluna.

"Jangan bicara seperti itu, Aluna." Rania menyelipkan rambut Aluna ke belakang telinganya. "Kamu harus bangkit. Jangan biarkan mereka berbuat semena-mena sama kamu. Aku tidak tega melihat keadaan kamu."

"Tapi —" Ucapan Aluna dipotong oleh Rania.

"Tidak ada tapi-tapian. Farel juga tidak keberatan dengan ini," tukas Rania.

Aluna terdiam untuk mencerna perkataan Rania. Hingga ia memutuskan untuk tidak berdiam diri.

"Baiklah, aku akan coba," ucap Aluna.

"Good. Sekarang makanlah. Oh iya aku sama Farel ada kejutan untuk kamu," ucap Rania.

"Kejutan apa?" tanya Aluna.

"Kalau dikasih tahu itu namanya bukan kejutan lagi," jawab Rania. "Ayo sekarang makan," imbuh Rania disambut anggukkan oleh Aluna.

"Terima kasih, Rania," ucap Aluna.

"Simpan ucapan terima kasihmu untuk besok, okey," ucap Rania seraya menyuapkan makanan ke mulut Aluna.

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hayu bangkit aluna jangan bodoh mumpung masih ada teman yang mau nolong buang suami sampahmu dan keluarganya.

2025-03-06

1

Dewa Rana

Dewa Rana

segera visum ke dokter supaya ada bukti KDRT

2025-01-30

3

Nurr Amirr🥰💞

Nurr Amirr🥰💞

Hadirrrr thorrr😘😘😘

2024-12-19

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kehilangan
3 Sesuatu Yang Tak Terduga
4 Mulai Bangkit
5 Mulai Melawan
6 Sebuah Pemberontakan
7 Pembelaan
8 Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9 Perubahan Hariz
10 Hutang 3 Miliyar
11 Kembali Berkuasa
12 Tak Merasakan Kenikmatan
13 Sopir Baru, Elgar
14 Sopir Baru, Elgar part 2
15 Keributan Di Butik
16 Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17 Kebohongan Rania
18 Peringatan Untuk Elgar
19 Camelia
20 Perdebatan Pagi Hari
21 Kekesalan Elgar Pada Sandra
22 Saran dari Elgar
23 Makan Siang Bersama
24 Obrolan Bersama Arleta
25 Curhatan Aluna
26 Bertengkar Lagi
27 Kekacauan Aluna
28 Kebenaran Akan Camelia
29 Rencana Gugatan Perceraian
30 Acara Makan Malam
31 Kepergok
32 Ajakan Having S*x
33 Kemarahan Elgar
34 Elgar Alexander Bramantyo
35 Keyakinan Rania
36 Kegilaan Hariz
37 Baikkan
38 Selamat Tinggal Masa Lalu
39 Sebuah Tanda
40 Kebimbangan Aluna
41 Wanita Kesayangan
42 Bertemu Kembali
43 Kejutan Untuk Hariz
44 Drama Keluarga
45 Rencana Penculikan
46 Hukuman Untuk Hariz Part 1
47 Hukuman Untuk Hariz Part 2
48 Liburan Ke Pulau
49 Rumah Masa Depan
50 Obrolan Bersama Elsa
51 Bertemu Sandra dan Mona
52 Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53 Makan Malam Bersama
54 Kedatangan Camelia
55 Kemarahan Camelia Pada Clara
56 Will You Marry Me
57 Tawaran Oma Ananta
58 Kebenaran Yang Sesungguhnya
59 Mengganggu Saja
60 Keributan Di Kediaman Bramantyo
61 Satu Lawan Dua
62 Kehancuran Camelia
63 Hadiah Dari Ananta
64 Obat Perangsang
65 Hari Pernikahan
66 Honeymoon
67 Honeymoon 2
68 Rumah Baru
69 Pregnant
70 Calon Pewaris
71 Pelayan Baru
72 Penyusup
73 Penyusup 2
74 Penyusup 3
75 Kematian Hariz Dan Clara
76 Q-time
77 Kebersamaan Keluarga
78 Bibit Pelakor
79 Bibit Pelakor 2
80 Bibit Pelakor 3
81 Lahirnya Sang Pewaris
82 Galen Haidar Bramantyo
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan Puluh Empat
85 Delapan Puluh Lima
86 Delapan puluh Enam
87 Delapan Puluh Tujuh
88 Delapan Puluh Delapan
89 Delapan Puluh Sembilan
90 Sembilan puluh
91 Sembilan Puluh Satu
92 Sembilan Puluh Dua
93 Sembilan Puluh Tiga
94 Sembilan Puluh Empat
95 Sembilan Puluh Lima
96 Sembilan Puluh Enam
97 Sembilan Puluh Tujuh
98 Sembilan Puluh Delapan
99 Sembilan Puluh Sembilan
100 Seratus
101 Seratus Satu
102 Seratus Dua
103 Seratus Tiga (End)
104 Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105 Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106 Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107 Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108 Promosi Karya
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Prolog
2
Kehilangan
3
Sesuatu Yang Tak Terduga
4
Mulai Bangkit
5
Mulai Melawan
6
Sebuah Pemberontakan
7
Pembelaan
8
Kenapa Aku Tidak Boleh Egois
9
Perubahan Hariz
10
Hutang 3 Miliyar
11
Kembali Berkuasa
12
Tak Merasakan Kenikmatan
13
Sopir Baru, Elgar
14
Sopir Baru, Elgar part 2
15
Keributan Di Butik
16
Tuan Dan Nyonya Bramantyo
17
Kebohongan Rania
18
Peringatan Untuk Elgar
19
Camelia
20
Perdebatan Pagi Hari
21
Kekesalan Elgar Pada Sandra
22
Saran dari Elgar
23
Makan Siang Bersama
24
Obrolan Bersama Arleta
25
Curhatan Aluna
26
Bertengkar Lagi
27
Kekacauan Aluna
28
Kebenaran Akan Camelia
29
Rencana Gugatan Perceraian
30
Acara Makan Malam
31
Kepergok
32
Ajakan Having S*x
33
Kemarahan Elgar
34
Elgar Alexander Bramantyo
35
Keyakinan Rania
36
Kegilaan Hariz
37
Baikkan
38
Selamat Tinggal Masa Lalu
39
Sebuah Tanda
40
Kebimbangan Aluna
41
Wanita Kesayangan
42
Bertemu Kembali
43
Kejutan Untuk Hariz
44
Drama Keluarga
45
Rencana Penculikan
46
Hukuman Untuk Hariz Part 1
47
Hukuman Untuk Hariz Part 2
48
Liburan Ke Pulau
49
Rumah Masa Depan
50
Obrolan Bersama Elsa
51
Bertemu Sandra dan Mona
52
Singkirkan Yang Menjadi Masalah
53
Makan Malam Bersama
54
Kedatangan Camelia
55
Kemarahan Camelia Pada Clara
56
Will You Marry Me
57
Tawaran Oma Ananta
58
Kebenaran Yang Sesungguhnya
59
Mengganggu Saja
60
Keributan Di Kediaman Bramantyo
61
Satu Lawan Dua
62
Kehancuran Camelia
63
Hadiah Dari Ananta
64
Obat Perangsang
65
Hari Pernikahan
66
Honeymoon
67
Honeymoon 2
68
Rumah Baru
69
Pregnant
70
Calon Pewaris
71
Pelayan Baru
72
Penyusup
73
Penyusup 2
74
Penyusup 3
75
Kematian Hariz Dan Clara
76
Q-time
77
Kebersamaan Keluarga
78
Bibit Pelakor
79
Bibit Pelakor 2
80
Bibit Pelakor 3
81
Lahirnya Sang Pewaris
82
Galen Haidar Bramantyo
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan Puluh Empat
85
Delapan Puluh Lima
86
Delapan puluh Enam
87
Delapan Puluh Tujuh
88
Delapan Puluh Delapan
89
Delapan Puluh Sembilan
90
Sembilan puluh
91
Sembilan Puluh Satu
92
Sembilan Puluh Dua
93
Sembilan Puluh Tiga
94
Sembilan Puluh Empat
95
Sembilan Puluh Lima
96
Sembilan Puluh Enam
97
Sembilan Puluh Tujuh
98
Sembilan Puluh Delapan
99
Sembilan Puluh Sembilan
100
Seratus
101
Seratus Satu
102
Seratus Dua
103
Seratus Tiga (End)
104
Extra Part (End) Lamaran Untuk Elsa
105
Extra Part (End) Pesta Pernikahan Elsa dan Zaiyan.
106
Extra Part (End) Sandra Dan Deren
107
Extra Part (End) Kelahiran Arabella Quenza Bramantyo
108
Promosi Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!